Konten dari Pengguna

Konversi Kendaraan Listrik, Solusi Krisis Bahan Bakar atau Tantangan Baru

Amadea Risqi
Mahasiswa UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
30 November 2024 13:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amadea Risqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Motor Listrik. Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Motor Listrik. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Saat ini, di jalan raya sering kita jumpai orang-orang yang terpengaruh oleh tren atau fomo, mengendarai kendaraan yang sedang populer dan banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat. Dalam menghadapi krisisnya bahan bakar dan menipisnya cadangan minyak, Indonesia mulai mengalihakan penggunaan kendaraan bahan bakar menuju kendaraan listrik. Pemerintah berupaya memberikan kebijakan yang bervariatif untuk mendorong masyarakat agar beralih ke kendaraan listrik, baik berupa keringanan pajak maupun subsidi. Di satu sisi, kebijakan ini tampak menjanjikan sebagai solusi ramah lingkungan. Namun di sisi lain, muncul tantangan-tantangan baru yang harus dipertimbangkan Secara umum, konversi kendaraan bahan bakar ke kendaraan listrik memiliki beberapa manfaat. Pertama, kendaraan listrik menggunakan sumber energi yang lebih bersih dibandingkan kendaraan berbahan bakar minyak, apalagi kendaraan listrik tidak mengeluarkan CO2 saat digunakan. Hal ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi polusi udara dan mengatasi permasalahan kualitas udara, khususnya di kota besar. Konversi ke kendaraan listrik juga memberikan peluang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dengan beralih ke sumber energi terbarukan seperti tenaga listrik, kita tidak hanya menghemat cadangan minyak namun juga mendukung pengembangan energi berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Sepeda Listrik. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Meski terlihat menjanjikan, konversi ke kendaraan listrik tidaklah mudah. Banyak tantangan dan kendala yang dihadapi dengan beralihnya kendaraan bahan bakar menjadi kendaraan listrik. Salah satu tantangan terbesarnya adalah masalah infrastruktur. Di Indonesia masih memiliki keterbatasan pada fasilitas pengisian daya kendaraan listrik. Karena terbatasnya jumlah stasiun pengisian daya dan tempat penyebarannya jauh dari pusat aktivitas masyarakat membuat para pengguna kendaraan listrik harus berpikir dua kali untuk melakukan perjalanan jarak jauh. Selain itu, biaya perawatan dan harga jual kendaraan listrik juga menjadi kendala. Harga di pasaran masih tergolong tinggi dan masih belum terjangkau oleh sebagian masyarakat. Jika pemerintah ingin mendorong masyarakat untuk beralih, mereka memerlukan solusi untuk membuat harga kendaraan listrik lebih terjangkau. Efek yang ditimbukan untuk lingkungan juga menjadi perhatian. Meskipun bisa mencegah polusi, tetapi baterai yang digunakan pada kendaraan listrik mengandung bahan kimia yang bisa menjadi permasalahan limbah lingkungan jika proses daur ulangnya tidak diatur secara ketat. Apalagi Indonesia masih mengandalkan batubara sebagai salah satu sumber energi utama, sehingga listrik yang dihasilkan untuk mengisi daya kendaraan listrik masih memiliki jejak karbon yang tinggi. Masalah lain ketika di jalan raya adalah kendaraan listrik tidak bersuara, sehingga membuat banyak orang khawatir dan kaget ketika kendaraan tersebut kerap muncul secara tiba-tiba dan tak jarang menimbulkan kecelakaan. Agar konversi kendaraan listrik dapat menjadi solusi nyata terhadap krisis bahan bakar semua pihak perlu terlibat secara aktif. Pemerintah harus serius dalam mengembangkan infrastruktur pengisian daya dan memperbaiki kebijakan yang mendukung hal tersebut. Kita sebagai masyarakat juga perlu beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan dan meningkatkan kesadaran tentang dampak jangka panjang penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak.
ADVERTISEMENT