Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Literasi dan Sosioekonomi: Mengatasi Hambatan Akses Bacaan di Indonesia
30 November 2024 17:23 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Amanda Amelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian bertanya-tanya mengapa masyarakat Indonesia seringkali dicap sebagai masyarakat yang minim literasi? Pesatnya arus informasi digital yang seharusnya dapat meningkatkan literasi masyarakat nyatanya tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan. Dua tahun silam, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merilis pernyataan bahwa peringkat literasi Indonesia naik 5 posisi dibandingkan dengan tahun 2018. Meskipun demikian, skor yang diperoleh mengalami penurunan. Alhasil, pencapaian tersebut masih dinilai belum cukup untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Tingkat literasi masyarakat yang rendah tidak hanya menghambat kemajuan individu, tetapi juga menghambat pembangunan nasional secara keseluruhan. Kontras antara kemajuan teknologi dan rendahnya tingkat literasi ini lantas mendatangkan pertanyaan yang perlu kita pecahkan: Apa yang sebenarnya menghambat peningkatan literasi di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Peran Faktor Sosioekonomi dalam Menghambat Perkembangan Literasi di Indonesia
Dalam menjelaskan fenomena terhambatnya peningkatan literasi di Indonesia, faktor sosioekonomi masyarakat menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Aspek-aspek seperti tingkat pendapatan, tempat tinggal, dan kesenjangan sosial ekonomi memainkan peran penting dalam menghambat perkembangan literasi masyarakat. Hal ini terbukti melalui sebuah survei tentang kebiasaan membaca para siswa di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, yang dipublikasikan dalam jurnal Bulletin of Community Engagement pada tahun 2021. Hasil dari survei tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendapatan orang tua dapat mempengaruhi literasi anak ditinjau dari bagaimana ekonomi yang baik akan mendukung para orang tua untuk menyediakan bahan-bahan bacaan serta lingkungan membaca yang nyaman untuk anak mereka. Dengan tersedianya kedua hal tersebut, kebiasaan membaca akan tumbuh dalam diri anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Sebaliknya, pendapatan orang tua yang rendah dapat menjadi sebuah hambatan dalam perkembangan literasi anak dikarenakan ketidakmampuan mereka untuk menyediakan fasilitas baca yang memadai.
ADVERTISEMENT
Tak hanya berdasarkan satu temuan, penelitian yang diselenggarakan oleh mahasiswa Universitas Negeri Medan (UNIMED) juga membuahkan hasil yang serupa. Melalui kuesioner yang disebarkan kepada 500 responden dengan beragam latar belakang sosioekonomi dan wawancara 20 informan terpercaya, penelitian ini menunjukkan bahwa harga buku bacaan yang tinggi dan terbatasnya akses perpustakaan secara signifikan mempengaruhi minat baca masyarakat. Sebanyak 72% dari peserta kuesioner mengaku kesulitan mengakses fasilitas seperti perpustakaan, terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Hal ini membuktikan bahwa faktor sosioekonomi masyarakat, seperti tingkat pendapatan dan tempat tinggal, memang memiliki pengaruh langsung terhadap kebiasaan membaca dilihat dari keterbatasan mereka dalam mengakses bahan bacaan. Akibatnya, minat baca masyarakat secara umum cenderung rendah, yang pada akhirnya berdampak pada tingkat literasi nasional.
ADVERTISEMENT
Dari kedua studi di atas, dapat disimpulkan bahwa kemudahan dalam mengakses bahan bacaan belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Orang-orang dengan pendapatan rendah cenderung lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan dasar, sehingga pembelian bahan bacaan seringkali terabaikan. Selain itu, banyak orang yang tinggal jauh dari perkotaan mengaku kesulitan mengakses fasilitas seperti perpustakaan. Lantas, solusi apa saja yang dapat diterapkan guna mengatasi kesulitan akses bacaan, termasuk perpustakaan, yang disebabkan oleh faktor sosioekonomi masyarakat?
