Konten dari Pengguna

Hustle Culture: Obsesi Mahasiswa Terhadap Organisasi Berujung Demotivasi

alyssakeisha
Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya
17 Desember 2024 16:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari alyssakeisha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi "Hustle Culture" yaitu mahasiswa mengerjakan tugas akademik dan organisasi secara bersamaan. Sumber: Dokumentasi pribadi teman penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi "Hustle Culture" yaitu mahasiswa mengerjakan tugas akademik dan organisasi secara bersamaan. Sumber: Dokumentasi pribadi teman penulis.
ADVERTISEMENT
Hustle Culture merupakan istilah yang sering terdengar terutama pada kalangan anak muda seperti mahasiwa. Istilah Hustle culture ini dahulu sudah banyak terjadi dan banyak juga yang mengalami, namun pada akhir-akhir ini hal tersebut menjadi isu yang sedang banyak dialami oleh mahasiswa dalam berorganisasi.
ADVERTISEMENT
Apa itu Hustle Culture?
Hustle Culture sendiri mempunyai definisi yaitu suatu budaya atau gaya hidup seseorang yang memaksakan diri untuk terus bekerja tanpa mengenal waktu dan hanya beristirahat sebentar saja. Alasan ini dilakukan karena mereka ingin mendapatkan hasil yang baik dan optimal nemun tidak memperhatikan kapasitas diri dan kesehatan mentalnya (Rhoma Iskandar & Novi Rachmawati, 2022). Jadi Hustle culture menjelaskan bagaimana ketika gaya hidup suatu individu menjadi faktor yang mendorong mereka mempunyai ambisi kerja yang sangat besar.
Bagaimana Budaya Kerja Mahasiswa Di Organisasi?
Pada saat ini banyak Generasi-Z terutama mahasiswa banyak yang menerapkan budaya hustle culture ini, mereka dengan sukarela mengorbankan waktu istirahatnya hanya untuk berorganisasi. Mahasiswa yang mengikuti organisasi biasanya menormalisasikan bekerja dan rapat secara overtime. Dengan mengimplementasikan budaya hustle culture ini membuat manajemen waktu mahasiswa menjadi tidak teratur karena biasanya mereka mengadakan rapat pada malam hari setelah selesai kuliah serta dilaksanakan hingga larut malam hanya agar perencanaan program kerja di dalam organisasi tersebut mendapatkan hasil yang maksimal. Karena menerapkan budaya hustle culture pada rapat tersebut mengakibatkan mahasiswa jarang bisa membagi waktu untuk mengerjakan tugas dan tidur.
ADVERTISEMENT
Banyak mahasiswa yang memutuskan mengikuti banyak organisasi hanya sekadar untuk mengisi waktu luang hingga mencari banyak pengalaman dan pembelajaran dari organisasi tersebut. Namun ada juga mahasiswa yang berorganisasi hanya karena takut ketinggalan oleh temannya atau yang biasa disebut dengan istilah Fearing Of Missing Out (FOMO). Tetapi mahasiswa sering luput bahwasanya dengan memutuskan mengikuti organisasi tenaga serta waktu akan tersita. Karena itu yang pada akhirnya membuat mereka tidak bisa mengatur waktu dengan baik serta tidak bisa mendahulukan yang mana seharusnya menjadi prioritasnya.
Akibat dari banyaknya mengikuti organisasi baik di dalam kampus atau di luar kampus, dan tidak bisa memanejemen waktu dengan baik mengakibatkan para mahasiswa mengalami demotivasi. Demotivasi sendiri merupakan suatu kondisi di mana seseorang merasakan kehilangan semangat dan menyerah dalam melakukan pekerjaan diakibatkan karena lelah secara fisik dan mental. Hal ini disebabkan oleh stress sehingga mengakibatkan hilangnya motivasi dan membuat tidak adanya keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, seseorang yang sedang mengalami demotivasi tidak bisa memberikan performa dan hasil yang terbaik, seringkali hal ini merugikan sesama rekan kerja dan organisasi yang diikutinya (Ratih Prihatina, 2023). Demotivasi yang dialami oleh mahasiswa dalam beroganisasi biasanya disebabkan oleh berbagai faktor yaitu, adanya ketidaksesuaian ekspetasi yang mereka harapkan dengan realita yang didapat dalam organisasi tersebut. Lingkungan yang toxic pun menjadi salah satu alasan demotivasi itu terjadi, karena kurangnya rasa kebersamaan yang terjalin sesama anggota ini membuat mereka tidak nyaman dan semangat serta motivasi untuk mengerjakan tugasnya menjadi menurun. Adanya tekanan yang didapatkan baik dari ekternal maupun organisasi membuat mereka merasa terbebani sehingga pada ujungnya mengalami demotivasi.
ADVERTISEMENT
Upaya Mengatasi Demotivasi
Mahasiswa yang memutuskan mengikuti banyak organisasi tetapi tidak melihat kemampuan serta kapasitas diri mereka ini ketika mengalami banyak tekanan atau merasa tidak nyaman dalam organisasi tersebut akan merasakan demotivasi. Hal yang bisa dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi demotivasi ketika berorganisasi yaitu dengan beristihat sejenak. Ini menjadi langkah awal mahasiswa bisa mendapatkan semangat dan motivasi untuk melakukan pekerjaannya lagi karena kita perlu untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya sejenak agar bisa lebih produktif kembali. Selanjutnya melakukan apa yang disukai, melakukan hal-hal kecil seperti membeli barang yang disukai atau makan makanan yang digemari ini dapat menenangkan pikiran dan akan menaikkan mood sehingga motivasi untuk melakukan pekerjaan itu kembali muncul.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Ratih Prihatina. (2023). Terserang Malas atau Demotivasi Bekerja, Harus Bagaimana? Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Rhoma Iskandar, & Novi Rachmawati. (2022). Perspektif “Hustle Culture” Dalam Menelaah Motivasi Dan Produktivitas Pekerja. Jurnal Publikasi Ekonomi Dan Akuntansi, 2(2), 108–117. https://doi.org/10.51903/jupea.v2i2.287