Konten dari Pengguna

Diari Si Emak: Menjalani Hari, Mensyukuri yang Terjadi

Alzena Masykouri
Psikolog Anak & Remaja, Pengelola Sekolah Bestariku (www.bestariku.co.id), dan ibu seorang remaja putri.
1 April 2020 8:30 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alzena Masykouri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi ibu hamil sedang membaca buku seputar ASI Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi ibu hamil sedang membaca buku seputar ASI Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sekadar intermezzo sebagai penutup bulan Maret ini. Saya gak akan bahas tentang belajar dan berpikir. Saya ingin berbagi syukur saya hari ini dengan menuliskannya. Kelak catatan ini akan muncul dan memberikan kenangannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Tadi pagi, sebelum mulai mengerjakan ujian, saya terlibat obrolan dengan sahabat-sahabat saya. Kami berteman baru sekitar 11 tahun dan baru 7 kota dalam 3 negara yang kami kunjungi bersama. Setiap tahunnya 3 hari 2 malam kami habiskan bersama. Keringetan, ketawa, mumet, sampai nangis bareng. WhatsApp grup kami seperti kos-kos-an putri di zaman kuliah dulu. Visualisasinya akan nyata ketika kami travelling setiap tahun.
Saat ini kami semua sama dengan warga DKI, khususnya. WFH dengan segala kesibukannya. Ada satu hal yang menarik yang menjadi topik, bahwa kami berusaha 'to live day by day'. Memikirkan hari ini saja. Mensyukuri apa yang bisa kita lakukan hari ini. Besok ya dipikirkan besok. Menjalani rutinitas, membuat variasi-variasi kecil dengan selalu bersyukur akan segala karunia Allah SWT. Matahari pagi yang memungkinkan untuk berjemur, baik badan maupun pakaian. Pedagang sayur yang masih berjualan dan bersedia antar belanjaan ke rumah. Bisa lihat keluarga berkumpul bersama. Dan, beragam kebaikan yang tawarannya tersedia untuk menambah bekal di akhirat kelak. Alhamdulilah.
ADVERTISEMENT
Bagi saya dan sahabat-sahabat saya yang tadi pagi mengobrol, bukan perkara mudah mengalihkan cara kerja, mengubah sudut pandang menjadi 'to live day by day'. Kami terbiasa dengan 'big picture', dengan target, rencana, dan jadwal yang ketat. Terutama di pekerjaan. Di rumah juga sih, hihihihihi.
Ketika ada satu impian, maka rencana kerja dan 'to do list' pasti sudah siap. Kaku? Bukan. Kami adalah orang-orang yang biasa teratur. Terorganisir dalam bekerja. Ah, seandainya saya bisa menampilkan rencana perjalanan (itinerary) yang telah kami lakukan, sampai koordinat lokasi pun ada. Detail. Karena dengan detail yang ada, kami jadi siap untuk melakukan antisipasi. Rencana A gak bisa, sudah ada rencana B, C, dst. Karena sudah siap. Setiap masalah, pasti ada penyelesaiannya.
ADVERTISEMENT
Situasi sekarang membuat ritme kehidupan juga melambat, bagi saya. 24 jam terasa betul setiap jam-nya. Saya bisa memaknai apa saja yang saya kerjakan. Bisa menyimak dengan tidak terburu-buru. Bisa membaca buku dengan tenang. Alhamdulillah.
Pekerjaan? Tetap dong. Saya masih bertanggung-jawab atas sekolah yang saya kelola, atas anak-anak saya yang berada di rumahnya masing-masing bersama orangtuanya, atas pembelajaran dan aktivitas yang mereka lakukan, juga atas persiapan guru-guru dalam mendampingi anak-anak dan orangtuanya. Kondisi ini membuat saya harus taktis dan fleksibel menyiasati hambatan yang muncul, mempertimbangkan segala kemungkinan, memastikan anak-anak, orangtuanya juga guru-guru tetap sejahtera dan sanggup menjaga diri selama situasi tak menentu seperti saat ini.
Hari ini, di akhir bulan Maret, saya bersyukur atas segala rahmat dan nikmat Allah SWT. Saya yakin kita semua bisa menyelesaikan pembelajaran yang diberikan Allah SWT dan mendapatkan rida-Nya. Saya yakin Allah SWT mengizinkan kita semua untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi di esok hari. Aamiin ya robbal'alamiin.
ADVERTISEMENT