Kisah Penyebab Melemahnya Hafalan Imam Asy-Syafi'i

Amelia Kamil
Mahasiswa Hukum Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
26 Januari 2022 16:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amelia Kamil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Freepik.com
ADVERTISEMENT
Imam Syafi'i merupakan seorang ulama besar pendiri madzhab Syafi'i dan beliau dijuluki sebagai Nashih Al-Hadits (pembela sunnah nabi).
ADVERTISEMENT
Mengenal Imam Syafi'i
Imam Syafi'i memiliki nama lengkap Muhammad Bin Idris Bin Abbas bin Usman bin Syafi'i bin Saaib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Haasyim bin Abdul Muthallib bin Abdul Manaf. Beliau merupakan pendiri madzhab fikih suni dan memiliki banyak pengikut. Imam Syafi'i memiliki nasab yang tersambung kepada Rasulullah melalui Abdul Manaf.
Imam Syafi'i terkenal dengan hafalannya yang luar biasa. Imam Syafi'i telah menghafal Al quran saat berusia 7 tahun. Di usia 10 tahun beliau telah menghafal kitab al muwatho'. Dan saat beliau berusia 15 tahun beliau telah berfatwa. Namun suatu hari beliau merasa kesusahan dalam menghafal, kemudian beliau mengadu kepada gurunya yang bernama Imam Waki' tentang kesulitannya menghafal. Beliau berkata kepada gurunya "wahai guruku, mengapa aku tidak bisa mengulangi hafalanku dengan cepat? Apa penyebabnya?" lalu Imam Waki' menjawab "Penyebabnya kau pasti pernah melakukan dosa maksiat". Lalu Imam Syafi'i mengingat kembali dosa apa yang telah ia perbuat yang menyebabkan susahnya menghafal. Saat merenung beliau teringat bahwa ia pernah tidak sengaja melihat seorang wanita tersingkap pahanya saat menaiki kendaraannya. Namun ada yang mengatakan pula yang terlihat mata kaki nya. Lalu Imam Syafi'i memalingkan wajahnya. Beliau melihat aurat kaki wanita yang tidak halal baginya, sehingga membuat hafalan beliau susah untuk diulang. Lalu Imam Syafi'i mengeluarkan syair yang berada di kitab I'anatut Thalibin, ia berkata :
ADVERTISEMENT
شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
"Aku pernah mengadukan kepada Waki' tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat."
Hal tersebut dapat menjadi pengingat kita untuk bersikap wara' dan berhati-hati dalam perbuatan agar terhindar dari dosa maksiat.