Konten dari Pengguna

Pelatihan Eco-Enzyme Bagi Masyarakat oleh Mahasiswa KKN Unnes Giat 2 di Klaten

Amirul Hakim
Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang
5 September 2022 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amirul Hakim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pelatihan Eco-Enzyme Bagi Masyarakat oleh Mahasiswa KKN Unnes Giat 2 di Klaten
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Klaten - Sampah masih menjadi momok yang besar bagi kebersihan lingkungan di Indonesia. Terlebih sampah rumah tangga merupakan salah satu masalah yang masih banyak terdapat di lingkungan masyarakat, baik masyarakat menengah ke bawah, maupun menengah ke atas. Sampah-sampah yang dihasilkan dari limbah rumah tangga biasanya berupa sampah organik seperti sisa-sisa kulit sayuran dan buah yang tidak digunakan saat memasak, hal ini masih menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan. Pengelolaan sampah rumah tangga ini masih belum dikelola dengan cara sederhana dan tidak dikelola dengan baik, seperti masih membuang sampah rumah tangga ini di pekarangan rumah yang kosong, dibakar bersama sampah yang lain, atau dibuang di saluran-saluran air yang ada di sekitar rumah.
ADVERTISEMENT
Demi mengurangi banyaknya sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik di lingkungan masyarakat Dukuh Kacar, Desa Trucuk, Kecamatan Trucuk, Klaten, mahasiswa KKN UNNES GIAT 2 pun memperkenalkan Eco-Enzyme kepada masyarakat, terutama ibu-ibu setempat. Eco-Enzyme sendiri merupakan ekstrak cairan yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa kulit sayuran dan buah-buahan dengan substrat gula merah atau molase.
Selaku penanggung jawab dari program kerja ini, Kiki Rahma Aprilia menjelaskan bahwa “Memanfaatkan sisa sayur dan kulit buah untuk dapat dijadikan Eco-Enzyme, karena Eco-Enzyme memiliki manfaat yang banyak dan mencakup beberapa bidang. Contohnya Eco-Enzyme untuk karbol dan pembersih lantai, sabun cair, pewangi, pertanian, kemudian bisa digunakan untuk menjernihkan kolam. Maka dari itu kami mengadakan sosialisasi dan pembuatan Eco-Enzyme.”
ADVERTISEMENT
Kegiatan pembuatan Eco-Enzyme ini tidak hanya sekedar berupa penyampaian materi dari mahasiswa kepada ibu-ibu saja, tetapi juga ibu-ibu diajak untuk terlibat membuat secara langsung Eco-Enzyme di posko. Adapun bahan utamanya yaitu sisa-sisa kulit sayuran dan buah-buahan yang dibawa sendiri oleh masyarakat sekitar yang sebelumnya telah diminta untuk membawa masing-masing dari rumah.
Penyampaian materi oleh mahasiswa
Pembuatan Eco-Enzyme juga tergolong sangat mudah dan tidak memerlukan bahan serta alat yang banyak. Masyarakat cukup menyediakan bahan 1 bagian gula atau molase (kg/gr), 3 bagian sisa-sisa kulit sayuran dan buah-buahan (kg/gr), dan 10 bagian air (liter/ml), atau untuk lebih mudahnya menggunakan perbandingan gula : sisa sayur dan buah : air sebanyak 1 : 3 : 10. Untuk menghindari kontaminasi pada cairan Eco-Enzyme, sebaiknya jauhkan wadah fermentasi dari tempat yang terkena sinar matahari secara langsung, tempat memiliki sirkulasi udara yang bagus.
ADVERTISEMENT
Respon Masyarakat
Dalam pembuatannya, masyarakat tampak antusias untuk mengikuti kegiatan ini. Hal tersebut tampak dari adanya ibu-ibu yang datang diluar waktu kegiatan pembuatan Eco-Enzyme, untuk dibimbing dalam membuat Eco-Enzyme yang benar. Ibu Lastri, salah satu warga yang mencoba mempraktikkan menjelaskan bahwa, “irit mbak kalo bisa buat sendiri, apalagi kalo beli harganya pewangi kan mahal. Saya bikin yang pake kulit nanas ini aja nunggu dulu limbah buah dari bu RT. Terus saya taruh di kamar itu mbak, wadahnya juga baru.”
Disamping itu, beliau juga menuturkan mengenai ketertarikannya terhadap Eco-Enzyme “Ibu-ibu ya pada bilang kalo hasilnya wangi ya pilih buat ini, modalnya kan cuma ringan. Saya tertarik juga sama yang buat pake sayurnya itu lho mbak, buat bersihin kamar mandi, tapi saya nanti lihat dulu hasilnya pas udah dibuka, dari pada beli pembersih di warung kan mahal.”
ADVERTISEMENT
Kiki Rahma menambahkan, Pada kesempatan ini kami mahasiswa KKN UNNES GIAT 2 Desa Trucuk dan ibu-ibu Dukuh Kacar mencoba membuat Eco-Enzyme dari kulit buah jeruk bali. Diketahui bahwa kulit jeruk bali kan hanya dibuang saja, nah pada kesempatan ini kami gunakan untuk pembuatan Eco-Enzyme yang nanti dapat digunakan sebagai pengharum ruangan.”
Eco-Enzyme ini dapat dipanen setelah 3 bulan masa fermentasi. Pada bulan pertama, proses fermentasi menghasilkan alkohol, bulan kedua akan dihasilkan cuka, dan kemudian pada bulan ketiga barulah menghasilkan enzim, yang mana menandakan Eco-Enzyme telah siap untuk dipanen.
Proses pembuatan Eco-Enzyme sangatlah sederhana dan tentunya memiliki segudang kegunaan dengan memanfaatkan limbah rumah tangga yang ada disekitar kita dan biasanya tidak dimanfaatkan dengan baik. Eco-Enzyme memiliki nilai guna dan ekonomis yang tinggi untuk diproduksi dalam berbagai macam skala, baik skala kecil rumahan maupun skala besar.
ADVERTISEMENT
“Harapan dari terselenggaranya sosialisasi dan praktik Eco-Enzyme ini yaitu ibu-ibu dapat mengoptimalkan sisa sayur dan buah yang mereka miliki untuk dijadikan produk yang bermanfaat.” Ujar Kiki Rahma, selaku penanggung jawab program kerja pembuatan Eco-Enzyme.
Praktek pembuatan Eco-Enzyme