Korean Wave di Indonesia

Amirah Yasmin Khairunnisa
Mahasiswi UMM, FAI, PAI.
Konten dari Pengguna
23 Januari 2021 12:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amirah Yasmin Khairunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dewasa ini Korean Wave atau Hallyu sangat menggembar-gemborkan pasar musik dan perfilman Indonesia. Pasalnya Korean Wave sangat laku di pasaran negara kita. Korean wave ialah istilah yang diberikan untuk menunjukkan budaya Korea seperti acara tv, drama, film, musik dan lain-lain yang tersebar luas di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Lakunya Korean Wave di negara kita dapat dilihat dengan pemutaran berbagai drama Korea dan pertunjukan dari boy band maupun girl band di berbagai saluran tv Indonesia. Dengan ini bisa dilihat bahwa penggemar drama Korea dan K-pop (Korean Pop) sangat meruah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bukti lain dari banyaknya penggemar K-pop maupun drama Korea ialah tak pernah absennya tagar trending topik tentang idola mereka itu di salah satu media sosial, yaitu twitter. Setiap hari mereka giat untuk menaikkan tagar tentang idolanya agar idolanya tersebut bisa dikenal banyak orang. Tak jarang masyarakat yang anti akan hal berbau Korea kesal akan tagar trending Indonesia yang selalu berbau Korea. Mereka juga kesal karena berita-berita yang sedang viral di Indonesia terkadang tertutupi dengan tagar tentang idola Korea tersebut.
Korean wave di Indonesia berkembang diawali dengan masuknya drama-drama Korea yang menyajikan berbagai genre dalam dramanya di pertelevisian Indonesia. Salah satu drama Korea yang menjadi generasi pertama yang tayang di saluran tv Indonesia ialah “Full House”. Full House diperankan oleh Rain (Lee Yeong-jae) dan Song Hye-kyo (Han Ji-en). Drama ini menarik minat masyarakat karena menyajikan hal yang baru di Indonesia. Full House menceritakan tentang pernikahan kontrak yang dilakukan oleh Lee Yeong-jae dan Han Ji-en untuk mendapatkan warisan rumah orang tua Lee Yeong Jae. Pada akhirnya mereka saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah betulan. Drama ini menjadi akar dari drama-drama lain yang mengangkat tentang pernikahan kontrak seperti drakor “Because This is My First My Life”. Drama ini diperankan oleh Lee Min-ki (Nam Se-hee) dan Jung So-min (Yoon Ji-ho). Tak jauh berbeda dengan Full House, drama ini juga menceritakan tentang pernikahan kontrak yang berakhir dengan menikah betulan.
ADVERTISEMENT
Minat masyarakat yang antusias akan drama Korea sejak pemutaran drakor Full House di salah satu saluran tv Indonesia membuat saluran tv yang lain menayangkan beberapa drakor berbeda yang tak kalah menarik. Contohnya ialah “Boys Over Flowers” yang pada saat itu sangat menambah minat masyarakat tentang drakor. Boys Over Flowers diperankan oleh aktor ternama pada saat ini, yaitu Lee Min-ho (Gu Jun-pyo) dan Koo Hye-sun (Geum Jan-di). Drama ini menceritakan tentang sekelompok geng laki-laki yang merupakan anak orang kaya. Geng mereka bernama F4 yang beranggotakan Lee Min-ho (Gu Jun-pyo), Kim Hyun-joong (Yoon Ji-ho), Kim Bum (Nishikado Soujirou) dan Kim Joon (Song Woo Bin). Seperti dalam drakor lain, sudah menjadi kebiasaan bahwa orang kaya dalam drama akan membuli murid di sekolahannya yang tidak sederajat dengan mereka alias miskin. Namun ketua dari geng F4 ini kemudian jatuh cinta kepada Geum Jan-di yang merupakan perempuan miskin namun pemberani. Pemeran laki-laki dalam drama ini merupakan hal yang sangat menarik karena rupa mereka yang ganteng.
ADVERTISEMENT
Drama Korea sangat berkembang pesat di tanah air kita hingga saat ini. Walaupun sudah tak banyak ditayangkan di tv, beredarnya website-website yang menyajikan drama-drama tersebut sekarang ini sangat banyak. Para penikmat drakor tak usah pusing lagi mengatur waktu untuk menonton drakor yang ingin mereka tonton. Hal ini dikarenakan mereka dapat menontonnya secara streaming di website drakor. Drakor yang disajikan dalam website pun lebih banyak dengan genre yang berbeda-beda pula.
Selain drama Korea, K-pop pun menjadi salah satu bagian dalam Korean wave. Penggemar K-pop di Indonesia rata-rata dari kalangan remaja. Baik remaja perempuan maupun remaja laki-laki gemar mendengarkan musik dari negeri ginseng ini. Mereka tak hanya suka akan musik dari boy band maupun girl band K-pop, namun juga senang akan dance atau tarian yang mereka bawakan. Video musik yang ditampilkan pun sangat bagus karena didukung oleh peralatan yang canggih.
ADVERTISEMENT
K-pop membentangkan sayapnya pada dunia saat generasi kedua K-pop dimulai, yaitu muncul pada tahun 2003 . Generasi kedua ini bisa dibilang sebagai masa keemasan (golden era) bagi Kpopers (penggemar K-pop). Pada zaman ini banyak boy band maupun girl band bermunculan, seperti Super Junior, SNSD, TVXQ, Big Bang, 2PM dan lain-lain. Masa ini merupakan sesi pengenalan K-pop di Indonesia. Penggemar K-pop Indonesia pada saat itu juga tidak terlalu banyak dan eksis seperti masa sekarang. Dengan teknologi yang belum canggih sepeti pada masa sekarang, para Kpopers pada zaman itu masih harus pergi ke warnet atau membeli album untuk menonton video musik para idolanya. Namun, para boy band dan girl band generasi ketiga ini masih bersinar hingga masa sekarang.
