Konten dari Pengguna

Pengaruh Pola Asuh terhadap Konsep Diri Remaja dan Risiko Penyalahgunaan Narkoba

Amelia Putri Pratama
Saya adalah mahasiswa Kesejahteraan Sosial Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tertarik untuk mengulas pandangan dan pengetahuan seputar isu-isu sosial dan kesejahteraan masyarakat
29 Oktober 2024 19:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amelia Putri Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Obat-obatan terlarang. Sumber: www.pixabay.com/drugs
zoom-in-whitePerbesar
Obat-obatan terlarang. Sumber: www.pixabay.com/drugs
ADVERTISEMENT
Orang tua berperan penting dalam pembentukkan karakter anaknya, terutama dalam membangun konsep diri yang sehat untuk membentengi diri mereka dari hal-hal buruk yang dapat membahayakan diri mereka, termasuk penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Berdasarkan data yang diberikan oleh Kominfo, kasus penyalahgunaan narkoba pada tahun 2021 di kalangan anak usia 15-35 tahun dengan persentase sebanyak 82,4% sebagai pengguna, 47,1% berperan sebagai pengedar, dan 31,4% sebagai kurir. Salah satu faktor yang menjadi pengaruh tingginya kasus penyalahgunaan narkoba adalah pola asuh yang tidak mendukung perkembangan psikologi anak.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa macam pola asuh orang tua kepada anak, yaitu demokratis, permisif, otoriter, dan pengabaian. Pada pola asuh demokratis (otoritatif) orang tua memberikan batasan yang jelas namun tetap memberikan kesempatan pada anak untuk berpendapat, sehingga anak yang dibesarkan dengan cara ini akan memiliki konsep diri yang positif, merasa dihargai, dan mampu menentukan keputusan sendiri.
Selanjutnya, pola asuh permisif. Pada cara ini ditandai dengan pemberian kebebasan besar pada anak yang hampir tidak ada batasan yang mengatur. Pola asuh ini akan memberikan dampak negatif pada perkembangan anak, seperti anak menjadi kurang disiplin, rentan terhadap pengaruh lingkungan yang buruk, sulit untuk mematuhi aturan, dan rendahnya tingkat kemandirian.
Kemudian bentuk pola asuh lainnya yaitu otoriter. Orang tua dalam pola asuh ini memberikan aturan ketat, kontrol tinggi, dan sedikit ruang untuk anak menyampaikan pendapatnya. Pola asuh ini dapat memberikan sejumlah dampak negatif pada perkembangan konsep diri anak, lalu anak menjadi kurang percaya diri, tingginya risiko pemberontakan oleh anak, dan anak tidak mampu mengambil keputusan sendiri.
ADVERTISEMENT
Pola asuh lainnya yaitu pengabaian. Bentuk pola asuh ini ditandai dengan tidak terlibatnya orang tua dalam kehidupan anaknya, sehingga anak tidak mendapat perhatian yang seharusnya didapatkan layaknya anak pada umumnya. Dampaknya anak akan merasa kesepian,tidak merasa dihargai, dan mudah terpengaruh hal buruk, termasuk narkoba.
Bentuk-bentuk pola asuh di atas memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan konsep diri pada anak. Konsep diri merupakan cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri dan bagaimana dirinya dipandang oleh orang lain. Anak dengan konsep diri yang positif, akan lebih percaya diri, dapat mengambil keputusan yang bijak, dan menghindari perilaku negatif. Mereka yang memiliki konsep diri seperti ini, akan lebih mudah menghadapi tekanan, anak juga tidak akan merasa perlu untuk mendapatkan validasi dari luar, terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang bertentangan dengan nilai yang mereka punya. Misalnya ketika anak menghadapi tekanan dari temannya untuk mencoba narkoba, mereka sudah memiliki benteng yang kuat untuk menolaknya, sehingga tidak mudah terbawa arus hanya untuk diterima oleh kelompok.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, anak yang tumbuh dengan konsep diri yang rendah karena sering dikritik atau tidak mendapat perhatian, hidupnya akan dipenuhi oleh upaya mencari pengakuan dan nilai diri dari luar. Anak juga akan merasa tidak mampu, tidak layak, dan tidak baik sehingga membuat mereka tidak memiliki kepercayaan diri. Pada kondisi ini, bujukan untuk mencoba hal-hal yang berisiko, seperti narkoba, menjadi sangat besar. Adanya narkoba bagi sebagian anak, terutama remaja, menjadi pelarian dari perasaan kesepian atau tidak berharga. Anak akan merasa perlu membuktikan diri pada teman-temannya dengan mengonsumsi narkoba, agar mereka dapat terima atau dianggap keren oleh kelompoknya.
Anak yang memasuki fase remaja juga rentan mengalami stres. Tanpa kemampuan mengatasi stres yang baik, mereka akan mencari jalan keluar yang cepat dan instan. Dalam situasi ini, narkoba dianggap sebagai solusi mudah untuk menghilangkan kecemasan, masalah, atau sekadar untuk merasa lebih baik walaupun hanya sementara. Sayangnya, penggunaan narkoba oleh anak bukan hanya memperburuk konsep diri mereka tetapi juga mengakibatkan risiko kecanduan yang serius untuk kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, orang tua berperan penting dalam pembentukan konsep diri pada anak, khususnya konsep diri yang positif. Keterlibatan, dukungan, dan komunikasi antara orang tua dan anak membantu remaja memiliki konsep diri yang positif, sehingga mereka dapat lebih tangguh ketika menghadapi tekanan sosial, termasuk dalam menolak penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya, orang tua yang kurang terlibat dalam kehidupan anaknya dapat meningkatkan risiko mereka untuk mencari validasi di luar, meskipun hal tersebut melalui hal-hal yang membahayakan masa depan mereka.