Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Betawi Punye Gaye, Beksi Punye Kite
14 Maret 2022 14:00 WIB
Tulisan dari Yuwinda Zalfa Amelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
JAKARTA - Bukan hanya kuliner dan kesenian saja, suku Betawi juga mempunyai seni bela diri yang khas yaitu Beksi. Dahulu silat Beksi dipakai oleh tokoh Betawi yaitu Si Pitung untuk mengusir penjajah. Silat Beksi adalah ilmu bela diri khas suku Betawi, umumnya silat ini mempertahankan diri hanya dengan tangan kosong.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarahnya, silat Beksi diciptakan oleh seorang peternak keturunan Tiong Hoa bernama Lie Tjeng Hok yang tinggal di daerah Dadap, kabupaten Tangerang. Lie Tjeng Hok tidak mewarisi ilmu bela diri sama sekali. Ia mendapatkan jurus bela diri dari pendekar Betawi.
Tjeng Hok menggabungkan ilmu bela diri keluarganya dengan ilmu dari guru-guru Betawinya. Pemuda berdarah Betawi-Cina ini mengajarkan ilmu bela diri Beksi kepada para muridnya yakni orang Betawi pesisir dan orang Tionghoa benteng di sekitar Kampung Dadap. Di kemudian hari, aliran silat ini juga menyebar ke daerah Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, daerah Batujaya, Batuceper, dan Tangerang.
Silat Beksi merupakan alkulturasi budaya Cina dan Betawi. Awalnya silat ini bernama Bhe Si, yang dalam bahasa Hokkien berarti 'kuda-kuda'. Lama-kelamaan kata Bhe Si berubah menjadi Beksi. Beksi adalah singkatan dari ‘Berbaktilah kepada Sang Illahi’.
ADVERTISEMENT
Gerakan bela diri beksi terdiri dari perpaduan beberapa unsur, seperti keindahan, kecepatan, ketepatan, dan gerakan dinamis dalam mencapai sasaran. Gerakan bela diri Beksi banyak menggunakan permainan tangan. Beksi juga memiliki beberapa jurus mematikan, seperti kekuatan hentakan kaki, sikut, dan cengkraman untuk melumpuhkan lawannya. Uniknya, jurus silat Beksi memiliki nama-nama yang ‘nyeleneh’ seperti jurus kibas luar, tangkep dalem, hingga baduk kebo.
Di tengah derasnya arus modernisasi, Padepokan Beksi Guru Muhammad di IKPN Bintaro, Jakarta Selatan terus melestarikan seni bela diri silat Beksi.
“biar budaya kita gak ilang, seminggu dua kali kita latihan Beksi” ujar Adon, Pelatih Beksi Guru Muhammad cabang IKPN Bintaro. Selasa (8/3). Latihan digelar pada hari Selasa dan Jumat pukul 20.00 WIB sampai selesai.
ADVERTISEMENT
Padepokan Beksi Guru Muhammad mengajarkan bukan hanya remaja saja. Anak-anak usia di bawah 10 tahun pun juga boleh ikut belajar dengan harapan dapat membentuk karakter anak sejak dini.
"Dengan pembinaan anak umur 7-20 tahun, kita bina bukan cuma olahraganya aja, tapi juga akhlaknya, budaya, adat istiadat, sama adab. Karena kalau adat istiadat nya, agama nya kurang dipakai di kehidupan sehari-hari bisa rusak generasi muda," tandasnya.
Salah satu murid di Padepokan Beksi Guru Muhammad, Raihan, juga mengatakan alasannya bergabung dan belajar bela diri khas Betawi ini. “saya ikut Beksi selain untuk mengisi waktu luang, tapi juga untuk melestarikan budaya. Karena saya sadar, kalau bukan kita sebagai anak betawi yang mewarisi dan melestarikan, ya siapa lagi?” Ujarnya.
ADVERTISEMENT
Raihan mengaku dengan mengikuti pelatihan seni bela diri ini membawa dampak baik kepada dirinya dan juga lingkungan sekitar. “selain badan jadi sehat karena olahraga, saya juga jadi merasa berguna karena bisa mengajarkan dan mengajak anak-anak lingkungan rumah buat sama-sama ikut belajar dan melestarikan budaya Beksi di Padepokan Beksi Guru Muhammad.” Tutupnya.