Nasi Kelapa, Kuliner Populer di Desa Batu Merah

Konten Media Partner
13 Januari 2019 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nasi Kelapa, Kuliner Populer di Desa Batu Merah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ambon,-Desa Batu Merah sudah tersohor sebagai desa kuliner sejak dahulu, Desa yang punya aksen khas ketika berbicara ini harus menjadi salah satu tempat yang dikunjungi apabila sedang berada di Ambon.
ADVERTISEMENT
Sesuai predikatnya, berbagai jajanan kuliner khas Maluku, dengan aneka cita rasa yang begitu enak dapat dijumpai di sini. Biasanya Batu Merah akan sangat ramai pada bulan Ramadhan, karena ada bursa kue di sepanjang jalan raya di desa itu. Pembelinya bukan saja warga Muslim, namun juga warga Kristiani.
Batu Merah biasanya menjadi tempat warga Kota Ambon membeli menu sarapan maupun makam malam. Aneka makanan bisa dibeli dengan harga terjangkau jika perut mulai keroncongan.
Begitu tiba di Batu Merah, kita langsung disambut berbagai macam lapak makanan. Ada yang menjual aneka kue, nasi kuning dan nasi kelapa. Namun, dibanding sejumlah kuliner yang dijajakan, nasi kelapa Batu Merah merupakan makanan yang yang paling terkenal. Hampir setiap sudut desa ini, ada pedagang nasi kelapa.
ADVERTISEMENT
Jam masih menunjukkan pukul 19.00 WIT ketika tiba di warung Ibu Nur. Kepulan asap ikan bakar di warungnya sudah terlihat dari kejahuan. Warung kecil itu sudah ramai oleh pembeli yang sedang menunggu ikan bakar mereka matang.
Inilah yang membedakan warung nasi kelapa Ibu Nur dengan penjual nasi kelapa lainnya. Di sini ikan bakar menjadi salah satu pilihan lauk untuk pelengkap. Ikannya akan dibakar setelah pembeli memilih ikan, dan saat matang akan dilengkapi dengan sambal colo-colo khas Maluku.
Nasi Kelapa sendiri rasanya sepintas mirip dengan Nasi Uduk di Jakarta, tapi kita akan temukan perbedaan pada cita rasanya. Keduanya memang menggunakan adonan santan, tapi bumbu racikannya berbeda.
Kalau Nasi Uduk dibuat menggunakan bumbu sereh, daun salam, daun jeruk, daun garam secukupnya. Maka nasi kelapa hanya menggunakan bumbu daun pandan dan daun jeruk.Ketika disajikan, Nasi Uduk ditaburi bawang goreng.Temannya bisa tempe dan tahu goreng, empal daging sampai udang atau ayam goreng,dengan ditemani sambal kacang.
ADVERTISEMENT
Sementara Nasi Kelapa dimakan dengan terasi kelapa yang dibuat dari parutan kelapa dicampur cabe dan bawang merah serta perasan jeruk limau, ikan asin, dan perkedel udang. Tapi yang lebih nikmat, jika dimakan bertemankan colo-colo dan ikan bakar.
Ikannya boleh ikan apa saja, namun biasanya yang paling cocok adalahikan Kawalinya atau ikan Lema. Keduanya adalah ikan khas laut Maluku, sejenis ikan kembung.Colo-colo sendiri merupakan salah satu makanan khas Maluku yang dibuat dari perasan jeruk, irisan bawang, irisan tomat, cabe rawitdaun kemangi, serta gula dan garam secukupnya.Warung Ibu Nur sudah ramai oleh pembeli yang sedang menunggu ikan bakar mereka matang. Dalam semalam, warung Ibu Nur yang berlokasi di belokan Tugu SiliwangiBatu Merah ini melayani pengunjung sampai puluhan orang.
ADVERTISEMENT
"Dulu warungnya tidak sebesar sekarang, namun karena semakin banyak pengunjung dan makan langsung di tempat sehingga kita lakukan pembesaran. Ada yang datang sendiri, bersama keluarga dan yang paling sering adalah rombongan, yang rata-rata merupakan wisatawan," jelasnya.
Warung Ibu Nur yang sudah buka sejak tahun 2000 ini, dengan omset perharinya antara Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta.Harga satu porsi nasi kelapa mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 25.000, tergantung permintaan pembeli. Untuk satu bungkus Nasi Kelapa dilengkapi dengan lauk terasi kelapa, potongan ikan asin atau ikan saus lainnya. Bisa juga menggunakan telur asin atau rebus," tuturnya.
Nur menjelaskan, untuk seporsi nasi kelapa dengan ikan bakar harganya berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 30.000 jika menggunakan ikan bakar sesuai pilihan. Ikannya sendiri baru akan dibakar, setelah dipilih oleh pembeli sesuai selera.
ADVERTISEMENT
Warung Ibu Nur sendiri, mulai buka sejak pukul 18.00 WIT. Waktu tutupnya tidak menentu, karena kadang lebih cepat, atau kadang agak molor. Tegantung banyaknya pembeli yang datang
"Kalau sedang ramai biasanya pukul 21.00 WIT sudah habis, namun bila tidak begitu ramai bisa sampai pukul 22.30 WIT. Boleh makan langsung di tempat atau dibungkus, namun biasanya banyak yang memilih untuk makan di tempat, karena lebih nikmat ketika ikan bakarnya masih hangat," tandasnya. (Tiara Salampessy)