Konten dari Pengguna

Mencegah Narkoba pada Remaja: Langkah Preventif yang Harus Diterapkan

Amelia Oktaviany
Saya merupakan mahasiswi jurusan Kesejahteraan Sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12 November 2024 11:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amelia Oktaviany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Narkoba. Sumber. www.pixabay.com/drugs
zoom-in-whitePerbesar
Narkoba. Sumber. www.pixabay.com/drugs
ADVERTISEMENT
Narkoba atau Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya telah menjadi permasalahan global yang serius dan kompleks. Pada dasarnya di dalam narkoba terdapat senyawa narkotika yang sebenarnya dapat memberikan manfaat medis yang signifikan. Definisi narkoba atau narkotika sendiri tercantum dalam Undang-Undang, Menurut UU Narkotika pasal 1 ayat 1 Nomor 35 tahun 2009 menyatakan bahwa narkotika merupakan zat atau obat baik yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, yang bersifat alamiah, sintetis atau semisintetis sehingga menimbulkan penurunan kesadaran, halusinasi, dan rasa rangsang.
ADVERTISEMENT
Penyalahgunaan narkoba telah dilakukan oleh banyak orang. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol. Petrus Reinhard Golose mengungkapkan terjadi peningkatan prevalensi pengguna narkoba di Indonesia pada 2021 sebesar 0,15 persen, sehingga menjadi 1,95 persen atau 3,66 juta jiwa. Penyalahgunaan narkoba terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan dampak yang sangat mengkhawatirkan terutama di kalangan remaja. Fenomena ini tidak hanya menjadi masalah kesehatan, tetapi juga menjadi masalah sosial yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.
Kecanduan narkoba menjadi akibat dari penyalahgunaan narkoba yang banyak dilakukan oleh kalangan remaja saat ini. Ketika seseorang mengonsumsi narkoba, zat-zat kimia dalam narkoba akan mempengaruhi sistem neurotransmitter di otak, terutama dopamin yang berperan dalam sistem reward (penghargaan) otak. Dopamin memberikan sensasi kesenangan dan euphoria yang intens, menciptakan pengalaman yang sangat menyenangkan bagi penggunanya. Seiring waktu, otak beradaptasi dengan hadirnya zat-zat tersebut dan mulai bergantung padanya untuk dapat berfungsi normal. Ketika pengguna mencoba berhenti, tubuh mengalami gejala putus zat (withdrawal) yang sangat tidak menyenangkan, mendorong mereka untuk kembali mengonsumsi narkoba. Setiap zat ini memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda, namun semuanya dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, gangguan mental, dan risiko overdosis yang fatal. Siklus ini menciptakan ketergantungan baik secara fisik maupun psikologis yang sulit diputus tanpa bantuan profesional.
ADVERTISEMENT
Apabila melihat permasalahan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja, kita perlu melihat berbagai faktor lainnya. Masa remaja sendiri merupakan periode perkembangan manusia, dimana periode ini ditandai dengan pencarian identitas diri dan kebutuhan untuk diterima di kelompok bermain. Berdasarkan rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginan mencoba hal baru menjadi pendorong remaja untuk melakukan banyak hal, bahkan perilaku yang tidak dinormalisasi oleh masyarakat. Tidak hanya itu, faktor yang signifikan adalah pengaruh teman sebaya, dimana ajakan dan tekanan kelompok bermain dapat berpengaruh besar dalam keputusan remaja untuk mencoba narkoba. Semakin kompleksnya lingkungan sosial modern, juga berperan dalam meningkatkan kerentanan remaja terhadap penyalahgunaan narkoba. Kemudahan akses dalam mencari informasi di platform media sosial, dan internet dapat mempengaruhi persepsi remaja tentang narkoba. Glamorisasi penggunaan narkoba dalam budaya populer, seperti film, musik, dan media hiburan lainnya, dapat menciptakan persepsi yang keliru tentang narkoba.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari kominfo tahun 2021, pengguna narkoba dikalangan remaja berusia 15-35 tahun sebanyak 82,4% yang berstatus sebagai pemakai, juga tercatat 47,1% berstatus sebagai pengedar, dan 31,4% berstatus sebagai kurir. Data yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2021 menunjukkan situasi yang sangat mengkhawatirkan terkait keterlibatan remaja dalam peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Tingginya persentase ini memberikan dampak multidimensi terhadap berbagai aspek kehidupan berbangsa.
