Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mimpi Tentang Mantan? Benarkah Ada Yang Kangen? Mimpi Menurut Fungsi Otak
4 Desember 2024 17:38 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Amira Tiara Irfani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah kamu pernah bermimpi? Sebagai seorang manusia yang tiap harinya tidur, tentu kita juga pernah bermimpi. Tapi apakah kalian pernah mimpi hal-hal yang acak? Misalnya, mimpi tentang hal-hal yang cukup meresahkan seperti dikejar hantu yang akan menggangumu ketika bangun tidur. Mungkin kalian juga pernah bermimpi tentang orang yang belum pernah kita temui atau tiba-tiba memimpikan mantan yang sudah lama tidak bertemu? Kata orang, saat itu terjadi, artinya orang itu sedang memikirkanmu, tapi apa benar?
Fenomena tersebut bukan berarti mantan sedang rindu kita atau sebaliknya. Melainkan fenomena tersebut merupakan bagian dari hasil kerja otak kita di malam hari saat kita tertidur. Lantas, bagaimana penjelasan ilmiah tentang fenomena tersebut?
ADVERTISEMENT
Apa itu mimpi?
Sebuah mimpi dapat didefinisikan sebagai "pengalaman subjektif selama tidur" yang hanya dapat diakses oleh pemimpi setelah bangun. Pada dasarnya, setiap orang bermimpi, meskipun mereka tidak selalu ingat bahwa mereka telah bermimpi. Fun fact, selama tidur malam yang berlangsung sekitar 8 jam, kita bermimpi selama kurang lebih 2 jam! Mimpi umumnya terjadi selama tidur fase Rapid Eye Movement (REM), meskipun dalam tingkat terbatas, mimpi juga bisa terjadi pada tidur non-REM. Selama tidur REM, otot-otot lengan dan kaki sementara lumpuh, mata bergerak cepat dari sisi ke sisi, dan pernapasan, detak jantung, serta aktivitas otak meningkat hingga mencapai tingkat yang hampir setara dengan saat terjaga.
Mimpi kita tidak terpisah dari aktivitas otak, sehingga mereka tidak terjadi dalam kehampaan – sebaliknya, mimpi mencerminkan dengan jelas bagaimana otak bekerja. Aspek persepsi yang mendominasi saat kita terjaga juga muncul dalam banyak mimpi; misalnya, bagaimana mimpi sering kali sangat nyata dengan warna, bentuk, dan gerakan, serta melibatkan hal-hal yang sudah familiar bagi kita, seperti orang, tempat, atau hewan. Mimpi juga bisa menyertakan suara, seperti percakapan atau pembicaraan, dan kadang-kadang mencakup sensasi taktil seperti rasa senang, sakit, atau bau dan rasa. Dengan demikian, pengalaman dalam mimpi bukanlah sesuatu yang abstrak dan tanpa elemen sensorik, tetapi sesuatu yang "dilihat, didengar, dan dirasakan." Mimpi menunjukkan bagaimana otak manusia saat tertidur dapat mengalami kondisi sadar dengan sendirinya, padahal saat itu otak sama sekali tidak terhubung dengan lingkungan sekitar (Nir & Tonomi, 2009:35).
ADVERTISEMENT
Apakah mimpi itu penting untuk kita?
Kita seringkali mendengar betapa pentingnya tidur bagi manusia, tapi apakah hal yang sama berlaku untuk mimpi? Apakah mimpi itu sejatinya penting atau mimpi hanya sekadar output yang tidak ada tujuannya?
Tidur REM adalah satu-satunya waktu ketika otak kita benar-benar bebas dari hormon yang dapat memicu kecemasan, yaitu noradrenalin. Saat berada dalam fase tidur REM, bagian otak yang menghasilkan hormon noradrenalin selama keadaan terjaga dan tidur non-REM menjadi nonaktif. Salah satu teori, yang dikenal sebagai hipotesis kalibrasi REM, berpendapat bahwa noradrenalin menumpuk sepanjang hari dan dapat kembali ke tingkat normal selama tidur REM.
Pada saat yang sama, struktur-struktur utama yang terkait dengan emosi dan memori di otak diaktifkan kembali selama tidur REM saat kita bermimpi. Ini berarti bahwa reaktivasi memori emosional terjadi di otak yang bebas dari hormon pemicu kecemasan, yang memungkinkan kita untuk memproses kembali kenangan yang mengganggu dalam lingkungan yang lebih aman dan tenang.
ADVERTISEMENT
Karena itulah, meski terlihat insignifikan, mimpi sebenarnya berperan penting terhadap kondisi mental dan mood kita. Selain itu, proses bermimpi juga memainkan peran penting untuk meningkatkan kinerja otak dan memori kita.
Mengapa mimpi kita terkadang acak?
Nah, saat kita tidur, bagian korteks depan otak yang bertanggung jawab untuk berpikir, berbicara, kesadaran, hingga mengambil keputusan akan berada dalam mode nonaktif. Seumpama perangkat elektronik, otak bagian korteks depan akan berada dalam mode sleep atau offline sepanjang durasi kita tidur. Tapi, ini bukan berarti otak kita sama sekali tidak aktif saat tidur. Saat kita tidur, otak kita, lebih tepatnya bagian hippocampus, masih secara aktif bekerja.
Bagian hippocampus ini memiliki tanggung jawab atau fungsi untuk mengolah ingatan kita. Ingatan yang diolah di hippocampus inilah yang nantinya akan ditransfer ke ingatan jangka pendek maupun ingatan jangka panjang. Ketika proses ini berjalan, memori akan diambil informasinya, dan disimpan sementara sebelum nantinya dikirimkan menjadi memori jangka panjang. Fungsi tersebut sama pentingnya dengan fungsi penyimpanan. Sebab, bila memori tidak diolah dan dikuatkan pada hippocampus, memori tersebut akan dilupakan otak.
ADVERTISEMENT
Saat kita tertidur, hippocampus menjadi bagian yang cukup aktif bekerja. Secara sederhana, hippocampus akan mengolah memori-memori kita untuk nantinya ditransfer ke bagian otak yang menyimpan memori jangka Panjang. Secara sederhana, fungsi hippocampus ini seperti merapikan file-file di dalam otak saat kita tertidur.
Saat bermimpi, hippocampus yang berperan dalam memori dan kenangan, serta amigdala yang terlibat dalam emosi, turut berperan. Mimpi-mimpi yang kita miliki ini merupakan buah dari pikiran serta memori kita, baik memori yang baru terjadi maupun yang sudah lama. Itulah sebabnya mimpi dapat menggabungkan peristiwa nyata dan aktual, dengan peristiwa lainnya yang sama sekali tidak berkaitan. Karena hal itulah, kamu bisa tiba-tiba memimpikan mantan yang sudah putus dua tahun lalu, atau tiba-tiba mimpi tentang peliharaan yang kamu punya di masa kecil. Selain itu, hippocampus juga berfungsi untuk mengolah ingatan spasial yang berkaitan dengan ruangan, rute, ataupun suatu tempat. Nah, fungsi inilah yang membuat kamu bisa melihat tempat-tempat yang rasanya familiar dalam mimpimu, meskipun itu bukan tempat yang sama sekali ada.
ADVERTISEMENT
Jadi bagaimana? Sudah tahu kan bahwa bermimpi tentang mantan bukan berarti dia rindu kamu? Jangan sampai gagal move on, ya, friends!
Referensi
Hobson, J. A., Pace-Schott, E. F., & Stickgold, R. (2000). Dreaming and the brain: Toward a cognitive neuroscience of conscious states. Behavioral and Brain Sciences, 23(6), 793–842. doi:10.1017/S0140525X00003976
Mancia, M. (2005). The dream between neuroscience and psychoanalysis. Schweizer Archiv für Neurologie und Psychiatrie, 156(8), 471–479.
Nir, Y., & Tononi, G. (2010). Dreaming and the brain: from phenomenology to neurophysiology. Trends in cognitive sciences, 14(2), 88–100. https://doi.org/10.1016/j.tics.2009.12.001
Silberer, H. (1955). The Psychoanalytic Review (1913-1957), 42, 361. New York.