ADVERTISEMENT
Generasi ketiga K-pop yang bermula pada tahun 2011 semakin booming di Indonesia. Generasi ketiga ini mempunyai boy band dan girl band paling bepengaruh sepanjang zaman. Pasalnya mereka masih tetap eksis hingga sekarang, walaupun generasi keempat K-pop telah muncul. Pada generasi ketiga dapat kita temui boy band dan girl band, seperti EXO, BTS, NCT, iKon, GOT7, Wanna One, BlackPink, Mamamoo, Red Velvet, Twice dan lain-lain. Mereka inilah yang berpengaruh besar menyebarkan K-pop ke seluruh penjuru dunia. Boy band maupun girl band pada generasi ketiga ini rata-rata telah menggelar konser di Indonesia untuk menghibur fans mereka yang berada di Indonesia.
Generasi keempat K-pop tak kalah eksis dari senior-senior mereka. Walaupun generasi ini memiliki anggota yang kebanyakan masih muda, tak berarti bakat mereka kurang bagus. Mereka juga berhasil mendongkrak pemasaran perK-pop an. Generasi keempat ini antara lain ialah Stray Kids, Treasure, Tomorrow X Together, aespa, IZ*ONE, ITZY, Secret Number dan lain-lain. Bahkan di generasi keempat ini salah satu girl band, yaitu Secret Number mempunyai anggota yang merupakan orang Indonesia, yaitu Dita Karang.
ADVERTISEMENT
Perkembangan drama Korea dan Korean pop di Indonesia tentu saja membawa dampak postif dan negatif. Dampak positif adanya Korean wave diantaranya ialah: yang pertama, dengan adanya Korean wave maka teknologi mereka yang lebih canggih dapat kita manfaatkan juga, seperti handphone Samsung yang merupakan produk dari Korea. Tak asing bagi para penikmat drakor untuk menemukan hp merek ini di dalam drakor. Para pemain drakor seperti ingin menunjukan bahwa mereka mendukung produk mereka dengan memakainya di dalam drakor agar para penikmat drakor terlebih yang mengidolakan aktor atau aktirs tersebut dapat meniru dengan membeli produk tersebut. Selain membeli, sebagai remaja yang kreatif kita dapat memanfaatkan teknologi yang ada dan mengetahui perkembang teknologi agar tak tertinggal.
ADVERTISEMENT
Dampak positif yang kedua ialah mempelajari budaya asing. Mempelajari budaya asing menjadi penting agar kita tak terkena culture shock (kejutan budaya). Dengan adanya tren Korean wave yang masuk di Indonesia, maka kita bisa mengendalikan diri akan budaya-budaya asing yang berbeda dengan budaya Indonesia.
Dampak positif yang ketiga ialah, dengan banyaknya penggemar K-drama dan K-pop di Indonesia, maka para aktris-aktor maupun boy band dan girl band lebih mengenal Indonesia. Mereka lebih sering me-notice (memperhatikan) penggemar yang berasal dari Indonesia. Banyak juga acara-acara variety show yang menampilkan idol berada di Indonesia seperti Analog Trip yang dibintangi oleh sebagian member Super Junior dan TVXQ. Analog Trip ini berlatar di Bali dan Yogyakarta, namun fokus utamanya ialah Yogyakarta. Selain Analog Trip, terdapat T.M.I yang dibintangi oleh boy band baru yaitu Treasure. T.M.I ini lebih terfokus pada Bali yang memang merupakan pulau yang sangat terkenal dengan keindahan pantainya. Dengan adanya variety show semacam ini, maka pariwisata Indonesia bisa lebih maju dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Korean wave tentu juga membawa dampak negatif bagi Indonesia. Dampak negatif yang pertama ialah mengikisnya rasa nasionalisme terhadap negara kita ini. Pengaruh budaya-budaya luar yang masuk tanpa kita sadari akan mengikis rasa nasionalisme, seperti lebih membangga-banggakan budaya luar, meniru cara berpakaian, makanan, maupun berbahasa.
Dampak negatif yang kedua ialah merosotnya permusikan dan perfilman Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat sekarang yang lebih tertarik akan hal yang berbau K-drama dan K-pop. Banyak yang beranggapan bahwa sinetron Indonesia terlalu berbelit-belit dengan episode yang panjang. Hal ini berbalik dengan drama Korea yang hanya membutuhkan paling tidak 16 episode.
Dampak negatif yang ketiga ialah perilaku konsumtif. Fans K-pop mendukung idola mereka dengan membeli album yang sangat mahal. Harga per-album ini sekitar Rp.200.000,00 – Rp. 270.000,00 tergantung berat album tersebut. Mereka juga membeli lightstick yang menjadi identitas sebuah fandom yang digunakan saat konser berlangsung. Lighstick ini mempunyai harga sekitar Rp. 500.000,00 – Rp. 600.000,00. Belum lagi jika idola mereka mengadakan konser di Indonesia, para fans akan merogoh kocek lebih banyak karena tiket konser yang mahal, yaitu sekitar Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.700.000,00.
ADVERTISEMENT
Perkembangan Korean Wave tak dapat dihindari oleh kita. Namun, kita dapat membatasinya dengan lebih cinta dengan budaya-budaya lokal dan lebih bijak menghadapi perkembangan globalisasi yang datang. Sebagai masyarakat Indonesia kita dituntut untuk melestarikan kebudayaan dan mengembangkannya sehingga menjadi besar dan tentunya membanggakan.