Dari segi kesehatan, Indonesia menghadapi ancaman serius terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Ribuan remaja yang terjerat narkoba berisiko mengalami kerusakan organ vital, gangguan mental, hingga kematian dini. Dari perspektif sosial-ekonomi, keterlibatan remaja dalam jaringan narkoba menciptakan lingkaran setan kemiskinan dan kriminalitas. Banyak remaja yang awalnya hanya berperan sebagai kurir terdorong untuk terlibat lebih dalam sebagai pengedar demi keuntungan finansial, mengingat usia mereka yang masih dalam masa pencarian jati diri dan kondisi ekonomi yang mungkin kurang menguntungkan. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya angka putus sekolah dan pengangguran, karena mereka yang terlibat cenderung meninggalkan pendidikan dan pekerjaan formal.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan generasi muda dalam peredaran narkoba juga mencerminkan kegagalan sistem sosial dalam melindungi remaja. Situasi ini menuntut respon yang lebih serius dan terkoordinasi dari seluruh elemen masyarakat. Sistem pendidikan perlu diperkuat dengan program pencegahan yang lebih efektif. Penegakan hukum harus lebih tegas namun tetap memperhatikan aspek rehabilitasi bagi remaja yang terlibat. Program pemberdayaan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja untuk remaja juga perlu diprioritaskan sebagai alternatif positif. Tanpa pendekatan komprehensif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, angka-angka ini berpotensi terus meningkat dan menciptakan kerugian jangka panjang yang lebih besar bagi masa depan bangsa Indonesia.
Penanggulangan masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja membutuhkan pendekatan sistematis dan terkoordinasi dari berbagai lapisan masyarakat. Dimulai dari unit terkecil, orang tua memiliki peran krusial dalam membangun komunikasi terbuka dan hubungan yang dipenuhi kepercayaan dengan anak-anak mereka. Orang tua perlu aktif mendengarkan, memahami pergumulan remaja, dan memberikan dukungan emosional yang konsisten. Orang tua juga harus memantau aktivitas anak, mengenal lingkaran pertemanan mereka, dan menciptakan lingkungan rumah yang nyaman serta kondusif untuk perkembangan mental yang sehat.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya di lingkungan keluarga, diperlukan pula program pencegahan di sekolah berfokus pada keterampilan sosial dan akademis anak-anak, termasuk meningkatkan hubungan teman sebaya, pengendalian diri, keterampilan mengatasi masalah, perilaku sosial, dan keterampilan menolak tawaran narkoba. Program pencegahan berbasis sekolah harus diintegrasikan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja akademik. Program terpadu memperkuat ikatan siswa dengan sekolah dan mengurangi kemungkinan mereka untuk putus sekolah.
Selanjutnya, pemerintah daerah hingga pusat juga memiliki tanggung jawab untuk memperkuat kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung pencegahan dan penanganan penyalahgunaan narkoba. Mereka perlu mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk program rehabilitasi, memperkuat pengawasan di wilayah-wilayah rawan peredaran narkoba, dan meningkatkan koordinasi antar lembaga terkait seperti BNN, kepolisian, dan dinas kesehatan. Pemerintah juga harus mendorong penelitian tentang metode pencegahan dan rehabilitasi yang efektif, serta mengembangkan kampanye edukasi publik yang tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi antara ketiga level ini perlu berjalan sinergis dan berkelanjutan. Program-program yang dikembangkan harus berbasis bukti dan disesuaikan dengan konteks lokal. Evaluasi berkala terhadap efektivitas program juga penting untuk penyempurnaan strategi ke depan. Dengan pendekatan multi-level yang terkoordinasi ini, upaya pencegahan dan penanganan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dapat berjalan lebih efektif dan memberikan hasil yang lebih optimal.