Konten Media Partner

Menyelami Hubungan Percintaan Di Atas Ranjang Puisi

14 Februari 2018 20:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Menyelami Hubungan Percintaan  Di Atas Ranjang Puisi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Maka aku ingin jadi nelayan yang mampu melayari musim barat di dadamu itu,
ADVERTISEMENT
menghitung tiap desahan yang menyulitkan tujuan.
Ambon,- Puisi berjudul aku mau karam di Situ (dadamu) tersebut, dibacakan penyairnya Marthen Reasoa mengawali pagelaran Ranjang Puisi dua, malam itu di caffe The City Hotel. Selasa, 13 Februari 2018.
Marthen dan Eko tak sekedar hadir dengan kata-kata yang memanaskan dada, Lebih dari itu, mereka mengajak para pengunjung serta penikmat sastra yang hadir untuk memahami pertalian hubungan laki-laki dan perempuan tidak sekedar urusan selangkangan. Namun bagaimana ikatan perempuan dan lelaki dimaknai dalam hubungan yang suci.
Ranjang Puisi, digagas Eko Saputra Poceratu dan Marthen Reasoa, dua penyair muda dari Komunitas Bengkel Sastra Maluku. selain Eko dan Marthen, sejumlah penyair lain , diantaranya Morika Tetelepta, Revelino Bery, Wessly Johanes, Sri Handayani Latukau, Theoresia Rumthe, Roesda Leikawa dan Rudi Fofid sejak beberapa tahun terakhir aktif melakukan pementasan puisi. tujuannya, selain mempopulerkan sastra di Maluku mereka juga ingin orang muda Maluku dapat berkarya lewat puisi dan yang terpenting Menumbuhkan minat berkesenian dalam diri anak-anak muda itu.
ADVERTISEMENT
Tadi malam, merupakan kali kedua Ranjang Puisi digelar, sebelumnya Eko, Marthen dan beberapa rekan penyair juga menggelar acara yang sama. Berbeda dari sebelumnya, kali ini ranjang puisi hadir lebih panas. Ranjang puisi merupakan kolaborasi dari keduanya dengan menampilkan puisi bertema percintaan.
Bagi Ketua Bengkel Sastra Maluku itu, alasan dirinya dan Eko adalah memberi warna baru , pasalnya selama ini penyair di Maluku rata-rata menuliskan karya puisinya dengan tema lingkungan, sosial poitik hingga budaya. Selain itu, pagelaran ranjang puisi sekaligus menepis anggapan bahwa bercinta bukanlah perkara nafsu, atau kepuasan semata melainkan keintiman dari sebuah hubungan yang kudus.
“ kebanyakan para penyair Maluku menulis puisi tentang tema sosial, politik, dan budaya. Untuk itu, kami hadir memberi warna baru dengan menulis puisi percintaan. Kita ingin mnyampaikan bahwa bercinta bukan soal nafsu atau kepuasan tetapi bercinta itu adalah tentang keintiman yang kudus, ” Ujar Marthen
 Menyelami Hubungan Percintaan  Di Atas Ranjang Puisi (1)
zoom-in-whitePerbesar
Ada dua belas puisi yg dibacakan dalam pementasan ranjang puisi itu, Marthen membacakan puisi-puisi pilihannya seperti hujan bertemu dada, rimba ranjang, lalu Eko tampil dengan ranjang bukan ajang dan beberapa puisi "panas" lain.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada musikalisasi puisi yang dibawakan Nona Kanidya dan Coselisa Tiwery dengan puisi mereka Buka Baju dan Selimut Hanyalah Kain. Adapula penampilan grup musik rap Labrack Clan dan Otoskopi Band
"Semakin Ranjang Puisi dilaksanakan, semakin ranjang terselamatkan dari anak-anak muda, yang tidak menghargai diri mereka. Bahwa urusan ranjang bukan untuk membuktikan cinta yang dengan gampang disalahpahami sebagai pemuasan di atas ranjang," kata Eko Saputra Poceratu menjelaskan makna puisinya ranjang bukan ajang.
Piet Manuputy, Rekha
Foto : Erzhal Umamit