Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Dialog Satir dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini), Sebuah Realita Sosial?
16 Januari 2025 14:34 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Fathya Amatullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Film memegang peranan penting sebagai alat untuk menyuarakan kritik sosial dan mengangkat isu-isu yang relevan. Alangkah Lucunya (Negeri Ini) (2010) adalah salah satu karya perfilman yang ikonik di Indonesia. Disutradarai oleh Deddy Mizwar, film ini menyajikan komedi satir yang menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia dari sudut pandang yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Melalui dialog-dialognya, film ini mengangkat tema ketimpangan sosial yang menggugat implementasi UUD 1945 pasal 34 ayat (1): “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”
Kritik Sosial dalam Dialog Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Dialog-dialog dalam film berperan penting dalam membangun karakter-karakter yang kuat dan memerankan peran sebagai narator yang mengungkapkan pandangan sutradaranya terhadap realita sosial.
Melalui karakter-karakter dan dialog mereka, penonton dapat melihat bagaimana masyarakat Indonesia berinteraksi dengan isu-isu sosial. Berikut beberapa contoh dialog dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) yang mengandung kritik sosial.
(1) “Orang berpendidikan ada juga yang nyopet. Tapi mereka ga nyopet dari dompet yang isinya terbatas. Mereka nyopet dari lemari, brankas, dan bank!”
ADVERTISEMENT
Sekilas, dialog ini sebatas berbicara soal nyopet. Namun, secara tersirat menyentil perilaku korupsi yang bahkan dilakukan oleh mereka yang berpendidikan tinggi.
Dialog ini menggambarkan bahwa beberapa orang yang berpendidikan atau berkelas sosial tertentu juga terlibat dalam tindakan kriminal, dalam hal ini dapat merujuk kepada masalah korupsi atau perilaku tidak etis yang terjadi dalam masyarakat.
Dengan nuansa komedi, film ini menyampaikan sebuah pesan serius: korupsi telah merajalela di berbagai tingkatan sosial.
(2) “Lu nyuruh gue jelasin pentingnya pendidikan, gue sendiri ga yakin pendidikian itu penting.”
Dialog selanjutnya secara denotatif membahas keraguan seorang tokoh terhadap pentingnya pendidikan. Lambat laun hal ini menjadi sesuatu yang dinormalisasikan, memilih "melangkahi" pendidikan dengan alasan "urgensi".
ADVERTISEMENT
(3) “Kalian terganggu dengan pengemis dan pengasong, tapi ga terganggu dengan ulah para koruptor yang sudah memiskinkan kalian!”
Dialog ini menggambarkan sebuah ironi sosial. Fokus masyarakat sering kali teralihkan ke masalah kecil, sementara masalah besar seperti korupsi yang merugikan rakyat dan negara justru terabaikan.
Beberapa dialog di atas menunjukkan pentingnya peran dialog dalam menyampaikan alat kritik sosial dalam film. Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) ini tidak hanya menjadi sebuah karya bergenre komedi yang menghibur, tetapi juga sebuah cerminan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu.