Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
4 Desember 2024 15:27 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Amelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lingkungan keluarga yang pertama kali membentuk seorang anak. Orang tua berperan penting dalam membentuk karakter dan perilaku sosial anak melalui berbagai gaya pengasuhan. Mulai dari stimulasi fisik, mental, emosional, hingga sosial, semua diberikan oleh orang tua untuk mendukung tumbuh kembang anak. Gaya pengasuhan yang diterapkan, baik otoriter, demokratis, atau permisif, akan berdampak signifikan pada perkembangan sosial dan kepribadian anak.
ADVERTISEMENT
Pola asuh otoriter menciptakan lingkungan di mana anak-anak tidak memiliki kebebasan untuk memilih. Semua keputusan, besar maupun kecil, berada di tangan orang tua. Anak-anak dipaksa untuk patuh tanpa adanya ruang untuk bernegosiasi. Akibatnya, anak-anak cenderung tumbuh menjadi individu yang kurang percaya diri, takut mengambil risiko, dan sulit beradaptasi dengan perubahan. Dalam pola asuh demokratis, orang tua dan anak membangun hubungan yang saling menghormati. Orang tua mendengarkan pendapat anak dan memberikan penjelasan yang masuk akal. Anak diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, namun tetap dalam batasan yang sehat. Dengan begitu, anak belajar untuk mandiri dan bertanggung jawab. Sedangkan dalam pola asuh permisif, orang tua cenderung memanjakan anak. Mereka jarang memberikan batasan atau konsekuensi atas tindakan anak. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini sering kali merasa bebas untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan, tanpa ada bimbingan atau arahan yang jelas dari orang tua.
ADVERTISEMENT
Menurut Riana Mashar, perkembangan emosi adalah proses belajar mengelola perasaan kita. Kita diajarkan untuk mengenali apa yang kita rasakan, mengatur intensitasnya, dan merespons dengan cara yang positif. W.T Grant Consortium menambahkan bahwa kecerdasan emosi juga mencakup kemampuan untuk menunda kesenangan, mengendalikan diri, dan memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan.
Cara orang tua mendidik anaknya itu berbeda-beda. Cara mendidik ini disebut pola asuh. Ada banyak hal yang mempengaruhi pola asuh yang dipilih oleh orang tua. Salah satu faktor penting adalah pendidikan orang tua. Orang tua yang berpendidikan tinggi biasanya lebih memahami tentang tumbuh kembang anak. Mereka cenderung lebih sabar dan memberikan kebebasan yang cukup pada anak. Sebaliknya, orang tua yang pendidikannya rendah mungkin kurang memahami kebutuhan anak. Mereka sering kali menerapkan aturan yang ketat dan kurang memberikan kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi.
ADVERTISEMENT
Usia dini adalah periode emas dalam kehidupan anak. Pada masa ini, perkembangan otak anak sangat pesat. Setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda, seperti kecerdasan, bakat, dan emosi. Peran orang tua sangat penting untuk merangsang potensi-potensi tersebut agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.
Cara kita mengasuh anak sejak kecil akan membentuk karakter mereka di masa depan. Jika kita terlalu memanjakan anak, mereka mungkin akan tumbuh menjadi orang yang egois dan sulit diatur. Sebaliknya, jika kita terlalu keras pada anak, mereka mungkin akan menjadi penakut dan kurang percaya diri. Cara terbaik adalah memberikan kebebasan yang cukup, tetapi tetap memberikan batasan yang jelas.
Oleh sebab itu, Perkembangan emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Pola asuh yang tepat akan memberikan landasan yang kuat bagi anak untuk mengembangkan kemampuan emosional yang sehat. Anak akan belajar cara mengelola emosi, membangun empati, dan menjalin hubungan yang positif dengan orang lain. Sebaliknya, pola asuh yang tidak konsisten, terlalu keras, atau terlalu permisif dapat menyebabkan masalah emosional pada anak, seperti kecemasan, depresi, atau perilaku agresif.
ADVERTISEMENT