Konten dari Pengguna

Kesetaraan Gender Dalam Budaya Patriarki

Amelia Kamil
Mahasiswa Hukum Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30 November 2021 21:53 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amelia Kamil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
www.freepick.com
zoom-in-whitePerbesar
www.freepick.com
ADVERTISEMENT
Kesetaraan gender menjadi tuntutan di hampir semua negara, faktanya tidak mudah untuk mewujudkan kesetaraan gender. Pada dasarnya, semua orang sepakat bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda dalam biologis. Penyebab susahnya mewujudkan kesetaraan gender ini karena adanya konstruk budaya masyarakat mengenai budaya patriarki yang membedakan peran laki-laki dan perempuan. Konstruk budaya ini sudah lama dari generasi ke generasi dan akan sulit diubah. Untuk mengubah budaya ini, maka dibutuhkan proses yang sangat lama. Meskipun sulit diubah, masih ada harapan untuk mewujudkan kesetaraan gender yaitu melalui pendidikan kesetaraan gender, melibatkan laki-laki dan perempuan dalam berpartisipasi kegiatan, mendapatkan benefit yang adil antara laki-laki dan perempuan.
ADVERTISEMENT
Pengertian Patriarki
Patriarki adalah penyebab penindasan terhadap perempuan. Bagi masyarakat yang menganut budaya patriarki menempatkan laki-laki dalam posisi dan kekuatan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Menurut masyarakat, perempuan lebih lemah dibandingkan laki-laki. Budaya patriarki ini terjadi dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Menurut Muhadjir (2005: 166), kultur ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi, marijinalisasi, maupun kekerasan terhadap perempuan. Menurut E.Linda Yuliani dalam bukunya Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam menjelaskan bahwa budaya patriarki yang masih terjadi di masyarakat membuat posisi perempuan menjadi terpojok terutama dalam kasus pernikahan dini. Mereka tidak memiliki kebebasan untuk melakukan penolakan karena di beberapa adat, perempuan yang menolak untuk dinikahi adalah perempuan yang hina dan tidak tahu diri. Maka, meskipun realitas sosial yang terjadi bahwa banyak dari mereka yang belum siap secara mental untuk menikah, namun sayangnya fakta tersebut masih diabaikan. Dilingkungan kehidupan, budaya patriarki memang tidak terlihat, tapi bisa dirasakan dengan jelas.
ADVERTISEMENT
Dampak dari Budaya Patriarki
Perbedaan gender sebenarnya tidak jadi masalah, namun permasalahannya konstruk sosial yang dibangun dalam budaya patriarki ini menyebabkan ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan. Ketidakadilan gender tersebut dapat dicontohkan misal, subordinasi atau penomorduaan. Yaitu kepercayaan bahwa salah satu jenis kelamin lebih penting dibandingkan jenis kelamin lainnya. Selain itu, adanya citra baku tentang individu atau kelompok yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada. Misalkan, seorang perempuan berlabelkan sebagai ibu rumah tangga yang tugasnya hanya mengurusi pekerjaan rumah saja. Sedangkan berpolitik, berbisnis ataupun bekerja lebih di labelkan kepada laki-laki. Hal ini dapat merugikan perempuan karena terjadinya diskriminasi. Selain adanya diskriminasi, adanya beban yang ganda. Sebagai contoh bahwa jika seorang perempuan bekerja diluar rumah, maka ia juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sedangkan laki-laki tugasnya hanya bekerja diluar rumah tanpa mengerjakan pekerjaan rumah karena secara tidak sengaja, ia merasa bahwa mengerjakan pekerjaan rumah itu bukan tugasnya sebagai suami. Dalam patriarki ini juga dapat menimbulkan kekerasan terhadap wanita.
ADVERTISEMENT
Upaya Mewujudkan Kesetaraan Gender
Mewujudkan kesetaraan gender merupakan kepentingan manusia. Kesetaraan gender akan mewujudkan keadilan antara laki-laki dan perempuan, memberi ruang lebih luas untuk anak bangsa agar dapat berkarya dengan bebas tanpa membedakan gender. Hal ini dapat dilakukan dimulai dari kesadaran diri masing-masing dan adanya pendidikan di sekolah yang mengajarkan mengenai kesetaraan gender. Dan diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak untuk membantu mewujudkan kesetaraan gender. Perlu kita ketahui, bahwa kesetaraan ini adalah bukan kesamaan. Artinya, kesetaraan ini bukan berarti memberi perlakuan yang sama ke setiap individu agar kebutuhan yang spesifik dapat terpenuhi. Kesetaraan gender pada gilirannya akan menghasilkan. Perempuan yang sehat, berpendidikan dan percaya diri.