Konten dari Pengguna

Diari Si Emak: Hal Paling Mendasar, Relasi dan Koneksi Orang Tua dengan Anak

Alzena Masykouri
Psikolog Anak & Remaja, Pengelola Sekolah Bestariku (www.bestariku.co.id), dan ibu seorang remaja putri.
24 Maret 2020 12:41 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alzena Masykouri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu sedang bermain bersama anak. Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu sedang bermain bersama anak. Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Pagi ini saya bingung. Antara mau menuliskan tentang prioritas, komunikasi, atau lanjut membahas tentang belajar. Buka-buka WhatsApp sejenak, lalu mata saya melebar dan hati menghangat melihat postingan sejawat. Bentuknya foto, tapi saya salin saja, ya.
ADVERTISEMENT
"DEAR PARENTS,
THERE IS NO ACADEMIC EMERGENCY THIS WEEK, SO DON'T BE SO QUICK TO SET-UP A HOMESCHOOL. OUR COUNTRY IS IN CRISIS, AND WE'RE ALL STRESSED AND TIRED.
STRESSED ADULTS CAN NOT TEACH STRESSED CHILDREN. IT IS NEURO-BIOLOGICAL IMPOSSIBILITY.
TRY FOCUSING ON CONNECTIONS AND FEELINGS OF SAFETY." - Eatonville School District 404
Langsung 'nyeeeessss' bacanya. Ketika sekolah, mitra orang tua dalam pendidikan anak, mengingatkan hal yang paling mendasar. Relasi. Koneksi. ❤
Saya iseng browsing tentang sekolah ini, mampir ke web-nya. Terus iri. Bagaimana sense of crisis (peka terhadap situasi krisis) tercermin di web-nya, tanpa menakut-nakuti, tanpa harus, tanpa ancaman. Ada bagian khusus untuk orang tua, ada bagian khusus untuk anak, menjelaskan mengenai situasi yang sedang terjadi. Dengan bahasa yang jelas. Bahasa yang lugas.
ADVERTISEMENT
Iri?
Iya. Kok bisa mereka kepikiran, sedangkan kita tidak? Kok bisa sama-sama punya akses internet, mereka bisa bikin web dengan penjelasan kontekstual, sementara kita tidak.
Kok bisa sama-sama ngurusin anak, tapi mereka mikirin bagaimana perasaan yang sedang dialami orang tua dan anak. Sementara kita?
Ah, saya kebanyakan ngeluh. Saya jadi mikir, apa kontribusi yang sudah saya lakukan? Bagaimana dengan postingan-postingan saya selama ini, sudah cukup membantu kah? Apalagi yang bisa saya lakukan? Bagaimana dengan anda?
Bagaimana dengan anak-anak kita? Apakah mereka menunjukkan kepekaan terhadap krisis? Adakah tindakan yang mereka lakukan sebagai kontribusi warga negara terhadap situasi ini? Karena, kelak mereka yang akan memimpin negeri ini, yang harus berpikir taktis dan strategis, mengarahkan negeri ini menjadi lebih baik, inshaallah.
ADVERTISEMENT
Yang terpikirkan oleh saya sekarang:
Orang tua bisa stop forward foto, video, informasi yang tidak jelas sumbernya, termasuk informasi yang membingungkan masyarakat. Setop. Berhenti di anda saja. Bahas/diskusikan dalam kalangan terbatas saja.
Untuk anak-anak, yuk ajak mereka memikirkan, apa yang akan kamu lakukan supaya sehat dan mampu melawan penyakit? Jawabannya boleh apa saja, tidak ada jawaban benar dan salah. Medianya boleh apa saja, dengan gambar, dengan lego, dengan plastisin, dengan video, dengan apaaaa sajaaa... Bebas!
Untuk remaja, Kak, bikin kampanye yuk. Kampanye yang isinya tanggap situasi saat ini. Bisa dari aspek kesehatan, aspek sosial, aspek relasi, apa aja. Kampanye-nya bisa berdua, bertiga, berkelompok. Posting di sosmed kalian. Yuk, bermanfaat untuk masyarakat.
ADVERTISEMENT
Ada ide lagi?
Stay safe, keep healthy, be happy