Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Ledakan Fitoplankton di Teluk Ambon Tahun 1990 Menewaskan 6 Orang
13 Januari 2019 20:28 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Ambon - Ledakan fitoplankton jenis Dinoflagelata Gonyaulax, Kamis (10/1), bukan ledakan plankton pertama di Teluk Ambon. Ledakan yang sama dengan jenis lain juga pernah terjadi pada 1990.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan literatur yang pernah dibaca Husain Latuconsina, dosen ekologi perairan Universitas Darussalam, ledakan fitoplankton pernah terjadi di perairan Teluk Ambon Dalam (TAD) pada tahun 1990-an. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat di pesisir Teluk Ambon agar tidak mengonsumsi ikan mati akibat ledakan plankton beracun.
“Dulu, kalau tidak salah pernah terjadi ledakan plankton di Teluk Ambon Dalam. Olehnya itu, kalau ledakan lagi seperti yang sedang diteliti oleh LIPI, warga jangan makan ikan mati beberapa hari setelah ledakan tersebut,” kata Husain kepada Ambonnesia.com, Minggu (13/1).
Dinoflagellata Pyrodinium yang Mematikan
Fitoplankton yang dapat menghasilkan racun pada umumnya berasal dari kelompok Dinoflagellata. Sandra E. Shumway dalam bukunya, Effects of Algal Blooms on Shellfish and Aquaculture, menjelaskan bahwa gangguan kesehatan dan korban kematian pada manusia sering ditimbulkan oleh spesies dari marga Gonyaulax, Alexandrium, dan Pyrodinium.
ADVERTISEMENT
Dalam bukunya, peneliti dari Universitas Connecticut, Amerika Serikat, ini menyebutkan, Pyrodinium merupakan penyebab terbesar korban pada manusia, seperti yang terjadi di Guatemala (26 orang meninggal dan sekitar 185 orang di rawat di rumah sakit). Sebelum itu, kasus besar lain teIah terjadi di Filipina, di mana 21 orang meninggal dan sekitar 278 orang di rawat di rumah sakit.
Di Indonesia, kasus serupa telah terjadi, misalnya di Teluk Kao dan di Teluk Ambon. Di Desa Latta terjadi keracunan yang menyebabkan 33 orang korban masuk rumah sakit dan delapan anak kecil meninggal.
Humas sekaligus peneliti Pusat Penelitian Laut Dalam-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2LD-LIPI) Ambon, Rory Dompepen, belum dapat memastikan apakah fitoplankton jenis Dinoflagelata Gonyaulax yang meledak empat hari lalu berbahaya atau tidak bagi manusia.
ADVERTISEMENT
Namun, fitoplankton yang pernah meledak pada 1990 itu sangat berbahaya. “Kalau dulu pernah terjadi ledakan fitoplankton jenis beracun. Sempat ada orang yang masuk rumah sakit,” katanya.
Sementara itu, dikutip dari website P2LD-LIPI Ambon, adanya sel alga beracun di Teluk Ambon mulai terdeteksi sejak tahun 1994, tetapi tingginya intensitas ledakan populasi biota tersebut baru terjadi selama tiga tahun terakhir, yakni pada 12 juli 2014, Februari dan Maret 2013, dan 2 Juli 2014.
Ledakan populasi fitoplankton tertinggi terjadi pada 2 Juli 2014, sekitar pukul 10.00 WIT di perairan Teluk Ambon di Desa Waiheru, Passo dan Halong, Kecamatan Baguala, kelimpahannya mencapai 7,4 x 10.000.000 sel per meter kubik dan menyebabkan perubahan warna air laut. (Amar)
ADVERTISEMENT