Mengeksplorasi Bahasa Aceh melalui Lagu Berbahasa Daerah

Amanda Farisa
Mahasiswi Universitas Pamulang Prodi Akuntansi S1
Konten dari Pengguna
23 Mei 2022 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amanda Farisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com
ADVERTISEMENT
Lagu merupakan sebuah salah satu elemen yang paling berpengaruh dalam menentukan ekspresi dan emosi. Dengan elemen yang bersifat audio dan dapat di representasikan maknanya yang lebih kuat dalam lirik lagu. Klasifikasi lagu dapat dilakukan dengan menggunakan lirik lagu sebagai media yang digunakan untuk mengklasifikasi ekspresi dan emosi seseorang.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1950-an, musik berbahasa Aceh telah dimainkan di kebudayaan panggung di seluruh negeri, terutama di Banda Aceh. Lagu - lagu Aceh kala itu dibawakan oleh sekelompok orkes, yang paling terkenal adalah Anzib Lamnyong dan Teuku Djohan. Kedua tokoh ini menjadi lagu - lagu Aceh populer dalam beberapa tahun terakhir.
Meusare-sare adalah lagu berbahasa Aceh yang ditulis oleh Safira Amalia. Syair indah dikemas dalam alunan musik melayu dan kedaerahan menjadikan lagu ini ingin dinikmati berulang - ulang. Lagu tersebut menggambarkan kegiatan sehari - hari penduduk Aceh, seperti petani dan nelayan. Di bidang manajemen keluarga, nelayan dan petani adalah dua profesi terpenting.

Berikut lirik dan terjemahan dari lagu "Meusare-sare" - Safira Amalia

Ureung meulaot ngon ureung meugoe (nelayan dan para petani)
ADVERTISEMENT
Dua samlakoe punca utama (dua kepala keluarga yang paling utama)
Nyang keuh pangkai bagi geutanyoe (itulah sadar untuk kita semua)
Hudep lam nanggroe makmu seunia (hidup di dalam negeri yang makmur sejahtera)
Jak keunoe rakan lon ta jak ceumatok (mari kawan ku kita menyangkul)
Tanoh ta phoek-phoek beubeukah dua (tanah kita pukul hingga terbelah dua)
Ta phoek laju rakan bohate (teruslah memukul wahai sahabat)
Maeubek laloe le uroe kajula (jangan lah lalai hari telah siang)
REFF:
Itibum bam bum jimeusue jeungki (itibum bam bum ibarat suara jeungki)
Ale jinari leusong meudoda (kayu penumbuk menari)
Jaroe jihayak keuieng geuhayon (tangan melambai pinggul berayun)
Jeungki jiek tron leusong meudoda (jeungki naik turun lesung berdendang)
ADVERTISEMENT
Itubum bam bum tajak top pade (itubum bam bum mari menumbuk padi)
Tajak top pade (mari menumbuk padi)
Tajak top pade (mari menumbuk padi)
Keuing meuhayak kuchet sabe (pinggul bergoyang karena selalu ceria)
Itibum bam bum (itibum bam bum)
https://pixabay.com
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang diharapkan bisa mencukupi semua kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Tetapi, menjadi negara agraris tidak menjamin bahwa suatu negara terbebas dari impor, khususnya sektor pertanian. Oleh karena itu, melalui lagu ini Safira Amalia mengingatkan kita semua bahwa kita merupakan negara agraris yang seharusnya bebas dari impor di bidang pangan.
Lagu ini mengajak kita semua khususnya pemerintah untuk memajukan pertanian Indonesia khususnya di bidang pangan. Sehingga kita tidak lagi mengimpor bahan pangan dari luar negara. Kita merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki lahan dan lautan yang luas, hanya saja pengelolaannya perlu ditingkatkan untuk lebih memajukan negara kita.
ADVERTISEMENT