Solusi untuk Mengatasi Kesenjangan Akses Bacaan
Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi kesenjangan akses bacaan:
Salah satu solusi utama untuk mengatasi kesulitan dalam mengakses bacaan adalah dengan menyediakan perpustakaan yang beroperasi secara optimal dan dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca), keberadaan perpustakaan umum, terutama di daerah pedesaan, masih belum cukup memadai. Dengan memperluas jaringan perpustakaan serta meningkatkan fasilitas serta jam operasionalnya, masyarakat akan lebih mudah mengakses berbagai bahan bacaan.
ADVERTISEMENT
Selain perpustakaan yang berwujud bangunan tetap, perpustakaan keliling yang mendatangi masyarakat secara langsung dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi keterbatasan akses. Dengan berjalannya program perpustakaan keliling, masyarakat yang tinggal di pedesaan atau daerah dengan infrastruktur terbatas dapat turut merasakan kemudahan dalam mengakses buku bacaan. Selain itu, program ini juga memungkinkan penyebaran literasi secara merata, sesuai dengan yang diupayakan oleh Perpustakaan Nasional untuk mengoptimalkan keberadaan perpustakaan di Indonesia.
Di era pesatnya perkembangan teknologi, perpustakaan digital menjadi salah satu gerbang utama yang membuka kemudahan akses bahan bacaan bagi masyarakat. Namun, agar manfaatnya dapat dirasakan secara optimal, perpustakaan digital perlu terus dikembangkan dengan menghadirkan koleksi yang relevan, fitur yang user-friendly, serta dukungan teknis yang memadai. Dengan langkah-langkah ini, perpustakaan digital dapat menjadi solusi inklusif yang mengatasi hambatan jarak dan keterbatasan ekonomi dalam mengakses bahan bacaan.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan perpustakaan digital atau sumber bacaan online tentunya memerlukan akses internet yang stabil. Oleh karena itu, penyediaan layanan internet di daerah terpencil atau kurang berkembang juga berperan penting dalam mengatasi kesenjangan akses bacaan. Akses internet yang merata dapat memperbolehkan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia untuk bersama-sama menikmati bahan bacaan di ruang digital.
Melihat bagaimana keterbatasan dalam mengakses bahan bacaan terbukti dipengaruhi oleh kendala ekonomi masyarakat, maka penyelenggaraan program buku gratis atau murah dapat menjadi salah satu solusi yang efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Jika diterapkan secara bersamaan, solusi-solusi yang saling melengkapi di atas dapat membantu mengatasi kesenjangan akses bacaan di Indonesia. Tercapainya kemudahan dalam mengakses beragam buku dan bahan bacaan memungkinkan tingkat literasi masyarakat Indonesia untuk meningkat secara signifikan. Akan tetapi, guna mencapai peningkatan literasi masyarakat yang berkelanjutan, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat itu sendiri sangatlah dibutuhkan. Masing-masing pihak memiliki peran penting dalam menciptakan budaya literasi yang baik dan terbuka bagi semua. Pemerintah bertanggung jawab dalam menyediakan kebijakan dan infrastruktur yang mendukung, akademisi bertugas untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan kurikulum, sektor swasta berpartisipasi dengan mendukung akses bahan bacaan dan teknologi, serta masyarakat yang berperan aktif dalam membangun budaya membaca. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama berkolaborasi dan berusaha sebaik mungkin untuk meningkatkan literasi bangsa, demi terciptanya Indonesia yang lebih maju melalui sumber daya manusia yang unggul.
ADVERTISEMENT
Referensi
Hamdiah, H., & Yusoff, N. M. R. N. (2021). Economic Factor and Reading Habit: A Survey of Students’ Reading Habit in East Lombok, West Nusa Tenggara, Indonesia. Bulletin of Community Engagement, 1(2), 94–106. https://www.attractivejournal.com/index.php/bce//index
Meinita, H. (2018, November 26). Mewujudkan Perpustakaan sebagai Pusat Aktivitas Masyarakat. Perpustakaan Nasional. https://perpusnas.go.id/berita/mewujudkan-perpustakaan-sebagai-pusat-aktivitas-masyarakat
Wahyudi, A. H., Rayhan, M. Z., Sembiring, G. S. B., Syam, B. N., & Hutagalung, E. V. (2024). The Low Interest of Indonesian People to Read Books. International Journal of Teaching and Learning (INJOTEL), 2(10).