Efek Lagu Aceh terhadap Kosakata Bahasa Daerah

Amanda Farisa
Mahasiswi Universitas Pamulang Prodi Akuntansi S1
Konten dari Pengguna
12 Mei 2022 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amanda Farisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lagu merupakan hal yang menyenangkan bagi semua orang, lagu bisa memperbaiki mood kita dan menjadi tujuan utama ketika kita merasa bosan. Melalui musik manusia dapat mencurahkan perasaan gembira atau senang, sedangkan Bahasa daerah adalah salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (berupa gagasan, pikiran, dan saran). Bahasa daerah tersebut diasosiasikan dengan proses-proses berpikir, rasa identitas diri, dan solidaritas dalam keluarga dan masyarakat. Bahasa daerah merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri dalam berkomunikasi (Mahmud, dkk.,1995:1)
ADVERTISEMENT
Ada kontak budaya yang hidup antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Kontak sosial antara penutur yang satu dengan penutur yang lain menimbulkan berbagai masalah kebahasaan. Masalah muncul dari adanya dua bahasa atau lebih yang digunakan penutur secara bergantian dalam interaksinya dengan orang lain.

Provinsi Aceh

Aceh, provinsi yang memiliki letak yang sangat srategis, berada di ujung barat Pulau Sumatra berada pada 2--65° Lintang Utara dan 95--98° bujur timur. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, di selatan dan barat berbatasan dengan Sumatera Utara, sementara sebelah timur juga dengan berbatasan dengan Selat Malaka. Letak geografis itu pula yang membuat Aceh begitu kaya akan budaya. Pada masa kesultanan Aceh, bahasa Aceh yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Melayu berakulturasi dengan bahasa Inggris, Cina, Portugis, Arab dan lain-lain. Hal itu karena bahasa Aceh memiliki logat dan pengucapan yang hampir sama dengan logat Inggris, Cina, Portugis, Belanda dan negara lainnya yang pernah melakukan transaksi perdagangan di Serambi Mekkah ini.
ADVERTISEMENT
Bahasa Aceh merupakan bahasa daerah yang masih aktif hingga sekarang. Bahasa ini memiliki penutur terbanyak dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Aceh. Di samping itu, bahasa Aceh juga tergolong ke dalam bahasa yang unik. Salah satu keunikannya terletak pada kaidah kebahasaan yang digunakan. Hal ini telah tercantum dalam pendapat (Azwardi, 2018) yang menyatakan bahwa bahasa Aceh merupakan salah satu khazanah kearifan lokal yang semestinya dilestarikan.
Pelestarian tersebut dilakukan untuk mempertahankan eksistensi bahasa Aceh. Apalagi, bahasa daerah memiliki risiko kepunahan lebih tinggi dibandingkan dengan bahasa nasional karena penutur asli bahasa daerah hanya berada di daerah tersebut. Sehubungan dengan itu, Alwi & Sugono (2000) mengemukakan bahwa pembinaan terhadap bahasa daerah lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan pembinaan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahasa Indonesia dominan dipakai dalam berbagai aspek kehidupan, sedangkan bahasa daerah tidak. (Azwardi, 2018) mengatakan bahwa bahasa Aceh akan dapat bertahan jika ada upaya yang serius untuk membina bahasa tersebut. Jika upaya itu berhasil dilakukan, bahasa Aceh dapat menjadi kekuatan budaya lokal di Aceh.
ADVERTISEMENT
Media lagu ini dapat dijadikan alat bantu untuk berbagai macam keterampilan berbahasa. Media lagu ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk melestarikan bahasa daerah seperti dalam penguasaan kosa kata, karena lagu dapat menarik perhatian sehingga bisa memotivasi. Dalam hal ini yaitu dalam proses pembelajaran bahasa Aceh.
Dengan memanfaatkan fungsi lagu sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi, maka lagu dapat digunakan untuk mengajarkan beberapa macam ketrampilan berbahasa, seperti stuktur kalimat atau tata bahasa, kosakata dan berbicara.