Konten dari Pengguna

Generasi Z: Antara Realita dan Stigma

Amalia Rosita
Mahasiswi Universitas Amikom Purwokerto Prodi Ilmu Komunikasi
2 Juli 2024 6:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amalia Rosita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Generasi Z. Sumber: Freepik.com
Generasi Z, kelompok individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, sering kali dikaitkan dengan stigma sebagai generasi yang malas dan terlalu pemilih dalam memilih pekerjaan. Namun, data menunjukkan pandangan ini mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kebenaran.
ADVERTISEMENT
Menurut survei yang dilakukan oleh Deloitte, sekitar 65% Generasi Z dianggap sebagai generasi yang sangat ambisius dalam mencapai kesuksesan karier mereka. Mereka menunjukkan minat yang tinggi dalam berkembang secara profesional dan mencari pekerjaan yang memberikan makna dan dampak positif dalam masyarakat.
Di sisi lain, Generasi Z juga dikenal sebagai generasi yang mencari keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Menurut data dari Pew Research Center, sekitar 74% Generasi Z memprioritaskan keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan pribadi daripada hanya fokus pada karier mereka.
Dari data tersebut, terlihat bahwa Generasi Z sebenarnya tidak malas, melainkan memiliki nilai-nilai yang berbeda dalam mengejar karier dan kehidupan yang seimbang. Mereka cenderung lebih selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan nilai dan tujuan hidup mereka, yang mungkin diinterpretasikan sebagai "pemilih" oleh generasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Generasi Z sebenarnya memiliki alasan kuat dalam pemilihan pekerjaan. Mereka cenderung mencari makna dan tujuan dalam pekerjaan mereka, lebih dari sekadar gaji atau status. Oleh karena itu, mereka mungkin terlihat "pemilih" karena mereka ingin memastikan bahwa pekerjaan yang mereka pilih sesuai dengan nilai dan minat mereka.
Terkait dengan stigma malas, Generasi Z sebenarnya memiliki pendekatan yang berbeda dalam hal produktivitas. Mereka lebih cenderung mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, serta menggunakan teknologi untuk bekerja secara efisien. Pendekatan ini mungkin diinterpretasikan sebagai "malas" oleh generasi sebelumnya yang memiliki pola kerja yang berbeda.
Penting untuk memahami Generasi Z dari sudut pandang yang lebih luas dan tidak hanya terpaku pada stigma yang melekat pada mereka. Menghargai perspektif Generasi Z dalam memilih pekerjaan dan menjalani kehidupan adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung. Alih-alih menilai mereka sebagai malas atau pemilih, mari mendengarkan dan belajar dari generasi yang muda ini untuk mencapai kolaborasi yang lebih baik di tempat kerja.
ADVERTISEMENT