Antara Panmunjom dan Mota'ain

Lia Riyadi
Random stories and else about interesting things in a life of silly girl who happen to be a K Pop enthusiast
Konten dari Pengguna
21 Agustus 2018 19:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lia Riyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Antara Panmunjom dan Mota'ain
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
PLBN Mota'ain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, perbatasan antara Indonesia-Timor Leste (Foto: koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
Panmunjom dan Mota’ain terpisahkan oleh bentangan jarak berpuluh kilometer jauhnya, namun ada kesamaan yang dimiliki oleh keduanya, yakni sebagai wilayah perbatasan darat dua negara.
Jika Panmunjom menjadi lokasi perbatasan antara Korea Selatan dengan Korea Utara di sisi Korea Selatan, maka Mota’ain adalah salah satu titik perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste di sisi Indonesia.
Antara Panmunjom dan Mota'ain (1)
zoom-in-whitePerbesar
Joint Security Area, Panmunjom, Korea Selatan (Foto: Flickr/Clay Gilliland)
Saya berkesempatan mengunjungi Panmunjom pada musim semi lalu di awal bulan April. Letaknya sekitar 60 km dari Seoul dan bisa ditempuh sekitar dua jam dengan transportasi darat. Meski wilayah demilitarized zone (DMZ), namun Pemerintah Korea tetap memanfaatkannya sebagai kawasan destinasi wisata bagi wisatawan asing.
ADVERTISEMENT
Untuk bisa berkunjung Panmunjom, biasanya pengunjung wajib ikut dalam paket tur yang diadakan oleh agen perjalanan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Korea. Paket bisa dipesan secara online melalui beberapa website resmi, seperti www.trazy.com.
Antara Panmunjom dan Mota'ain (2)
zoom-in-whitePerbesar
Karena Panmunjom wilayah dalam pengelolaan militer, maka semua hal yang berlangsung di wilayah ini di bawah pengawasan ketat. Pengunjung diwajibkan untuk menyerahkan salinan paspor seminggu sebelum tanggal kunjungan kepada pihak berwenang melalui agen perjalanan. Selain itu, pengunjung juga dihimbau untuk mengenakan pakaian smart casual dan mengenakan alas kaki tertutup.
Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Panmunjom penasaran dengan penampakan Korea Utara. Mereka ingin menyaksikan sendiri situasi dan kondisi perbatasan dua negara yang hingga era modern masih dalam kondisi gencatan senjata perang. Selain itu, ketegangan berkunjung ke wilayah perbatasan paling berbahaya di dunia juga menjadi petualangan tersendiri bagi para pengunjung. Setiap tahunnya, tercatat hingga 1,2 juta wisatawan asing berkunjung ke Panmunjom.
Antara Panmunjom dan Mota'ain (3)
zoom-in-whitePerbesar
Dorasan Observatory (Foto: Flickr/Josh Berglund19)
ADVERTISEMENT
“Rasanya sayang kalau sudah berkunjung ke Korea Selatan, tapi tidak mampir ke Panmunjom. Apalagi jaraknya juga tidak terlalu jauh dari Seoul,” ujar Alex Deschannel yang datang bersama isterinya dari Kanada.
Para wisatawan yang berkunjung ke Panmunjon akan diajak melihat Taman Imjigak, lokasi Freedom Bridge, tempat dimana dilakukan pertukaran tawanan perang, Stasiun Kereta Dorasan sebagai stasiun terakhir di wilayah Korea Selatan sebelum memasuki wilayah Korea Utara, dan Dorasan Observatory dimana kita bisa melihat wilayah Korea Utara dengan bantuan teropong berbayar.
Antara Panmunjom dan Mota'ain (4)
zoom-in-whitePerbesar
Stasiun pemberhentian kereta yang membawa tawanan perang dari Korea Utara di Imjingak. (Foto: koleksi pribadi)
Disamping itu, jika berkunjung ke wilayah DMZ akan melihat bagian awal 3rd Invasion Tunnel (Terowongan Invasi Ketiga), sebuah terowongan yang digunakan Korea Utara untuk melakukan invasi masuk ke wilayah Selatan. Sementara, jika ke wilayah Joint Security Council (JSA) kita akan melihat bangunan-bangunan yang berada di wilayah netral tempat perundingan antara pihak Korea Selatan dengan pihak Korea Utara dimana tentara tentara kedua negara saling berhadapan.
Antara Panmunjom dan Mota'ain (5)
zoom-in-whitePerbesar
Terowongan Invasi Ketiga di wilayah DMZ, Panmunjom (Foto: The Telegraph)
ADVERTISEMENT
Hal yang unik mengenai Panmunjon adalah fakta sebagai satu-satunya perbatasan di dunia yang justru dibangun untuk mencegah terjadinya lalu lintas manusia dan barang dari dua negara yang berbatasan darat langsung. Tidak ada aktivitas lalu lintas yang berlangsung di pos perbatasan Panmunjom.
