Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Naturalisasi Pemain Sepak Bola, Potret Krisis Kepercayaan terhadap Potensi Lokal
9 Februari 2021 14:06 WIB
Tulisan dari Amin Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Membedah bahaya naturalisasi terhadap pemain dan generasi muda sepak bola Indonesia.
Lebih 1 Dekade kita Indonesia melakukan naturalisasi pemain sepak bola untuk kebutuhan Tim Nasional kita. Meskipun beberapa artikel dan sumber menyatakan bahwa sebenarnya Indonesia sudah melakukan proses naturalisasi tersebut pada tahun 1950-an. Namun hebohnya proses naturalisasi pemain sepak bola muncul saat Cristian Gonzales sah menjadi WNI pada tahun 2010 dan langsung membela Tim Nasional di Piala AFF pada tahun itu juga. Hingga hari ini tercatat sudah ada sekitar 35 pemain yang sah menjadi pemain naturalisasi dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk membela Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui sepak bola.
ADVERTISEMENT
Motifnya yang disampaikan oleh pemain tersebut adalah karena cinta terhadap Indonesia, ingin mengharumkan nama Indonesia, fanatisme suporter dan masih banyak lagi. Jalur masuk yang ditempuh pun beraneka ragam, memiliki keturunan Indonesia baik dari ayah, ibu maupun kakek yang punya darah Indonesia atau sudah lama tinggal dan menetap di Indonesia. Fenomena naturalisasi ini memunculkan beberapa argumen dari masyarakat, pengamat ataupun ekspertise di dunia sepak bola. Terdapat pendapat yang pro terhadap kebijakan ini dengan alasan bahwa negara lain juga melakukan hal tersebut, kualitas pemain yang di naturalisasi dan sebagainya. Bagi kubu yang kontra terhadap proses tersebut menyatakan berpendapat bahwa kita harus bangga berdiri di kaki sendiri, kualitas pemain Indonesia sudah mumpuni, kita punya banyak pemain dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Pada awal kemunculannya, naturalisasi ini tidak begitu meresahkan, namun melihat fenomena selama satu dekade ini sudah banyak pemain yang melamar dan ingin sekali menjadi WNI agar bisa bermain sepak bola untuk negara ini. Pertanyaan pun muncul bagi penulis, apa benar alasan menjadi WNI adalah karena rasa cinta atau hanya sekadar ingin membela suatu negara dalam sepak bola.
Pada dasarnya, dari awal penulis sama sekali tidak setuju dengan hadirnya naturalisasi dalam tubuh sepak bola untuk alasan apa pun. Naturalisasi hanya akan mencederai mimpi dan harapan pemain dan generasi muda untuk membela negaranya karena semacam ada fast track dan penilaian lebih untuk pemain naturalisasi tersebut. Ketidaksetujuan tersebut membawa penulis berpikir lebih jauh lagi dan pada akhirnya mengeluarkan prasangka terhadap naturalisasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Level tertinggi pemain sepak bola adalah ketika memberikan sumbangsih terhadap negaranya, sumbangsih terbesar tersebut tentunya gelar dan piala untuk negaranya. Jika memilih untuk menjadi juara bersama klub dibandingkan menjadi juara bersama negara, maka pemain sepak bola akan memilih menjadi juara bersama negara.
Argumennya adalah pemain yang dinaturalisasi tersebut adalah pemain yang tentunya tidak bisa bersaing dan menembus masuk pada Tim Nasional negara asalnya, sehingga mencari negara lain untuk berlabuh dan bermain di level negara. Saya tidak yakin pemain tersebut akan memilih Indonesia jika dihadapkan pada pilihan membela negara asalnya katakanlah Uruguay atau Indonesia. Artinya pemain yang kita naturalisasi tersebut membela bukan karena cinta melainkan karena kesempatan yang didapatkan dan sudah memetakan tidak punya kemampuan untuk bersaing masuk dalam skuad untuk membela negara asalnya. Sehingga naturalisasi adalah dengan alasan cinta adalah keputusan tepat yang ia pilih. Berbeda dengan Palang pintu FC Twente, Jayden Oosterwolde yang menolak tawaran untuk membela Indonesia karena ia yakin tembus Tim Nasional Belanda walaupun memiliki darah Indonesia.
Beberapa hari ini berita yang mencuat di sepak bola tanah air adalah terdapatnya kesiapan tiga pemain liga Jepang keturunan Indonesia untuk membela Tim Nasional Indonesia. Pertanyaannya: apakah alasannya juga akan sama dengan prasangka yang penulis sajikan di atas? Penulis berharap bahwa pemangku dan pengambil keputusan agar mempertimbangkan dan memaksimalkan potensi bangsa yang ada dan luar biasa ini ketimbang harus mencari dan menaturalisasi pemain asing. Bagaimanapun, berdiri dan berprestasi di kaki sendiri lebih puas dan bangga daripada karena adanya bantuan orang lain. Faktanya generasi muda kita tanpa pemain naturalisasi menyumbang piala dibandingkan senior yang pialanya masih ditunggu kedatangannya.
ADVERTISEMENT
Live Update