Konten Media Partner

Tana Paper, Buah Tangan Kertas Dari Limbah Sagu

28 Januari 2019 20:07 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tana Paper, Buah Tangan Kertas Dari Limbah Sagu
zoom-in-whitePerbesar
Ambonnesia.com,Ambon,- Ada yang lagi trend di kalangan anak muda Ambon. Belakangan ini, puisi atau quote ditulis di kertas daur ulang. Sejumlah anak muda nampak memadati lapak tana paper, Minggu (27/1) malam. Ada yang melihat-lihat, ada pula yang mengantri dibuatkan puisi karya dua seniman muda Ambon. Eko Saputra Poceratu dan Setyawan Samad. Bagi mereka yang membeli tanah paper akan dibuatkan puisi gratis. Nah puisi yang ditulis kedua seniman itu menggunakan mesin ketik dikolaborasikan dengan kertas 'ajaib' edisi khusus Tana Project, karya tangan Priska Birahy & Grace Rijoly. Priska bersama sahabatnya Grace mencoba bereksperimen dengan memanfaatkan limbah alam menjadi barang siap pakai. Kertas "ajaib" itulah yang diberi nama Tana Paper. Kertasnya memang kertas daur ulang, tapi beda dengan kertas daur ulang yang selama ini kita kenal. Sebab Tana Paper adalah kertas yang tebuat dari ela sagu yaitu limbah yang berasal dari batang pohon sagu. Selain memiliki serat-serat yang khas dan kuat, limbah ini selama ini terbuang percuma. Salah satu pemilik Tana Paper, Priska Birahi, menuturkan nama tana diambil dari bahasa Seram yang berarti bumi. "Kenapa namanya bumi, karena kami memakai bahan baku hasil bumi, yaitu ela sagu. Ela sagu sendiri adalah identitas dan kebanggan orang Maluku, selain itu juga ada bubuk kayu manis yang kita gunakan," jelasnya kepada Ambonnesia.com, Senin (28/1). Untuk bahan ela sagu kita dapatkan dari pembuat sagu mentah di Dusun Rupaitu, Tulehu, Maluku Tengah. Bahan utama lain yaitu kertas bekas, Grace dapatkan dari kertas bekas warta jemaat yang didapatkan dari Gereja di Jemaat Poka. Menurut dia, bekas kertas warta jemaat itu dipakai lantaran setiap hari minggu usai ibadah, buletin warta jemaat selalu dibuang begitu saja. Jadi mereka berpikir daripada menjadi sampah lebih baik dijadikan kertas daur ulang. Pembuatannya sangat gampang, pertama kertas dipotong kecil-kecil dan direndam beberapa jam dengan air. Kemudian diblender hingga halus sesuai tekstur yang diinginkan, bisa halus sekali bisa juga medium. Hal tersebut yang mempengaruhi kehalusan kertas nantinya "Untuk bahan ela sagu, harus direbus lebih dulu. Karena prinsipnya tiap bahan baku dari alam wajib direbus dahulu. Setelah direbus, ela ditumbuk hingga setengah kasar, bisa juga memakai blender namun tidak boleh terlalu halus karena teksturnya akan menjadi sangat halus," tuturnya. Sedankan ela sendiri, harus memiliki tekstur, setelah itu campur semua bahan dan diberikan air. Saat semua bahan siap kemudian dicetak menggunakan Screen, alat yang biasanya dipakai untuk sablon. Selanjutnya proses pencetakan Tana Paper tersebut dijemur hingga kering" katanya. Menurut dia, selain pemanfaatan limbah, dia dan Grace ingin agar Maluku memiliki buah tangan lain tak hanya kuliner yang terkenal dari Maluku. "Tidak hanya minyak kayu putih, sagu, bagea, ataupun besi putih. Kami juga ingin ada buah tangan yang berasal dari anak muda Maluku, yang nantinya bisa dikenal hingga luar daerah lainnya," harapnya. Berawal dari latar belakang keduanya yang mirip, dia dan Grace memiliki ide untuk membuat Tana Paper. "Selama ini kita hanya melihat barang-barang handmade berasal dari daerah Jawa saja, kenapa Maluku tidak ada produk handmade yang unik dan kreatif," ujarnya. Dari situlah, menurut Priska, project berdua ini hadir. Mereka berharap agar Tana Paper dapat tembus hingga pasar Nasional. "Ke depannya kami sedang mencoba untuk kertas tersebut memiliki aroma, sehingga berbeda dengan kertas daur ulang lainnya dan memikiki ciri khas," kata Priska.
ADVERTISEMENT
(Tiara Salampessy)