Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Sekolah di Masa Pandemi Covid-19, Apakah Bisa?
24 Agustus 2020 15:27 WIB
Tulisan dari amalia mifta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kebijakan new normal yang telah ditetapkan pemerintah untuk mengajak kita beradaptasi di tengah pandemic Covid-19, kini telah diberlakukan. Pemerintah menetapkan peraturan untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, jaga jarak (physical distancing) dan mencuci tangan.
ADVERTISEMENT
Saya melihat kebijakan new normal ini sebagai upaya agar masyarakat tetap bisa produktif secara ekonomi namun tetap menjalankan protokol kesehatan supaya aman dari penularan virus Corona. Salah satu sektor yang juga perlu menyesuaikan diri terhadap kebijakan new normal adalah sektor pendidikan.
Sebagai mahasiswa yang mengambil jurusan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam tentu saya merasakan kekhawatiran yang mendalam, apa dan bagaimana pun skenario pemerintah dalam pembukaan sekolah, misalnya menerapkan physical distancing, menurut saya cara itu tidak akan efektif dan tetap beresiko selama pandemi ini belum bisa dikendalikan. Belum lagi Dinas Kesehatan Kota Samarinda telah menghimbau agar masyarakat dapat patuh terhadap protokol kesehatan, karena kini di Indonesia khususnya Kota Samarinda telah masuk pada gelombang epidemic selanjutnya, itu tandanya masyarakat harus lebih berhati-hati terhadap kebijakan new normal yang telah dijalankan saat ini.
ADVERTISEMENT
Berkaitan dengan persoalan new normal dan menerapkan physical distancing ini seorang muslim harus merenungkan hadits Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam :
Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari ‘Amru bin Yahya Al Muzani dari Bapaknya bahwa Rasulullah Shalla Allahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak boleh membuat kemudharatan pada diri sendiri dan membuat kemudharatan pada orang lain.” (H.R Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)
Pada masa sekarang, silahkan diperhatikan hadis tersebut. Kita tidak boleh membahayakan diri sendiri dan harus selalu waspada agar tidak tertular oleh virus Corona dengan cara melaksanakan anjuran pemerintah dan arahan para ahli kesehatan untuk selalu menerapkan protocol kesehatan, serta tidak boleh membahayakan orang lain dengan cara tidak keluar rumah dan karantina sendiri bagi orang sakit dan dianggap ODP (orang dalam pengawasan), PDP (pasien dalam pengawasan), atau bahkan positif Corona.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, kebijakan ‘tatanan normal baru’ (new normal) mungkin bisa dilakukan untuk sektor ekonomi, jasa dan transportasi, namun tidak untuk di sektor pendidikan. Jika dilakukan dengan terburu-buru, tidak hati-hati, dan mengabaikan kurva penularan yang masih tinggi, maka keputusan ini tentunya akan sangat beresiko. Untuk membuka sekolah dan mengadakan pembelajaran tatap muka, pemerintah harus memastikan bahwa kurva penularan virus Corona berangsur-angsur menurun dan secara perlahan berlalu dari Indonesia.
Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam kebijakan new normal di sektor pendidikan, baik secara fisik maupun psikologis. Maka dari itu, saya meminta agar pemerintah tidak terburu-buru memberlakukan pembelajaran tatap muka bila sekolah-sekolah belum steril dari Covid-19. Baik itu sekolah PAUD/TK maupun pendidikan tinggi.
ADVERTISEMENT
Jujur saja, hingga saat ini saya masih bertanya-tanya apa dan bagaimana langkah sekolah untuk menerapkan protokol kesehatan yang demikian ketat, padahal ada siswa PAUD dan TK yang masih anak-anak. Belum lagi pada kondisi kerumunan yang akan terjadi di sekolah, khususnya di kantin. Apakah para siswa nantinya benar-benar bisa disiplin untuk menerapkan physical distancing (jaga jarak), termasuk menggunakan masker?
Maka dari itu, semoga pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan bisa mempertimbangkan keputusan untuk membuka sekolah di tengah pandemic Covid-19 ini. Bukan tidak mungkin, sekolah yang dibuka justru bisa menjadi cluster baru penyebaran virus pada anak-anak.
Semoga pemerintah mau mengkaji kebijakan new normal tersebut dengan orang-orang yang berkompeten di bidang pendidikan dan anak. Jangan sampai, perhitungan untuk membuka sekolah disangkutpautkan dengan masalah ekonomi. Namun faktor kesehatanlah yang seharusnya menjadi pertimbangan utama.
ADVERTISEMENT
Intinya jauh lebih penting menjaga generasi ini selamat dari ujian tentang virus Corona yang sedang kita alami. Walaupun saat ini dengan pembelajaran melalui daring juga tidak sepenuhnya berjalan secara optimal dan efektif. Tetapi itu lebih baik daripada kembali ke sekolah di masa pandemic.
Jangan terburu-buru membuka sekolah demi mengikuti tren dunia, bila nanti hanya menimbulkan dampak negative. Sebagai mahasiswa saya sendiri mencoba untuk terus aktif selama masa belajar dari rumah. Untuk mengusir jenuh, saya mengikuti beberapa kegiatan seperti workshop online tentang penulisan karya ilmiah, desain grafis, dan videografi. Bahkan saya juga ikut membuat artikel edukasi di media massa online.