Belajar pada Mereka Bagaimana Caranya Mencintai Negeri ini

Konten dari Pengguna
12 September 2017 16:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aming Soedrajat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap generasi yang terlahir memiliki cara tersendiri untuk mencintai Negeri ini dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk nusa dan bangsa.
ADVERTISEMENT
Para pahlawan menukar nyawa, harta, darah, dan setiap cucuran keringat yang menetes untuk ibu pertiwi. Tidak ada tangis kesedihan bagi mereka. Jalan hidup yang dipilih adalah jalan yang berbeda dengan yang lain.
Soekarno (Bung Karno) menghabiskan seluruh waktunya untuk negeri ini. Sampai ia sesumbar, 'andaikan tuhan memberikan kehidupan yang kedua kali untuknya, maka kehidupan tersebut akan ia berikan seluruhnya untuk bangsanya'
Bisa kita rasakan kalimat tersebut, begitu besarnya cinta tersebut pada negerinya. Ia rela di penjara, ia rela dibuang ke pengasingan hanya untuk kemerdekaan negeri ini.
Bagimana Bung Karno ditemani sahabatnya, Bung Hatta dan para pahlawan lainnya mempersatukan negeri yang dicintainya agar bisa lepas dari telapak kaki kolonialisme.
Dari Gusdur kita belajar bagaimana caranya mencintai sesama, pluralisme melekat pada dirinya. Belajar mencintai sesama adalah jalan mengabdikan diri mencintai negeri ini.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan bukanlah alasan untuk mencintai, banyak cara mencintai negeri ini. Karena cinta bukanlah alasan, karena cinta adalah pilihan untuk mengabdikan diri seikhlas-ikhlasnya.
Dari Joko Widodo kita belajar bagaimana caranya kerja Keras. Waktunya habis untuk bekerja-bekerja dan bekerja untuk kesejahteraan Rakyatnya.
Tuduhan demi tuduhan tidak menghalangi cintanya untuk bekerja demi kepentingan bangsanya. Kesejahteraan Rakyat menjadi prioritas dari segala prioritas lain termasuk prioritas pada dirinya sendiri.
Dari Kabupaten Kecil Jawa Barat, yang jauh dari gemerlapnya kemeriahan kota, yang tidak terhalang oleh tingginya gedung Bertingkat lahir Pemimpin daerah yang mencintai Negeri ini.
Namanya Dedi Mulyadi. Kecintaan pada tanah airnya yang teramat besar menjadikan dirinya memderita. Tuduhan, cacian, hinaan tidak membuatnya menyerah.
Kecintaan pada kearifan lokal daerah dan di dorong oleh keinginan luhur agar percaya diri dengan budaya sendiri, agar memiliki kesetaraan dengan bangsa lain menjadikan dirinya sebagai orang yang menyimpang.
ADVERTISEMENT
Apa yang salah ketika mencintai budaya sendiri, apa yang salah ketika mencintai negeri ini tapi selalu di sudutkan dengan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar.
Purwakarta seolah membuka mata seketika daerah lain di Jawa Barat terkenal dengan daerah yang paling Intoleran.
Dari gubuk-gubuk kecil dan reyot, dari pelosok yang jauh gemerlapnya lampu perkotaan, dari denkuran masyrakatnya tertidur, ia berkeliling menyusuri setiap langkah agar masyarakatnya tidak ada yang tidur dengan keadaan gelisah.
Kecintaannya kepada rakyat dan bangsanya adalah jalan mencintai Rasulullah Saw dan Tuhannya. Lebih baik dirinya yang menderita daripada rakyatnya yang menderita.
Cercaan dan hinaan tidak menyurutkannya untuk terus berbuat baik pada sesama. Tapi yang paling penting baginya adalah berbuat baik untuk sesama.
ADVERTISEMENT
Memang masih banyak orang-orang yang mencintai negeri ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Kalau ada yang kurang orang tersebut tolong tambahkan agar semakin lengkap tulisan ini. Kepada mereka kita belajar mencintai tanpa harus meminta, karena cinta sejatinya adalah memberi tanpa harus memikirkan timbal baliknya.
Harusnya kita malu kepada mereka-mereka ini yang sudah bisa menyampingkan kepentingan pribadinya untuk kepentingan Bangsa dan Rakyatnya.
Sedangkan kita masih sibuk mencaci dan memaki mereka. Tanpa disadari, kita sendri belum berbuat sesuatu seperti apa yang telah mereka lakukan.
Cinta mengungkap keajaiban-keajaiban yang menakjubkan. Mengubah tiada menjadi ada, sulit menjadi mudah, sakit menjadi sembuh, gagal menjadi sukses, mengubah apapun menjadi seperti yang anda mau.
ADVERTISEMENT
Semua permasalahan negeri ini tidak akan pernah selesai, kalau kita hanya sibuk ribut.