Konten dari Pengguna

Drama Korea dan Nasionalisme

Amirah Yasmin Khairunnisa
Mahasiswi UMM, FAI, PAI.
30 Desember 2020 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amirah Yasmin Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Drama Korea dan Nasionalisme
zoom-in-whitePerbesar
Belakangan ini drama Korea atau yang lebih dikenal dengan sebutan drakor semakin populer di Indonesia. Pandemi covid-19 yang tak kunjung usai menjadi salah satu faktor utama meningkatnya para penonton drama Korea di Indonesia. Tak hanya kalangan remaja perempuan, remaja laki-laki, bahkan ibu-ibu sangat menikmati drama dari negeri ginseng ini.
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi rahasia umum bahwa remaja perempuan menikmati drama Korea karena terpana akan wajah tampan dan cantiknya para aktor dan aktris Korea. Namun, tidak hanya itu, mereka beranggapan bahwa dengan menonton drama Korea mereka mendapatkan pengetahuan akan budaya Korea, mereka juga dapat mempelajari bahasa Korea, mendapatkan pesan moral dari setiap drama Korea, dan yang paling penting sebagai sarana hiburan.
“Aku nonton drakor ya karena sarana hiburan aja sih, lagian kan aku nontonnya kalau ada waktu luang. Banyak pesan juga yang dapat diambil dari drakor ” ucap Andini.
“Pengen tau budayanya sama pengen bisa bahasa Korea” ujar Cindy.
“Mencari hiburan, para pemainnya ganteng-ganteng, alur cerita tidak berbelit-belit, ketika menonton ada rasa puas. Seru aja nonton drakor ketimbang sinetron Indonesia” ujar Ghea.
ADVERTISEMENT
Dibanding dengan remaja perempuan, remaja laki-laki memiliki alasan yang berbeda. Mereka berpendapat bahwa ternyata drama Korea tak hanya menampilkan genre romantis. Banyak genre horor, thriller, misteri dan kriminal yang menggugah adrenalin mereka.
“Aku kalau nonton drakor yang ada pertarungannya” kata Yuris.
“Pertama nonton drakor karena ada iklan lewat, ternyata setelah ditonton lumayan juga karena tentang tinju-tinju” ucap Arya.
Ibu-ibu tak terlepas dari drama Korea. Tak jauh berbeda dengan alasan yang dilontarkan para remaja perempuan, banyak ibu-ibu sekarang ini sedang berlomba-lomba menamatkan drama Korea yang sedang mereka tonton.
“Drakor itu bagus alur ceritanya, episodenya gak banyak kayak sinetron Indonesia” ujar Bu Mila.
“Pemerannya ganteng-ganteng, suasananya di Korea juga beda sama di Indonesia” kata Bu Dewi.
ADVERTISEMENT
Demam drakor yang merajalela ini sudah pasti menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang dapat kita ambil dari drama Korea diantaranya ialah:
1. Sebagai sarana hiburan
Pandemi covid-19 yang menimpa membuat kita tidak bisa leluasa menemukan sarana hiburan di luar rumah. Drama Korea menjadi salah satu alternatif sarana hiburan di dalam rumah.
2. Mempelajari budaya Korea
Budaya atau gaya hidup orang Korea dalam drakor sangat kontras dengan budaya kita. Contohnya seperti yang kita nonton di drakor, kita dapat mengetahui bahwa di Korea minim penggunaan sepeda motor, mereka lebih memilih memakai mobil pribadi, transportasi umum ataupun berjalan kaki. Mempelajari budaya asing sangatlah penting agar tidak terjadinya culture shock.
3. Mempelajari bahasa Korea
ADVERTISEMENT
Dengan menonton drama Korea, kita sebagai orang Indonesia dapat menambah wawasan bahasa selain bahasa Indonesia. Sangat bermanfaat bukan?
4. Mendapatkan pesan moral
Dalam setiap drama pasti memiliki pesan tersendiri. Contohnya pada drakor “Start up” yang sedang naik daun pada tahun ini. Drama ini menceritakan perjuangan bisnis anak muda, banyak rintangan yang dilalui para pemeran drama ini. Dari sini kita dapat mengambil pesan moral bahwa kita sebagai anak muda harus semangat dan pantang menyerah akan hal yang ingin kita capai dan cita-citakan.
Selain dampak positif, drama dari negara Lee Minho lahir ini juga dapat membawa dampak negatif. Apa saja sih dampak negatifnya? Mari kita simak bersama.
1. Lupa waktu
ADVERTISEMENT
Tak jarang para penikmat drama Korea tak tahu waktu. Episode-episodenya yang tak terlalu banyak membuat para penonton merasa ingin cepat-cepat menamatkan drama yang sedang ditonton.
2. Kecanduan
Drama Korea yang dibungkus dengan menarik dan ciamik membuat para penonton kecanduan ingin menonton drakor lagi dan lagi. Hal ini tentu saja menjadi hal yang patut dipikirkan jalan keluarnya, sebab kecanduan dapat merambat ke masalah lain, contohnya masalah waktu.
3. Konten dewasa
Banyak dalam drama Korea yang memperlihatkan adegan-adegan dewasa, contohnya seperti adegan ciuman. Tak hanya adegan dewasa, kebiasaan orang Korea meminum soju juga memengaruhi penonton untuk menirukan hal itu.
4. Hilangnya rasa cinta tanah air
Hal ini disebabkan oleh pelaku penikmat drakor. Terkadang para penonton ingin ikut merasakan apa yang terjadi dengan jalan cerita di dalam drakor. Contohnya ialah mencoba makanan Korea, mencoba menerapkan bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari dan banyak remaja yang memakai pakaian seperti di dalam drakor.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui dampak positif dan negatif dari drakor, mari kita bahas kaitan antara drakor dan rasa nasionalisme.
Pembahasan tentang budaya luar terkadang menyinggung soal nasionalisme. Sebelum membahas lebih dalam, kita perlu tahu apa makna dari nasionalisme itu.
Nasionalisme ialah aliran atau paham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Kita sebagai warga bangsa Indonesia sudah semestinya mencintai tanah air kita tercinta ini. Namun, dengan masuknya berbagai budaya dari luar apakah kita dapat mempertahankan rasa nasionalisme kita?
Rasa nasionalisme itu tergantung pada pribadi seseorang. Kita tak bisa mengecap bahwa para penikmat drama Korea tak mempunyai rasa nasionalisme, sebab kita tak tau tujuan penonton menonton drakor itu seperti apa. Banyak remaja menonton drakor karena ingin ketularan semangat pada cerita dalam drakor. Tak heran bahwa banyak pebisnis muda yang berhasil akibat mendapatkan semangat dari drama yang mereka tonton.
ADVERTISEMENT
Jika para penikmat drama Korea dikatakan tidak nasionalis, maka perlu ditanyakan ukuran nasionalis itu seperti apa. Mencintai negeri kita? Membeli barang-barang lokal? Menghafal pancasila? Menghafal norma-norma yang ada?
Rasa nasionalisme jangan hanya terujar oleh mulut, namun harus juga dengan tindakan yang mana bisa memajukan negara dan mensejahterakan rakyat. Sebagai generasi muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa, kita harus bisa menumbuhkan rasa nasionalisme. Namun, jangan sampai rasa nasionalisme ini membuat kita menjadi menutup mata, telinga dan pikiran akan dunia luar.
Sejatinya, nasionalisme itu berasal dari hati, bukan dari suku, ras, maupun agama.