Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Api Moderasi Beragama
27 September 2023 8:15 WIB
Tulisan dari Amadea Risqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Moderasi beragama merupakan konsep penting dalam masyarakat multikultural. Hal ini mengacu pada sikap dan praktik yang memungkinkan individu dari latar belakang agama berbeda untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati. Di era globalisasi, moderasi beragama menjadi semakin relevan, karena konflik dan ketegangan agama seringkali menjadi persoalan yang mengakar. Namun, sekarang agama bukan lagi menjadi suatu penghalang untuk kita bermoderat. Penting untuk diakui bahwa beragama adalah hak asasi manusia yang harus dijunjung tinggi dan dihormati.
Berdasarkan teori konflik, bahwa perbedaan keyakinan dan nilai-nilai agama dapat menjadi sumber konflik sosial di masyarakat yang dapat muncul ketika kelompok atau individu dengan pandangan agama yang berbeda saling bersaing atau bertentangan. Namun, konflik disini dapat dikelola atau diatasi melalui pendekatan dialog antaragama dan pemahaman bersama. Untuk itu, kita harus menyoroti pentingnya membangun jembatan antara kelompok-kelompok agama yang berbeda untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif sehingga terciptanya Integrasi sosial yang dapat diimplementasikan dengan mengadakan acara kegiatan agama yang mengedepankan toleransi.
Sebagai contoh, dalam wawancara dengan salah satu ketua Rt di Desa Karangsari (Ibu Ayu) menjelaskan bahwa "Ketika ada acara keagamaan muharom kemarin, Desa Karangsari mengadakan perayaan festival api (obor) yang diikuti oleh semua kalangan masyarakat baik yang beragama muslim maupun non muslim sebagai simbol moderasi yang memadukan unsur religi dengan hiburan masyarakat, dan itu adalah fenomena sosial nyata yang dapat menunjukkan bagaimana tradisi keagamaan dapat menjadi peluang untuk mendorong perdamaian, toleran, dan kerukunan antar masyarakat."
Festival ini menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan tidak selalu menjadi sumber konflik, tetapi dapat dijadikan alat untuk memperkuat solidaritas dan toleransi. Desa Karangsari berupaya membalikkan dinamika ini dengan menjadikan perbedaan agama menjadi peluang untuk memperkuat ikatan sosial. Menurut Suratno (Ketua Pemuda Desa) saat wawancara, bahwa "Dengan diadakannya festival api (obor) diharapkan agar muda mudi Bonsar (Dk. Kebunsari) semakin akrab, saling gotong royong, dan dapat mempertahankan tradisi keagamaan yang mengandung hiburan. Selain itu, peserta yang ikut andil dalam festival api (obor) kemarin tidak hanya umat muslim, tetapi masyarakat non muslim juga turut andil di dalamnya, sebagai bentuk apresiasi masyarakat non Islam kepada masyarakat muslim. Mereka ikut mensukseskan dengan apa yang mereka punya, seperti berkontribusi memberi dana bahkan tenaga tanpa pandang bahwa itu adalah acara orang muslim. Mereka berharap bisa saling kompak, saling bertoleransi satu sama lain, dan yang terpenting adalah saling bergotong royong mensukseskan acara keagamaan lainya serta menciptakan generasi muda berintelektual dan berakhlak mulia."
Dari acara tersebut, kita bisa mengetahui bahwa festival api muharom merupakan perayaan keberagaman agama untuk mengurangi potensi ketegangan dan konflik yang mungkin timbul akibat perbedaan keyakinan dengan mengambil langkah nyata untuk mendorong integrasi sosial. Mereka menyatukan berbagai kelompok agama dalam perayaan bersama, menciptakan rasa saling ketergantungan yang positif di antara warga masyarakat dan merangsang solidaritas sosial. Hal ini tidak hanya menjembatani antar umat beragama tetapi juga menunjukkan bahwa moderasi beragama adalah kunci untuk hidup bersama secara harmonis. Ini merupakan langkah positif menuju masyarakat yang lebih inklusif dan saling menghormati.
Oleh karena itu, acara ini menjadi ikatan sosial yang memperkuat solidaritas dan toleransi. Desa Karangsari menunjukkan bagaimana moderasi beragama dapat menjembatani perbedaan keyakinan. Mereka mendukung nilai-nilai toleransi, kerukunan dan dialog antaragama dalam acara ini. Dengan melakukan hal ini, mereka mempromosikan pendekatan moderat terhadap agama, yang dapat mengurangi ketegangan dan ekstremisme.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, Desa Karangsari adalah contoh menarik bagaimana masyarakat dapat menggunakan prinsip-prinsip sosiologi untuk menyelesaikan konflik agama dan mendorong moderasi beragama. Hal ini menjadi bukti bahwa melalui pemahaman dan tindakan bijak, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, harmonis, dan damai, meski menghadapi perbedaan agama yang kompleks.
Diharapkan upaya mereka dapat menginspirasi bagi desa lainnya di Indonesia khususnya Pekalongan sehingga kita dapat membangun kehidupan yang damai dan harmonis, serta lebih harmonis bagi semua orang, apapun agama atau kepercayaannya.