Nasib Khalayak terhadap Media

surahmin
Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
30 Desember 2020 5:51 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari surahmin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kontruksi media terhadap khalayak
Menjalani kehidupan pastinya tidak bisa sendirian atau tanpa ada orang lain di dekeliling kita. Bahkan jika kita hidup dengan banyak orang disekeliling kita, itupun tidak bisa jika dengan kepribadian, watak, fisik, daerah, kebiasaan, dan lainnya yang sama. Semua pasti ada perbedaannya. Perbedaan itulah yang membuat kehidupan di dunia ini menjadi berwarna.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu ada ilmu yang mempelajari tentang itu semua yaitu dikenal dengan ilmu sosiologi. Dalam bersosial pastinya membutuhkan yang namanya komunikasi, di komunikasi-pun ada batasan-batasan yang harus ditaati oleh pelaku komunikasi sehingga muncul ilmu sosiologi komunikasi.
Hidup di dunia jika hanya seorang saja akan terasa jenuh dan bosan. Menjadi pemimpin dan memiliki segalanya pasti keinginan semua orang, tetapi tidak untuk hidup. Orang lain adalah kebutuhan nomor satu di dalam kehidupan. Sosiologi komunikasi tercipta juga karena ada banyak orang di dunia yang pasti dengan berbeda-beda kepribadian, watak, dan sebagainya.
Hidup bersama dan bermasyarakat tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Ada yang berada pada posisi komunikan dan ada pula yang berada pada posisi komunikator. Pelaku komunikasi yang cenderung menjelaskan atau lebih banyak berkata disebut dengan komunikator (penyampai pesan) dan pelaku komunikasi yang cenderung diam dan mendengarkan disebut komunikan (penerima pesan).
ADVERTISEMENT
Penerima pesan/komunikan bisa juga disebut dengan khalayak. Di dalam sebuah media, khalayak bisa berpengaruh atau tidak sama sekali berpengaruh. Media memberikan konstruksi terhadap suatu sisi kehidupan khalayak yang seolah-olah diartikan hanya dari hasil konstruksi media.
Media dahulu memang tidak memperdulikan bahwa khalayak juga manusia yang memiliki pendapat dan rasa suka maupun tidak suka terhadap sesuatu. Konstruksi yang diciptakan membuat standarisasi suatu objek terhadap khalayak.
Khalayak yang passif membuat media semakin massif menciptakan konstruksi-konstruksi terhadap suatu objek. Misal objeknya dalah kecantikan, media memberikan konstruksi bahwa arti cantik adalah mereka yang berkulit putih, berbadan tinggi, berpostur ideal, berambut panjang dan indah, dan masih banyak lagi. Hal itu membuat khalayak diluar ciri-ciri itu dikategorikan sebagai wanita tidak cantik.
ADVERTISEMENT
Di media, khalayak tidak bisa banyak berbuat karena memang media menganggap seolah khalayak ini hanya penonton dan tidak disediakan ruang bagi khalayak untuk berdiskusi mengenai objek yang dibahas.
Dunia teknologi dan pemikiran yang semakin berkembang sejalan dengan perkembangan media. Media yang dulunya mengabaikan peran khalayak sebagai bagian penting dalam proses komunikasi, kini khalayak lebih diperhatikan di era media baru. Media baru yang menyediakan ruang bagi khalayak untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan arti dari suatu objek.
Di media baru, khalayak menempati posisi sebagai oposisi atau lawan daripada media. Khalayak bisa melakukan pembenaran atau beberapa pembelaan jika yang disampaikan media adalah sebuah ketidakbenaran. Melewati beberapa ruang yang diberikan, khalayak sah jika ingin mengungkapkan gagasan atau pendapatnya mengenai produksi media.
ADVERTISEMENT
Khalayak dalam media baru sudah memiliki hak atau ruang yang cukup untuk melakukan check and recheck. Misal dalam sebuah media, ganteng itu adalah mereka yang memiliki badan cool, kulit putih dan halus, bersih, wangi, tinggi, dan sebagainya. Maka di dalam media baru ini khalayak bisa menolak pengertian tersebut. Bisa dengan kata-kata atau bisa dengan media lain seperti gambar, audiovisual, dan sebagainya.
Lahirnya media baru bukan mematikan atau merugikan media-media lama. Pun media lama juga yang berproses dan berubah mengikuti keinginan dan kebutuhan komunikan. Justru lahirnya media baru memiliki keuntungan bagi media-media karena khalayak semakin santai dan asik dalam menggunakan media.