Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Spanyol, Negara Penjembatan Peradaban Dunia Islam dengan Eropa: Catatan Muhibbah
6 Mei 2024 13:37 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Amirsyah Tambunan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehadiran umat Islam di Spanyol banyak mengalami pasang-surut. Berdasarkan sumber mutakhir, beberapa dinamika perkembangan eksistensi umat Islam di Spanyol di antaranya pertama, terkait perkembangan yang menggembirakan awal abad ke-18.
ADVERTISEMENT
Yaitu, relasi Spanyol dengan Afrika Utara seperti Maroko sebagai salah satu dari bagian dunia Islam. Kedua negera ini; Spanyol dengan Afrika Utara (1912-1975) memiliki hubungan yang harmonis dan strategis.
Kedua, ketika terjadi Perang Saudara di Spanyol yang berlangsung (1936-1939). Tentu dengan situasi berbeda. Terjadi pertempuran kubu nasional, terlibat Letnan Jenderal Mohamed Meziane sahabat dekat Jenderal Francisco Franco, yang kemudian menjadi Kapten Jenderal dari Ceuta, Galicia dan Kepulauan Canary. Namun dalam waktu singkat gejolak tersebut dapat diatasi.
Ketiga, mengalami perubahan pada 1985 , ketika orang Maroko tidak memerlukan visa untuk masuk ke Spanyol. Akan tetapi kebijakan ini berubah seiring dengan pertumbuhan ekonomi Spanyol yang kemudian bergabung dengan ke Uni Eropa, setelah itu pengawasan imigrasi diberlakukan dengan lebih ketat.
Atas dasar itu imigrasi ke Spanyol meningkat pada 1990-an, ketika orang Maroko tiba dalam jumlah besar dan menjadi komunitas imigran ekonomi penting pertama Spanyol sehingga 2000-an, para migran mulai berdatangan dalam jumlah tertentu dari negara-negara mayoritas Muslim lainnya (juga dari Amerika Latin dan Eropa Timur). Maroko saat ini merupakan komunitas imigran Muslim tertua serta paling terintegrasi di Spanyol dan menjadi populasi asing terbesar kedua setelah Rumania.
ADVERTISEMENT
Catatan akhir dari kunjungan ke Spanyol (2016) diperoleh data dari berbagai sumber terdapat dua komunitas yang terus mengalami perubahan; Pertama, secara resmi penganut muslim sekitar 4 % yakni 1.919.14 dari populasi 46.438.422 jiwa.
Kedua, penduduk yang berdiaspora 1.115.124 jiwa sekitar 58,7%, adalah imigran tanpa kewarganegaraan Spanyol diantaranya Muslim Spanyol 42 % yakni 804.017 warga negara Spanyol. Ketiga, warga negara total 753.425 warga negara Maroko yakni (39,2% dari komunitas Muslim dan lebih dari 67,5% dari warga asing Muslim); keempat, dalam jumlah kecil termasuk Pakistan, Bangladesh, Aljazair, Senegal, dan Nigeria.
Tetapi, sebagaimana dilansir dalam Statista.com memperkirakan hingga saat ini jumlah muslim di Spanyol mencapai 2.35 juta (2022). Ini akan terus mengalami peningkatan seiring dengan minat para ilmuan melakukan studi terkait pradaban Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi di era modern.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu jembatan perabadan lahir dari umat muslim baik sebagai warga pendatang atau diaspora maupun negara sendiri atau citizen yang memiliki arti warga negara atau dapat diartikan sesama penduduk dan orang setanah air adalah yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara itu sendiri.
Misalnya hingga saat ini terdapat warga yang dinaturalisasi; pertama, dari Maroko, 430.990 warga; kedua, warga keturunan yang dinaturalisasi, 64.334 Muslim Ceuta/Melilla. Yang menarik adalah tercatat awal 1980-an terdapat 23.624 jiwa adalah orang Spanyol berlatarbelakang Kristen Katolik yang bepindah agama (konversi) ke Islam untuk menikah atau karena keyakinan agama pribadi.
Latar belakang perpindahan ini bukan karena hanya keyakinan, akan tetapi sepanjang sejarah Islam telah menunjukkan Islam memiliki jejak rekam sejarah panjang sebagai jembatan yang dapat di jadikan penguat sejarah peradaban masa lalu untuk perkembangan masa depan dunia Islam dengan dunia Eropa melalui nilai-nilai Islam yang universal, di antaranya
ADVERTISEMENT
Pertama, Islam mengajarkan agar seluruh umat beragama dapat hidup rukun dan damai; kedua, umat beragama mendambakan keadilan, tanpa diskriminasi sebagai jembatan dalam membangun pradaban; ketiga, seluruh bangsa di dunia membutuhkan kemajuan peradaban berdasarkan hati nurani. Sehingga lahir kesadaran bersama untuk memajukan peradaban yang berkemajuan yakni saling menghargai, menghormati dalam setiap persaingan dibidang ekonomi, politik dan penegakan hukum yang dapat memperkuat pradaban berbagai negara di dunia.
*Dr. H. Amirsyah Tambunan (Sekjen MUI Pusat)