Hal ini yang coba dijual oleh Pemerintah Korea Selatan kepada turis asing yang ingin mencicipi sedikit aura ketegangan akibat konflik bersenjata diantara kedua Korea. Perdamaian baru dicapai kedua negara setelah pertemuan historis antara Presiden Korea Selatan, Moon Jae In, dengan Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, pada 27 April 2018 lalu.
Antara Panmunjom dan Mota'ain (6)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu poster kampanye unifikasi dua Korea di Dorasan Station, Panmunjom (Foto: koleksi pribadi)
Meskipun demikian, pihak Korea Selatan telah menyiapkan infrastruktur pendukung bilamana suatu hari nanti kedua pihak memutuskan untuk membuka akses keluar masuk melalui Pamunjon.
ADVERTISEMENT
Antara Panmunjom dan Mota'ain (7)
zoom-in-whitePerbesar
PLBN Mota'ain dari arah Timor Leste (Foto: koleksi pribadi)
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Mota’ain terletak di Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. PLBN ini berhadapan langsung dengan Pos Perbatasan Terpadu (Posto Fronteirico Integrado) Batugade di wilayah Bobonaro, Republik Demokratik Timor Leste.
Berbeda dengan Panmunjom yang tidak menjadi pos lintas batas di Korea, maka Mota’ain justru menjadi titik perbatasan yang paling ramai menjadi perlintasan manusia dan barang antara Indonesia dengan Timor Leste.
Mota’ain adalah salah satu dari tiga pos perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste. Dua pos batas lainnya terletak di Motamasin, Kabupaten Malaka dan di Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Meskipun Mota’ain juga tidak dijual secara khusus sebagai destinasi wisata seperti Panmunjom, namun banyak pengunjung yang datang ke Mota’ain sekedar untuk berfoto sekitar PLBN.
Antara Panmunjom dan Mota'ain (8)
zoom-in-whitePerbesar
Jalan menuju Mato'ain dari Batugade, Timor Leste (Foto: koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
Semenjak pos perbatasan tersebut direvitalisasi dengan anggaran sebesar Rp 82 miliar pada tahun 2015, banyak masyarakat sekitar yang sengaja datang ke Mota’ain dan berswafoto di depan gerbang megah yang terinspirasi pada ‘matabesi’, rumah tradisional masyarakat Belu.
Memang bukan sebagai destinasi wisata, tetapi selain sebagai sentra pelayanan perlintasan dimana terdapat layanan terpadu satu atap untuk urusan imigrasi, bea cukai, karantina pertanian dan kesehatan serta pos pengamanan perbatasan, Mota’ain juga mengemban fungsi tambahan sebagai sentra perekonomian bagi masyarakat sekitar.
Aktivitas perekonomian berupa pasar telah berlangsung di sekitar wilayah PLBN Mota’ain. Pasar beroperasi setiap hari Selasa dengan menyediakan beragam barang dagangan, mulai dari sayuran dan buah, bahan makanan segar hingga produk makanan dan aksesoris telepon seluler.
Antara Panmunjom dan Mota'ain (9)
zoom-in-whitePerbesar
Pos Batas di Timor Leste (Foto: koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
“Pasar tradisional, penting untuk rakyat, untuk perputaran uang yang lebih banyak, untuk pergerakan ekonomi yang lebih baik di wilayah perbatasan,” ujar Presiden Joko Widodo saat meresmikan PLBN Mota’ain setelah melalui proses revitalisasi pada 9 Januari 2018 lalu.
Selain pasar tradisional, peningkatan aktivitas perekonomian juga terjadi dalam bentuk kegiatan ekspor impor. PLBN Mota’ain memiliki fasilitas pemeriksaan kendaraan yang melintas untuk barang ekspor dan impor. Kegiatan ekspor-impor antara Indonesia dengan Timor Leste melalui Mota'ain menunjukkan adanya peningkatan. Hingga Maret 2018, Pelaksana Pemeriksa Bea dan Cukai PLBN Mota’ain mencatat terdapat 251 aktivitas ekspor dan 231 aktivitas impor yang berlangsung di Mota’ain. Indonesia lebih banyak melakukan ekspor ke Timor Leste, khususnya untuk produk kapuk, kemiri, pinang, kelapa, kopi dan jambu.
ADVERTISEMENT
Kehadiran PLBN Mota’ain telah menjadikan perbatasan kedua negara, yaitu antara Indonesia dengan Timor Leste, tidak lagi menjadi pemisah. Justru, kedua negara dipersatukan dan perekonomian warga sekitar menjadi tumbuh dengan kehadiran PLBN Mota’ain.