Petuah Sunan Kalijaga untuk Era Milenial

Konten dari Pengguna
3 Oktober 2017 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aming Soedrajat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petuah Sunan Kalijaga untuk Era Milenial
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ratusan tahun kebelakang Kanjeng Sunan Kalijaga sudah mewanti-wanti Bangsa Nusantara (bangsa Indonesia) untuk terus menjaga Desa.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuh cerita di Riwayatkan, sewaktu muda kanjeng Sunan yang merupakan anak ningrat ini sangat senang untuk berkelana dari Desa ke desa, untuk sekedar melihat dan memperhatikan keadaan rakyat walaupun di larang oleh orang tuanya.
Dari kebiasaan pergi dari satu desa ke desa lain menjadikan Kanjeng Sunan paham betul tentang keadaan dan kejadian yang berkembang di masyarakat.
Walaupun beliau besar di pulau Jawa, bukan berarti beliau tidak paham bagaimana Nusantara secara umum, beliau paham betul bagaimana identitas dan geografis bangsa Indonesia.
Indonesia yang notabenya merupakan wilayah Pedesaan, kanjeng sunan sudah mewanti-wanti agar masyarakatnya untuk tetep menjaga tradisi dan melestarikan identitas Nusantara.
Ratusan tahun semenjak beliau meninggal, apa yang telah di ucapkannya ternyata benar. Desa yang merupakan identitas bangsa nusantara menjadi 'Tameng' yang sangat kuat dalam menjaga hegemoni modernitas.
ADVERTISEMENT
Apabila Desa lemah, maka lemah lah bangsa ini. Apabila Desa Kuat, maka kuat pula lah bangsa ini.
Kenapa seperti itu?
Pertama Dilihat dari sisi ekonomi, ketika krisis 1998 menghantam bangsa ini, harga kebutuhan pokok meningkat tajam, masyarakat perkotaan tertimpa imbas yang sangat besar. Tetapi masyarakat pedesaan tidak terkena permalahan tersebut.
Terbalik ketika kita menyebut perkotaan sebagai lumbung ekonomi, karena sebenarnya lumbuug ekonomi bangsa ini adalah Desa.
Selanjutnya tradisi. Dalam liriknya Iwan Fals pernah berkata, 'Kota hanyalah menawarkan kekerasan'
Artinya, kita tidak bisa mengandalkan Kota untuk menjadi tameng penjaga kebudayaan. Pola hidup masyarakat kota lebih condong Materialisme dan Individualisme.
Hal tersebut jelas sangat bertentangan dengan Budaya masyarakat kita yang dikenal sebagai masyrakat Gotong Royong. Materi bukanlah tolak ukur yang utama, tapi kemanusiaanlah yang paling utama.
ADVERTISEMENT
Ketiga, salah besar kalau Universitas adalah tempat ilmu. Tempat ilmu yang sesungguhnya adalah desa. Selain tempatnya ilmu pengetahuan, desa juga merupakan saran pendidikan Karekter dan sarana kemanunggalan antara manusia dengan alamnya.
Saya sangat meyakini, soekarno-soekarno baru pasti akan lahir di pedesaan. Permasalahan-permasalahan yang melanda bangsa ini pasti bakalan terkikis sedikit demi sedikit seketika orang desa yang memimpinnya.
Keempat, desa adalah penjaga Pancasila sejati. Siapa bilang Pancasila mulai memudar? Pancasila memudar hanya dikalangan mereka yang tidak pernah tau desa, hanya mereka yang sibuk memakan uang rakyat, hanya mereka yang sibuk memecah belah, hanya mereka yang tinggal di kota-kota mewah.
Tapi lihatlah Pancasila di Desa-desa, lihatlah pancasila di pelosok-pelosok. Pancasila tetap gagah mencengkram kebhinekaan. Mereka, dalam keadaan laparpun tidak menurunkan cintanya terhadap Pancasila dan NKRI
ADVERTISEMENT
Sayang sekali, mereka-mereka yang setia menjaga marwah pancasila dan kewibawaan pancasila tidak di akui oleh mereka yang tinggal di sejuknya ruangan ac seolah-olah paling pancasilais padahal kesibukannya mencopet kekayaan burung garuda.
Kalau bangsa ini ingin menjadi kuat baik secara ekonomi maupau mapan secara tradisi, maka yang paling utama di jaga adalah Desanya.
Kembalilah ke Desa sebagai jati diri Nusantara. Jagalah Desa, tanpa desa orang kota tidak akan bisa hidup. Hargailah orang desa, karena merekalah kita masih bisa makan beras, kita masih bisa menghirup udara segar.
Seperti yang dikatakan oleh Kang Dedi Mulyadi, 'kita selalu menghinakan orang desa seolah-olah tertinggal di jaman milenial, padahal orang-orang desa lebih maju di bandingkan kita yang merasa milenial.
ADVERTISEMENT
Saat kita berbicara kedaulatan, orang desa sudah berdaulat, saat kita berbicara pancasila dan gotong royong, orang desa lebih pancasilais dan bergotong royong. Saat kita berbicara pentinggnya menjaga alam, orang Desa setia menjaga alam, sementara kita sibuk merusak alam dan sibuk mecemari sungai dengan limbah-limbah.
Jangan berbicara paling pancasilais, nasionalis dan agamis di hadapan orang Desa, karena mereka bukan hanya bicara, tapi sudah menerapkan itu semua'.
Jagalah Desa seperti menjaga diri kita sendiri. Desa bukanlagi harapan, melainkan kekuatan utama bangsa kita.
'Apabila Sungai sudah kering, pasar hilang gaunnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelanan dari desa ke desa untuk mendapatkan ilmu Hikmah' Sunan Kalijaga