Konten dari Pengguna

Inovasi Mahasiswa KKN UB Sulap Sampah Plastik Jadi Paving di Desa Ngajum

Amarelis
Sociology student at Brawijaya University Malang Active on Instagram @amayouthh
10 Agustus 2023 18:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amarelis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kampanye bank sampah oleh Mahasiswa Membangun 1000 Desa Universitas Brawijaya
zoom-in-whitePerbesar
Kampanye bank sampah oleh Mahasiswa Membangun 1000 Desa Universitas Brawijaya
ADVERTISEMENT
Plastik merupakan sisa limbah yang paling sering ditemui terutama dalam sampah rumah tangga. Para ahli memperkirakan dibutuhkan waktu antara 500 sampai 1000 tahun agar sampah plastik dapat benar-benar terurai di alam. Saat ini Indonesia menjadi negara kedua di dunia yang menyumbang sampah plastik paling banyak ke laut. Sampah plastik sering dianggap sebagai permasalahan yang mendominasi kawasan perkotaan, namun kenyataanya hal ini juga terjadi di kawasan pedesaan salah satunya di Dusun Sembon Durenan, Desa Ngajum, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT
Kawasan pedesaan Desa Ngajum khususnya di Dusun Sembon Durenan yang masih sangat asri, didominasi oleh sektor pertanian dan peternakan. Kontur tanah dan kondisi alam yang ada, sangat mendukung warganya untuk bercocok tanam. Dibalik segala berkah dan kekayaan alamnya, dusun ini masih mengalami beberapa permasalahan lingkungan terutama perihal mengatasi sampah plastik yang semakin bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan observasi yang di dapat dilapangan, pengelolaan sampah rumah tangga di dusun ini masih belum mendapat perhatian yang serius dari pihak pemerintah setempat.
Melihat kondisi tersebut, mahasiswa KKN Kelompok 140 Universitas Brawijaya yang sedang melakukan pengabdian tergerak untuk membuat inovasi paving dari sampah plastik yang selama ini menjadi permasalahan lingkungan menahun di dusun tersebut. Memang bukan hal yang mudah, apalagi untuk menimbulkan rasa sadar dan peduli kepada warganya akan bahaya dari sampah plastik. Mungkin dampaknya belum dirasakan sekarang, tapi 10 sampai 20 tahun lagi baru timbul penyesalan ketika sudah tercemar lingkungannya.
ADVERTISEMENT
Program kerja ini awalnya dibuat secara kecil-kecilan. Sosialisasinya pun kita lakukan dengan cara perlahan, dengan membaur bersama warga terutama saat ada kegiatan bersama. Inisiasi kami saat itu adalah setiap satu kilogram sampah plastik yang terkumpul, dapat ditukarkan dengan sembako atau sayur-mayur. Tapi karena keterbatasan biaya, akhirnya kami putar otak untuk memberikan imbalan berupa kebab. Yang tertarik justru anak-anak, setiap hari mereka semangat sekali mampir ke basecamp untuk membawa sampah plastik yang dikumpulkan dari jalan-jalan sekitar dusun.
Hasil sampah plastik yang sudah terkumpul akan kami bakar dengan tong sederhana, lalu selanjutnya dicetak menjadi paving. Supaya lebih kuat, bisa diberi campuran semen putih dan di cat warna-warni agar tidak monoton warna hitam. Paving-paving yang sudah jadi juga sempat kami pamerkan saat ada festival desa. Akan tetapi, metode pengolahan sampah plastik menjadi paving dengan cara yang masih sangat konvensional tentunya dapat menimbulkan polusi akibat dari proses pembakaran manual. Kami sangat berharap akan ada pihak-pihak lain yang mensupport kegiatan ini sebagai upaya dan langkah kecil kita untuk bersama-sama menyelamatkan lingkungan.
ADVERTISEMENT