Anemia pada Remaja Indonesia: Bantas Anemia Demi Remaja Indonesia yang Sehat!

Muhammad Subhaan Ambardhani
Muhammad Subhaan Ambardhani, biasa dipanggil Subhaan, adalah seorang mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Subhaan lahir dan besar di Pekanbaru, sekarang menetap di Ciputat, Tangerang Selatan untuk berkuliah
Konten dari Pengguna
11 Desember 2022 11:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Subhaan Ambardhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sel darah merah. Sumber: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sel darah merah. Sumber: pixabay.com

Dilansir dari RSUD Kota Tangerang Selatan yang mengutip dari Kementerian Kesehatan RI, salah satu masalah kesehatan remaja di Indonesia adalah anemia defisiensi zat besi. Apa sih itu anemia defisiensi besi?

ADVERTISEMENT
Dikutip dari National Library of Medicine, anemia digambarkan sebagai penurunan proporsi dari sel darah merah. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, sel darah merah atau yang biasa disebut sebagai sel eritrosit sangatlah penting dalam kehidupan karena berfungsi mengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh sel tubuh. Jika oksigen dan nutrisi yang diperlukan tidak sampai atau terlambat ke sel tubuh, maka sel tubuh akan mati.
ADVERTISEMENT
Bagaimana sebenarnya sel eritrosit dapat mengangkut oksigen? Eritrosit menggunakan hemoglobin untuk mengangkut oksigen. Hemoglobin dibentuk dari dua molekul; heme dan globin. Heme dapat terbentuk jika zat besi tercukupi dalam tubuh. Jika tidak terdapat zat besi yang cukup dalam tubuh, maka pembentukan heme akan terhambat. Hal ini akan menghasilkan masalah yang berantai dan cukup besar, pada akhirnya sel eritrosit yang dihasilkan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Ada banyak cara untuk menghindari anemia defisiensi zat besi, berikut adalah tips yang dikutip dari alodokter, yuk disimak.
1. Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi
Ada banyak makanan yang mengandung zat besi, seperti sayuran hijau (brokoli, bayam, dll.), daging merah, dan kacang-kacangan. Selain dari itu, juga terdapat ikan-ikanan yang selain tinggi akan zat besi, juga tinggi protein, omega-3 yang bermanfaat untuk kesehatan otak dan jantung, seperti salmon, tuna, kembung, dan tongkol
ADVERTISEMENT
2. Mengonsumsi makanan atau minuman yang dapat membantu proses penyerapan zat besi dalam darah
Tahukah sobat? Ternyata terdapat makanan maupun minuman yang dapat membantu tubuh dalam penyerapan zat besi. Bayangkan, sebenarnya tidak semua zat besi yang kita konsumsi akan diserap oleh tubuh. Hal ini tentunya dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Nah, agar penyerapan besi dapat dilakukan secara maksimal oleh tubuh, konsumsilah suplementasi vitamin C, buah jeruk, air jeruk, air lemon, atau sumber vitamin C lainnya.
Dikutip dari PubMed Central, vitamin C dapat membentuk lingkungan yang lebih asam pada lambung dan hal ini membuat penyerapan besi menjadi lebih mudah.
3. Menjaga berat badan agar tetap ideal
Kembali dilansir dari PubMed Central, obesitas dapat berpengaruh terhadap penyerapan zat besi ke dalam tubuh. Secara normalnya, besi dari lambung akan diserap ke dalam tubuh melalui transporter. Salah satu transporternya dinamakan ferroportin. Nah, agar ferroportin tidak berlebihan dalam menyerap besi, terdapat suatu molekul yang dapat menghambat kerja transporter ferroportin, yang dinamakan sebagai protein hepcidin. Protein hepcidin diproduksi oleh liver yang dapat secara berlebihan diproduksi apabila kita memiliki tubuh yang obesitas. Hal tersebut dapat menghambat penyerapan besi yang sekaligus menghambat pembentukan sel darah merah.
ADVERTISEMENT
4. Menghindari kopi dan/atau teh setidaknya 30 menit sebelum atau setelah makan
Kembali dikutip dari PubMed Central, kopi dan teh mengandung zat tannin yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Mekanismenya adalah sebelum zat besi dapat diserap oleh tubuh, tannin akan berikatan dengan zat besi tersebut (membentuk kelat), sehingga penyerapan zat besi menjadi terhambat.
5. Memberikan ASI eksklusif atau susu formula yang diperkaya zat besi untuk bayi, terutama yang lahir prematur
Dikutip dari Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, banyak bukti ilmiah yang menyebut bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang.
Setelah 6 bulan ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan mineral seperti zat besi, seng sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus diberikan MPASI (makanan pendamping ASI) yang kaya zat besi.
ADVERTISEMENT
Bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, dan bayi yang memiliki kelainan lainnya tidak memiliki cadangan besi adekuat pada saat lahir. Umumnya membutuhkan suplementasi zat besi sebelum usia 6 bulan, yang dapat diberikan bersama dengan ASI eksklusif.
Referensi
• Moustarah F, Mohiuddin SS. Dietary Iron. National Library of Medicine. 2022Apr21;
• Li N, Zhao G, Wu W, Zhang M, Liu W, Chen Q, et al. The efficacy and safety of vitamin C for iron supplementation in adult patients with iron deficiency anemia. JAMA Network Open. 2020;3(11).
• Alshwaiyat N, Ahmad A, Wan Hassan WM, Al‑jamal H. Association between Obesity and Iron Deficiency (review). Experimental and Therapeutic Medicine. 2021;22(5).
• Delimont NM, Haub MD, Lindshield BL. The impact of tannin consumption on iron bioavailability and status: A narrative review. Current Developments in Nutrition. 2017;1(2).
ADVERTISEMENT
• Kementerian Kesehatan RI. ASI Eksklusif [Internet]. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2022 [cited 2022Dec10]. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1046/asi-eksklusif