Konten dari Pengguna

Perspektif Nasionalisme atas Penggunaan Bahasa Asing dalam Berkomunikasi

Amanda Ayu Lestari
Mahasiswi Hubungan Internasional (Universitas Katholik Parahyangan)
7 Januari 2022 13:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amanda Ayu Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Foto : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Foto : freepik.com
ADVERTISEMENT
Di era globalisasi yang serba internet ini, banyak generasi muda yang fasih berbahasa asing. Bahkan tidak jarang dari mereka yang berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris atau bahasa lain daripada bahasa negara sendiri.
ADVERTISEMENT
Ini disebabkan oleh lamanya mereka berselancar di media sosial, sehingga media sosial mempengaruhi pola pikir generasi abad-21.
Melihat kasus ini, banyak anak muda yang berkomunikasi menggunakan bahasa slank atau campuran. Contohnya pada kolom postingan dan komentar di media sosial yang berisi caption berbahasa Inggris dan Indonesia. Hal inilah yang membuat generasi abad-21 ini kurang dalam mencintai bangsa dan bahasa negara sendiri.
Tindakan yang melemahkan bahasa Indonesia harus dihindarkan karena dapat membuat bahasa Indonesia kehilangan identitasnya sebagai bahasa kebanggaan negara. Tetapi kembali lagi, tergantung bagaimana bahasa itu digunakan. Jika untuk hal yang positif seperti untuk membangun bangsa itu sangat baik, tetapi jika digunakan hanya untuk menunjukkan eksistensi agar terlihat lebih dari yang lain, itu merupakan hal yang salah.
ADVERTISEMENT
Munculnya bahasa asing yang dianggap lebih berkualitas membuat bahasa Indonesia tenggelam dihanyutkan zaman. Tak dipungkiri, bahasa Inggris juga sangat dibutuhkan, namun ini tak lantas berarti kalau bahasa Indonesia tak lagi keren dan dikurangi demi alasan untuk menjadi lebih gaul.
Bahasa asing dapat menghilangkan identitas bangsa sebagai bahasa negara dan juga bahasa kesatuan republik Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa yang perlahan akan dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Biasanya penggunaan bahasa asing ini diawali dengan bertambahnya tren dari negara luar yang ada di sosial media, bertambahnya film-film dari luar negeri, serta luasnya sosial media yang menunjukkan tentang gaya busana serta gaya bahasa artis luar negeri, sehingga lama kelamaan anak muda yang ada di Indonesia menirunya.
ADVERTISEMENT
Peningkatan gengsi serta juga keinginan untuk terlihat keren yang dikombinasikan dengan semakin populernya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, juga kerap membuat remaja masa kini akhirnya cenderung lebih suka berbicara menggunakan bahasa Inggris.
Sebenarnya penggunaan bahasa asing tetap penting dan bukan berarti tidak mencintai bahasa nasional, tetapi di era globalisasi seperti sekarang ini akan sangat penting jika kita mampu menguasai bahasa asing sehingga dapat meminimalisir kesalahpahaman tentang budaya lain yang masuk ke Indonesia. Seperti contoh para pendiri bangsa seperti Soekarno dan Hatta, mereka mempunyai kemampuan menguasai bahasa asing yang mumpuni tetapi tidak diragukan lagi rasa nasionalismenya.
Dengan mengembangkan dua bahasa yaitu bahasa asing dan bahasa Indonesia, maka dapat memiliki nilai positif bagi kita karena mampu meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan kualitas pendidikan dalam. Maka dari itu, penggunaan bahasa asing juga tidak selamanya dapat mengurangi rasa nasionalisme seseorang, asal dalam penggunaannya harus tahu tujuan serta untuk memajukan Indonesia menjadi lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT