Konten dari Pengguna

Sindrom Munchausen, Berpura-pura Sakit Agar Diperhatikan?

Amelia Putri
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15 Desember 2021 14:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amelia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi sindrom munchausen, freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi sindrom munchausen, freepik.com
ADVERTISEMENT
Ingat gak sih dulu waktu sekolah pernah berpura-pura sakit agar bisa bolos sekolah? Mungkin di antara kita pasti pernah melakukannya kan? tujuannya apa sih kita melakukan hal tersebut? ada yang malas untuk sekolah, atau tidak suka dengan mata pelajaran hari tertentu dan yang paling sering kita temui karena tugas sekolah yang belum rampung.
ADVERTISEMENT
Tapi jangan salah loh, ternyata ada orang yang sebenarnya melakukan hal tersebut sebagai bentuk untuk mencari perhatian orang lain. Ya benar, atau sering kita sebut “caper”. Dengan berpura-pura sakit, kita bisa membuat orang disekitar kita menjadi khawatir dan menaruh perhatiannya ke kita.
Nah, kalau kita tahu bahwa orang itu hanya berpura-pura sakit mungkin perasaan kita akan jengkel karena merasa dibohongi. Tetapi jangan langsung menyalahkan si pelaku ya. Lebih baik kita cari tahu terlebih dahulu apa yang menyebabkan pelaku melakukan hal tersebut. Ada kemungkinan pelaku tersebut mengidap penyakit mental yang dinamakan Sindrom Munchausen.
Apa sih Sindrom Munchausen??
Menurut penjelasan di laman National Health Services (NHS) Sindrom Munchausen merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis. Penderita sindrom ini biasanya berpura-pura sakit atau memalsukan gejala penyakit untuk mendapatkan perhatian orang lain.
ADVERTISEMENT
Melihat orang lain khawatir dan memberikan perhatiannya maka pelaku akan merasa puas. Mereka ingin diperhatikan, selayaknya orang-orang memperlakukan orang yang sedang sakit. Sindrom ini masuk ke dalam jenis penyakit mental karena berkaitan dengan gangguan emosional yang berat. Bahkan pelaku tidak segan untuk memeriksakan dirinya ke dokter hanya sekedar memeriksa penyakit palsu yang dideritanya. Sindrom ini bisa terjadi pada siapapun. Lalu apa penyebab munculnya Sindrom Munchausen?
Apa sih penyebab Sindrom Munchausen?
Penyebab Sindrom Munchausen belum diketahui secara pasti. Namun, para pakar kesehatan berspekulasi bahwa ada beberapa faktor penyebab seseorang mengalami gangguan mental ini. Faktor-faktor penyebab Sindrom Munchausen meliputi :
Trauma masa kecil
ilustrasi childhood trauma, freepik.com
Anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya semasa kecil, bisa menimbulkan trauma tersendiri bagi anak. Selain ditelantarkan ada juga yang disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anak. Maka dari itu, mereka ingin diperhatikan oleh orang tuanya dengan cara berpura-pura sakit.
ADVERTISEMENT
Gangguan kepribadian
ilustrasi personality disorders, pinterest.com
Ada beberapa gangguan kepribadian yang kemungkinan menjadi penyebab Sindrom Munchausen :
Perilakunya yang memanipulasi dan menipu dokter, membuat mereka merasa memiliki kemampuan dan akan muncul rasa kesenangan tersendiri.
Gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorders menyebabkan penderita kesulitan untuk mengontrol reaksi emosi dalam diri mereka.
Gangguan kepribadian narsistik akan membuat penderita menganggap dirinya sangat penting dan butuh perhatian.
Bagaimana cara untuk mengatasi Sindrom Munchausen ?
Untuk mengatasi Sindrom Munchausen tidaklah mudah dikarenakan belum ada pengobatan standar untuk sindrom ini. Namun, upaya pengobatan Sindrom Munchausen dapat dilakukan melalu psikoterapi cognitive-behavioral therapy (CBT). Terapi ini berfokus untuk mengubah pola pikir perilaku si penderita.
ADVERTISEMENT
Sumber :
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200213135932-255-474307/mengenal-sindrom-munchausen-dan-penyebabnya
https://www.halodoc.com/artikel/tahun-ajaran-baru-hati-hati-sindrom-munchausen-mengintai-anak