Konten dari Pengguna

Covid-19 dan Pendidikan Indonesia

Amanda Maharani
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
23 Juni 2020 10:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amanda Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Virus Corona akankah segera berakhir? Sudah empat bulan lamanya, sejak kasus pertama pasien positif Corona dikonfirmasi oleh Presiden Joko Widodo. Indonesia telah bereperang melawan virus Corona selama itu. Per tanggal 22-Juni-2020 kasus positif Corona sudah mencapai 46.845, sembuh sebanyak 18.735, dan meninggal sebanyak 2.500. Berarti setiap harinya kurva persentase kasus Corona masih selalu meningkat.
ADVERTISEMENT
Dengan pertambahan kasus setiap harinya, pemerintah banyak mengambil keputusan baru salah satunya untuk dunia pendidikan ialah pembelajaran secara online (daring). Tidak dapat dipungkiri banyak dilema disana-sini. Salah satunya yang menimpa dunia pendidikan. Generasi sekarang merupakan generasi penerus bangsa namun mereka harus melakukan proses pembelajaran yang tidak biasa. Tidak ada satu orang pun yang akan tau bahwa virus Corona akan menyerang Indonesia pada tahun 2020. Jadi baik itu pemerintah, guru, orang tua, dan siswa tidak memiliki persiapan dalam menghadapi masalah ini.
Pembelajan secara online telah dilakukan sesuai dengan arahan pemerintah, ada dampak positif dan negatif dari hal ini. Salah satu dampak positifnya yaitu dalam penggunaan teknologi. Mau tidak mau siswa dan guru dituntut harus mampu menggunakan teknologi untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan, hal ini bisa menjadi pembelajaran bagi siswa dan guru di era yang serba cepat ini. Namun, tidak semua anak memiliki smartphone, laptop, atau komputer dan banyak yang terkendala sinyal dan paket data.
ADVERTISEMENT
Guru dalam melakukan pembelajaran secara online dinilai juga belum mumpuni, kebanyakan dari mereka hanya memberikan tugas saja tanpa ada penjelasan mengenai materi. Oleh karenanya, siswa menjadi ahli salin menyalin jawaban dari internet bukannya belajar dan memahaminya dengan baik. Memang benar para guru pun belum pernah menghadapi situasi seperti ini, tapi minimal seharusnya guru memberikan video atau rekaman suara dan membuka sesi pertanyaan dan masukan untuk siswa.
Selain guru, orang tua juga mengalami dilema. Selain pusing memikirkan bagaimana agar dapur tetap menyala, pulsa dan paket data anak. Banyak yang mengaku bahwa mereka kewalahan menjawab pertanyaan dari anak-anak, tidak bisa mendampingi dengan baik, dan susah mengatur mood anak untuk tetap belajar.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, beberapa waktu lalu keluar keputusan pemerintah yang membuat dilema baru bagi dunia pendidikan. Tanggal 15-Juni-2020 keluar panduan penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran baru. Di dalamnya terdapat aturan bahwa daerah zona hijau boleh melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah apabila memenuhi persyaratan dan dengan izin orang tua, sementara zona kuning, oranye, dan merah dilarang melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Hal ini sebetulnya baik untuk simulasi percobaan menuju sistem baru, dan dijelaskan pula bahwa harus dengan izin orang tua, jadi jika orang tua sekiranya ragu maka boleh meminta permohonan untuk tetap belajar dari rumah saja. Namun, yang menjadi permasalahan ialah sistem zonanya. Bagaimana seandainya jika sekolahnya berada di zona hijau, namun rumah siswa berada di zona merah, dan orang tua siswa memperbolehkan untuk pergi ke sekolah, hal ini justru membahayakan bagi yang lain bukan? Jadi dalam sistem zona hijau hingga merah juga harus jelas agar tidak menimbulkan dilema dan bahaya baru.
ADVERTISEMENT