Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Benteng Duurstede, Bukti Sejarah Kejayaan Rempah di Maluku
18 Desember 2018 19:25 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
ADVERTISEMENT
Ambon,-Anda pasti pernah mendengar nama Pulau Saparua. Ya, pulau ini identik dengan perjuangan pahlawan nasional asal Maluku, Kapitan Patimura. Karena di pulau inilah pahlawan kebangaan Maluku itu memulai kisah perjuangannya. Kini salah satu pulau di gugusan Kepulauan Maluku ini, populer dengan pesona wisata sejarahnya.
ADVERTISEMENT
Pulau Saparua berjarak sekitar 50 mil dari Ambon, ibukota Provinsi Maluku, yang bisa dijangkau dengan kapal cepat selama 1,5 jam dari Pelabuhan Tulehu.
Pulau kecil seluas 247 kilometer persegi tersebut, tak hanya menawarkan pesona alam, tetapi juga jejak historis kedatangan bangsa eropa di Nusantara. Dimulai dari pedagang Arab, bangsa Eropa yakni Portugis dan Belanda, dan yang terakhir yaitu bangsa Jepang.
Senumlah peninggalan sejarah Bangsa Portugis dan Belanda, akan dijumpai di sana. Senut saja Sumur Tua dan Benteng Duuestede yang terkenal. Begitu pula dengan rumah tua Kapitan Pattimura.
Benteng Duurstede adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi bila datang ke Pulau Saparua. Bangunan Benteng yang masih kokoh di atas tumpukan batu karang ini, sangat mencerminkan kejayaan Pulau Saparua pada masa lampau.
ADVERTISEMENT
Penjaga Benteng Duurstede, Nus Aipassa, menjelaskan bahwa Pulau Saparua masuk dalam daftar pulau-pulau yang diincar oleh bangsa Portugis maupun Belanda karena Cengkeh dan Pala yang sangat subur pada masa itu.
"Dulu Pulau Saparua sangat disenangi oleh Bangsa Portugis dan Belanda karena cengkeh dan palanya, sehingga dibangun Benteng Duurstede tersebut untuk menjaga Saparua," paparnya.
Benteng Duurstede dibangun pertama kali oleh Portugis pada tahun 1676, kemudian direbut oleh Belanda dan dibangun kembali oleh Gubernur Ambon Mr. Nicolaas Schaghen pada tahun 1691. Benteng tersebut diberi nama Duurstede oleh Gubernur Nicolaas Schagen sesuai dengan nama negeri kelahirannya di negeri Belanda.
Nus bercerita, kala itu Benteng Duurstede berfungsi sebagai bangunan pertahanan serta pusat pemerintahan Perusahaan Hindia Timur Belanda Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) selama menguasai wilayah Maluku di Saparua.Â
ADVERTISEMENT
"Sampai saat ini bangunan Kantor, ruangan-ruangan staff, penjara dan gudang masih kokoh berdiri. Kami hanya melakukan beberapa renovasi dan perawatan agar bangunan selalu bersih dan juga dapat terjaga," ujarnya.
Benteng Duurstede menjadi pusat gudang cengkeh dan pala hasil kebun dari Saparua, maupun pulau-pulau sekitarnya. Apabila sudah penuh barulah dikirimkan ke gudang pusat dan kemudian diperdagangkan.
"Yang sudah roboh adalah bangunan barak-barak para prajurit, namun sisa-sisa bangunannya masih ada," jelas Nus.
Nus menuturkan, hingga saat ini masih terdapat tiga meriam berwarna merah yang langsung mengarah ke laut Banda. Dulunya dipakai untuk memantau dan melawan musuh yang datang untuk menyerang Saparua.
Benteng Duurstede dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 08.00 WIT hingga pukul 18.00 WIT, sehingga para pelancong dapat datang dan belajar sejarah melalui peninggalan-peninggalan yang ada di sana.
ADVERTISEMENT
Selain bangunan benteng, yang tak boleh dilewatkan adalah pemandangan alam di sekitar area benteng. Hamparan lautan dan panorama senja bakal memanjakan mata anda. (Tiara Salampessy)