Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Impresi Seksisme dalam Bahasa Indonesia
15 Mei 2022 19:12 WIB
Tulisan dari Amanda Farisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seksisme merupakan diskriminasi terhadap seseorang berdasarkan jenis kelamin atau gender. Seksisme adalah anggapan bahwa salah satu jenis kelamin lebih hebat atau lebih baik dari jenis kelamin yang lain. Seksisme bukan hanya terjadi di kehidupan sosial saja, tetapi juga budaya, ekonomi dan politik. Adanya pola pikir yang sudah mendarah daging di masyarakat membuat sebagian masyarakat menganggap bahwa jenis kelamin tertentu lebih cocok berada di posisi-posisi tertentu. Seolah-olah pekerjaan atau perilaku tersebut hanya boleh dikerjakan oleh salah satu jenis kelamin saja.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari gendernya apa, laki-laki dan perempuan itu mempunyai hak dan peran yang sama, meskipun cara melakukannya berbeda. Setiap gender diekspresikan untuk berbuat, berkata, atau berpakaian sesuai dengan gendernya masing-masing. Tentunya seksisme sangat berbahaya karena menimbulkan perasaan tidak berharga, keinginan untuk mengubah perilaku, maupun memicu penurunan kesehatan mental.
Dampak yang akan dirasakan oleh korban seksisme ialah terganggunya kesehatan mental seperti munculnya depresi klinis, insecure, hingga takut berpergian keluar rumah atau ke tempat aktivitas. Selain itu, korban sungkan berpergian dan merasa terjebak pada situasi seksisme tetapi tidak tahu harus melakukan apa, dan seksisme membuat korban menjadi kurang percaya diri.
ADVERTISEMENT
Seksisme dalam Bahasa Indonesia
Dalam segi kosakata, kata sifat selalu dihubungkan dengan gender. Misalnya, “Marah-marah terus, kamu pasti lagi PMS ya. Dasar perempuan”. Tidak semua perempuan ketika PMS marah-marah, ini dengan jelas membuktikan bahwa adanya diskriminasi terhadap jenis kelamin(perempuan).
Dalam segi asosiasi, adanya perbandingan antara objek satu dengan objek lainnya. Misalnya, “Untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi, kalau akhirnya juga di dapur, sumur dan kasur.”
Jenis Seksisme (Contoh kasus pada perempuan)
- Hostile sexism
“Jadi perempuan enak , tinggal nangis atau merengek aja langsung dapat apa yang dia mau”.
- Seksisme Ambivalen
“Nanti kalau sudah menikah, mau kerja atau jadi ibu yang baik?”
- Benevolent Sexism
“Perempuan adalah makhluk lemah yang harus dilindungi oleh laki-laki, tidak boleh bekerja berat, harus dibantu”.
ADVERTISEMENT
- Seksisme Institusional
“Seorang perempuan tidak boleh menjadi bos”.
- Seksisme Antarpribadi
“Penampilan kamu buat aku terdistraksi”.
Seksisme di Indonesia membutuhkan pendekatan yang berbeda karena bentuknya yang berbeda. Seksisme dapat dikurangi dengan membuat maknanya lebih positif atau netral. Hal ini dapat dilakukan baik melalui saluran budaya, seperti komunikasi di media dan jaringan sosial.
Seksisme dalam bentuk wacana paling sulit dihadapi karena terlembagakan dalam pengetahuan, adat, bahkan struktur sosial yang tampak alami. Untuk mengubah hal tersebut, kajian kritis terhadap pengetahuan seksis harus dilakukan secara berkesinambungan. Ini telah dilakukan oleh beberapa ahli bahasa yang telah mempelopori dan mempromosikan analisis wacana kritis
Oleh karena itu, mari hindari perilaku seksisme dengan cara pahami bahwa setiap orang memiliki keunikan dan kelebihannya masing-masing, perbedaan jenis kelamin bukan menjadi tolak ukur dalam menentukan derajat seseorang.
ADVERTISEMENT