Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Dibalik Mahakarya Alun-alun Kota Santri
27 April 2022 12:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Alya Fathinah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Alun-alun, ruang publik yang luas, berumput, dan umumnya berada di pusat kota. Jika berbicara tentang alun-alun maka tidak akan habisnya karena tempat tersebut telah ada sebelum kemerdekaan dan kaya akan sejarah. Namun, khusus tulisan kali ini akan membahas salah satu alun-alun di kota santri.
ADVERTISEMENT
Kota Santri merupakan julukan yang diberikan pada berbagai daerah, salah satunya Kabupaten Cianjur. Alasannya, dari sebelum kemerdekaan pun sudah banyak ulama serta pondok pesantren yang didirikan sehingga Cianjur terkenal dengan kota santri dan tradisi mengaji.
Dapat Pujian Saat Peresmian
Alun-Alun Cianjur telah mengalami tujuh kali renovasi dan renovasi terakhir rampung pada tahun 2019. Setelah selesai renovasi, pada bulan Februari di tahun yang sama Presiden Joko Widodo meresmikan tempat tersebut didampingi oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Bupati Cianjur Herman Suherman, dan tentunya disambut oleh masyarakat Cianjur.
Ketika peresmian berbagai media mendokumentasikan Presiden Jokowi yang mengagumi desain Alun-Alun Cianjur. Beliau juga mengatakan fungsi alun-alun bukan sebagai land mark sebuah kota saja, melainkan ruang publik, ruang budaya, ruang sosial, dan gambaran peradaban.
ADVERTISEMENT
Tak hanya kepala negara saja yang memuji desain alun-alun, salah satu warga Cianjur mengatakan hal serupa. “Menurut saya sih ya kalau dibandingin dengan alun-alun di masa-masa sebelumnya pasti lebih bagus ya kalau kita nilai dari desainnya terus semakin luas, banyak spot buat istirahat, buat duduk-duduk gitu,” ujar Zahran (20) pada (29/3).
Tiga Pilar Budaya sebagai Ornamen Utama
Pujian orang-orang terhadap Alun-Alun Cianjur didasarkan oleh luasnya yang mencapai tiga hektar dan desain bangunannya yang terdiri atas berbagai ornamen. Lantas, apa saja ornamen yang ada di Alun-Alun Cianjur?
ADVERTISEMENT
Ornamen pertama yang paling mencolok tentu saja rumput sintesis. Walaupun, sama-sama menggunakan rumput sintesis seperti Alun-Alun Bandung, tetapi Alun-Alun Cianjur justru menambahkan tugu Al-Quran raksasa yang dikelilingi kolam menyerupai perahu di tengah rumput sintesis tersebut. Lalu, ada juga tiang-tiang bertuliskan 99 asmaul husna di sepanjang jalan. Dua ornamen tersebut diambil dari kebudayaan ngaos atau mengaji khas masyarakat Cianjur.
Selanjutnya, terdapat ornamen kebudayaan mamaos atau tembang Sunda Cianjuran yang digambarkan dengan panggung kecil berbentuk kacapi dan suling. Mamaos berisi lantunan puisi yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa sebagai perekat persaudaraan serta kekeluargaan dalam berkehidupan. Menariknya, mamaos diiringi alat musik kacapi, suling atau rebab. Bangku-bangku berbentuk kacapi yang berwarna-warni terdapat di Alun-Alun Cianjur juga.
Ornamen kebudayaan maenpo tergambar pada tribune berbentuk segi lima dengan siluet orang sedang melakukan gerakan silat. Maenpo merupakan pencak silat asli Cianjur yang permainannya memiliki ciri peka dalam membaca gerak lawan ketika badan saling bersentuhan.
ADVERTISEMENT
Buka-Tutup Alun-Alun
Alun-Alun Cianjur kerapkali dimanfaatkan masyarakat, mulai dari kumpul dengan keluarga, anak-anak yang berlarian ataupun bermain bola hingga berfoto ria di berbagai spot. Namun sayangnya, paska perayaan tahun baru 2020 Alun-Alun Cianjur ditutup dan dijaga ketat oleh Satpol PP dengan alasan pemeliharaan.
Penutupan Alun-Alun pun dilanjutkan karena adanya pandemi Covid-19 selama 1,5 tahun. Masyarakat pun terpaksa hanya bisa menikmati Alun-Alun Cianjur dari bagian luar serta memanfaatkan area halaman alun-alun sekaligus jalan raya yang ditutup.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Januari 2022, beberapa media memberitakan Alun-Alun kembali dibuka untuk umum dengan protokol kesehatan yang ketat. Namun per bulan Maret, justru Alun-Alun Cianjur kembali ditutup dan dijaga oleh Satpol PP sehingga masyarakat tidak bisa sembarangan masuk ke seluruh area Alun-Alun Cianjur.
Siti, warga Ciharashas, Kecamatan Cilaku, Cianjur sudah seringkali datang ke Alun-Alun Cianjur bersama keluarganya. Namun, ia pribadi mengatakan kecewa dengan penutupan alun-alun dan berharap nantinya alun-alun bisa dibuka lagi.
Ironi Alun-Alun Saat Ini
Ketika kita mengunjungi tempat ramai pasti menemukan badut dengan kostum kartun yang membawa speaker kecil beserta kotak uang. Akan tetapi, saat ini beberapa anak menjadi badut kartun tersebut.
Ujang (nama samaran) biasanya berkeliling ke gang-gang pemukiman warga sambil menyetel lagu dari speaker yang dibawanya dan sedikit menari untuk menghibur anak-anak. Pekerjaannya itu ia lakukan sepulang sekolah dan ketika weekend, ia memilih diam di tempat yang ramai seperti Alun-Alun Cianjur ataupun Lapangan Prawatasari Cianjur.
ADVERTISEMENT
“Rata-rata dapet uang sampe 100 ribuan terus uangnya disetorin dulu buat bayar kostum sama speaker lima puluh ribu, sisanya ke mamahkeun,” ujar Ujang pada (28/3).
Jika berhitung secara matematika maka keuntungan yang didapatkan oleh para badut berkostum kartun itu balik modal alias mencapai 100 persen. Mereka juga tidak perlu capek-capek karena kostum yang disewakan sudah dicuci menggunakan laundry sehingga bersih.
Keberadaan badut cilik seperti Ujang menjadi sebuah ironi yang membuktikan hak anak belum terpenuhi. Selain itu, memperlihatkan kesenjangan yang nyata antara anak-anak yang bermain skuter/mobil-mobilan/melukis bersama keluarganya dengan badut cilik yang terpaksa mencari uang di bawah matahari.