Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Padil Karsoma Optimistis Bawa Purwakarta Jadi Lebih Baik dan Maju
12 Maret 2018 18:21 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Amira Amanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pesta demokrasi di Purwakarta tinggal 100 harian lagi. Rakyat akan memilih melanjutkan suasana dan kenyataan yang ada atau menghendaki sesuatu yang baru. Di lapangan, satu bulan setelah peserta pilkada ditetapkan, sudah terasa aura persaingan antar-kandidat sudah terasa di berbagai tempat.
ADVERTISEMENT
Alat kontak dan atribut kampanye sudah banyak bertebaran di berbagai pelosok. Bahkan beberapa pihak terutama istri mantan bupati Dedi Mulyadi berkampanye dengan menggunakan billboard-billboard berbayar ukuran besar, sesuatu yang sebenarnya tidak diperbolehkan. Namun KPU dan Bawaslu diam saja.
Yang menarik adalah cara berkampanye para kandidat. Ada yang memanfaatkan jalur-jalur pemerintah, ada yang masuk ke masjid-masjid, ada pula yang melakukan keliling kampung dan temu publik bergilir. Padil Karsoma adalah kandidat yang memilih berkeliling ke berbagai pelosok, bertemu dengan para tokoh masyarakat dan menggelar pertemuan sederhana dengan rakyat.
“Saya memilih kampanye cara seperti ini karena dua hal, pertama ada nilai ibadahnya yakni silaturahmi dan kedua agar bisa melihat langsung kondisi masyarakat dan infrastruktur di lokasi,” ujarnya saat dimintai komentarnya oleh wartawan hari ini di Kecamatan Maniis, Purwakarta (11/3).
ADVERTISEMENT
Lebih menarik lagi Pilkada Purwakarta juga diramaikan dengan isu kokohnya kekuatan Dedi Mulyadi, calon wakil gubernur Jabar 2018. Saking kuatnya isu ini sampai semua kandidat yang maju dianggap bonekanya. Namun isu ini ditepis dengan segera oleh Padil Karsoma sendiri. Menurutnya setiap manusia punya marwah, punya harga diri. Kalau sekadar buat jadi boneka untuk apa mengelurkan energi sedahsyat ini. Tenaga, dana, pikiran dan waktu dipakai untuk pilkada.
“Mungkin iya di masa lalu kami membantu, justru kini seharusnya dia balas membantu. Tapi kan istrinya yang maju. Ya kita fastabiqul khoirot saja, berlomba-lomba dalam kebaikan. Kami tegas ini Purwakarta berubah menjadi lebih baik dan maju,” pungkasnya.
(indopolitika.com)