Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Beeswax Wrap: Alternatif Kemasan Plastik yang Reusable dan Anti-mikroba
14 Februari 2024 9:54 WIB
Tulisan dari Amiroh Auliya Rahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dewasa kini plastik sekali pakai masih masif digunakan masyarakat Indonesia baik pada tingkat rumah tangga maupun sebagai kemasan produk pangan pedagang kaki lima serta pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Akibatnya plastik menjadi jenis sampah yang mendominasi di tempat pembuangan akhir (TPA) dan tertimbun begitu saja tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan total sampah nasional yang belum terkelola pada tahun 2022 mencapai 13,39 juta ton dimana 40,7% dari jumlah tersebut berupa sampah sisa makanan kemudian kedua terbesar yaitu sebanyak 18% berupa sampah plastik.
ADVERTISEMENT
Dampak dari penggunaan plastik sekali pakai ini nyata adanya, baik di darat maupun lautan contohnya ancaman mikroplastik pada ikan. Selain tindakan daur ulang sebagai solusi yang belum dapat diintegrasikan pada regulasi kemasan di Indonesia, maka perlu tindakan preventif untuk memberikan alternatif pengganti plastik sekali pakai. Beeswax wrap merupakan kemasan pembungkus serbaguna terbuat dari kain katun yang dilapisi beeswax (lilin lebah) dan beberapa bahan pendukung lain seperti minyak nabati dan resin alami sehingga bersifat lentur dan tahan lama. Kemasan beeswax wrap ini memiliki klaim dapat digunakan berulang kali (reusable) dan menunjukkan kemampuan antimikroba. Apakah artinya makanan yang kita kemas dengan beeswax wrap akan memiliki umur simpan yang lebih lama dibanding makanan yang disimpan dengan plastik wrap biasa? Nah hal ini perlu dikaji lebih lanjut dengan pengujian-pengujian berbasis mikroba.
ADVERTISEMENT
Kemasan plastik sekali pakai umumnya terbuat dari bahan LDPE (Low Density Polyethylene). Bahan ini banyak digunakan karena ringan, harganya terjangkau, memiliki ketahanan terhadap oksigen dan kelembapan yang cukup baik. Kelemahan dari bahan ini adalah sulit untuk teurai karena rantai panjang karbonnya dan struktur molekulnya tidak memiliki gugus fungsi dimana enzim dari mikroba dapat mengurainya. Sedangkan beeswax wrap berbahan baku wax atau lilin dari lebah yang berupa zat kristal dan terdiri dari 284 senyawa berbeda termasuk alkana rantai panjang, asam, ester, poliester, dan hidroksi ester. Salah satu molekul penyusun beeswax adalah Hentriacontane yang menyusun sekitar 10% beeswax. Sifat beeswax sendiri adalah tidak larut air dan berbentuk kristal sehingga mirip dengan LDPE.
Beberapa penelitian telah mengkaji kemampuan anti mikroba dari beeswax wrap. Penelitian tersebut dilakukan dengan menganalisa zona inhibisi dari pengujian mikroba jenis bakteri gram positif, bakteri gram negatif, kapang, dan kapsid virus pada salah satu merk beeswax wrap serta bahan-bahan penyusunnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beeswax wrap memang memiliki aktivitas antibakteri khususnya terhadap bakteri gram positif maupun negatif, sedangkan terhadap mikroba lain seperti kapang dan kapsid virus tidak ada efek signifikan atas zat aktif anti mikrobanya. Maka lebih tepat jika beeswax wrap di klaim sebagai kemasan anti bakteri bukan anti mikroba. Ini artinya mikroba lain seperti kapang tidak dapat terhambat oleh beeswax wrap yang mana kapang juga merupakan mikroba penyebab kerusakan pangan (food spoilage) sehingga efeknya terhadap umur simpan produk perlu dikaji lebih lanjut. Perlu diberi catatan bahwa efek anti bakteri ini hanya akan bekerja ketika bakteri tersebut terekspos ke lapisan permukaan dari beeswax wrap karena zat aktifnya tidak dapat berdifusi ke lingkungan. Aktivitas anti bakteri yang dimiliki beeswax wrap sebagian besar berasal dari fraksi propolis dari beeswax itu sendiri. Selain itu juga tidak menutup kemungkinan adanya peran anti bakteri dari komponen lain penyusun beeswax wrap yaitu bisa dari resin, minyak maupun kain.
ADVERTISEMENT
Referensi
Haq BN. 2020. Online seminar beeswax — wrap making. Proceeding International Conference 2020. Telematics and Creative Industri Faculty. Trilogi University
Pinto CT, Pankowski JA, Nano FE. 2016. The anti-microbial effect of food wrap containing beeswax products. Journal of Microbiology, Biotechnology and Food Sciences. 7 (2): 145-148
Saini Y, Gandhi H, Garg S, Joshi K, Anika, Singhal D. 2022. Consumer behaviour analysis: sustainable food wrapping with beeswax. International Journal of Research and Development. 7 (9): 65-71
Skiver S. 2023. Beeswax Wraps as an Alternative to Single-Use Plastics. Williams Honors College, Honors Research Projects. 1697
Penulis: Amiroh Auliya Rahma
Mahasiswa Magister Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor