Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Mahasiswa di Ambon Tolak Kebijakan Impor Beras
26 September 2018 21:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Ambon,- Sejumlah mahasiswa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di kota ambon, menggelar aksi unjuk rasa di jalan Dr Putuhenna, Desa Poka, Kota Ambon, Rabu (26/9). Mereka menolak rencana Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengimpor 1 juta ton beras hingga akhir September.
ADVERTISEMENT
Padahal, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso telah menegaskan, sampai meminjam gudang milik TNI Angkatan Udara untuk menyimpan stok beras karena gudang miliknya telah penuh.
Pengunjuk rasa menyesalkan Kebijakan tersebut hanya akan menyengsarakan petani dalam negeri. Pasalnya, nilai jual beras petani dalam negeri akan semakin merosot.
"Kami minta Menteri Perdagangan segera menghentikan impor beras dari luar. sebagai negara agraris, pertanian di Indonesia harusnya menjadi sektor yang berdaulat,” kata Koordinator Aksi, Mizwar Tomagola.
Menurutnya, hingga kini petani di dalam negeri masih hidup dibawah garis kemiskinan. Olehnya itu, mereka juga meminta agar pemerintah meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.
Di Maluku, sebut Tomagola, Perum Bolog Divisi Regional (Divre) Maluku dan Maluku Utara hanya membeli hasil panen petani Desa Kobisonta. Semnetara besar petani di Buru yang merupakan salah satu lumbung beras di Maluku tidak dibeli.
ADVERTISEMENT
“Sementara di Pulau Buru hanya dibuat makan sendiri. Sebenarnya ini khan harusnya dibeli pemerintah. Kalau main impor begini, sama artiya pemerintah tidak mau mensejahterakan petani," ujarnya.
Pantauan Ambonnesia.com, sempat terjadi kemacetan panjang di jalan Dr. Puttuhena. Pasalnya, truk pengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) milik PT Pertamina yang melintas di jalan tersebut dihentikan paksa oleh mahasiswa dan dijadikan panggung orasi.
Akibatnya, aksi saling dorong antara massa dengan aparat keamanan yang berjaga di lokasi pun tidak dapaat dihindarkan. (Yusuf)