Konten dari Pengguna

Belajar Itu Mencoba

Amirudin Mahmud
Sehari-hari saya bekerja sebagai guru sekolah dasar. Menulis menjadi bagian penting dalam keseharian sebagai iktiar berbagi kebaikan dan kebahagian.
19 September 2023 9:47 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amirudin Mahmud tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan MHQ di UPTD SDN 1 Tegalmulya Kec. Krangkeng Kab. Indramayu
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan MHQ di UPTD SDN 1 Tegalmulya Kec. Krangkeng Kab. Indramayu
ADVERTISEMENT
Di sekolah yang saya pimpin, UPTD SDN 1 Tegalmulya Kec. Krangkeng Kab. Indramayu. setiap pagi anak-anak mengikuti kegiatan yang diberi nama MHQ. MHQ kepanjangan dari Mencoba Hapal Quran. MHQ dilaksanakan sebelum pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Pagi hari sebelum masuk kelas, semua anak didik (baca:kelas 1-6) berkumpul di serambi sekolah. Di depan kelas-kelas, mereka mengawali kegiatan dengan membaca Al Quran yakni surat-surat pendek.
Pada semester ganjil ini, mereka ditargetkan setiap hari membaca QS Ad-Duha sampai An-Nas. Setelah selesai membaca secara sukarela sebagian anak didik mencoba menghafal di depan guru dan teman-temanya. Guru dan temanya mengoreksi secara bersama-sama hafalan mereka. Mereka didorong mencoba hafal surat-surat Quran yang dibaca setiap hari tersebut.
Dengan mencoba dimaksudkan dapat memotivasi peserta didik untuk bersedia menggali, menguatkan hafalan surat pendek yang dibacanya secara berulang-ulang setiap hari. Mencoba menjadi metode belajar Quran, berawal dari membaca dan menghafal semoga ke depannya mereka juga bisa memahami dan mengamalkan. Kegiatan ini juga menanamkan kecintaan pada kitab suci.
Salah satu murid menghafal surat pendek Alquran
Kenapa harus mencoba?
ADVERTISEMENT
Sebagai ilustrasi begini, anak saya ingin bisa bersepeda. Sebagai orang tua, apa yang segera saya lakukan? Tak lain kecuali membelikannya sepeda dan memintanya mencoba. Tidak perlu memberitahukan pada anak bagaimana cara bersepeda, atau berbagai teori terkait bersepeda yang benar. Itu lebih praktis. Toh itu yang dibutuhkan.
Percuma mengajarkannya berlama-lama jika sepeda tak dicobanya. Jadi jawabannya adalah mencoba. Itu lebih simpel dalam mengajarkan sesuatu kepada anak didik. Bagi saya mendidik dan belajar itu sejatinya adalah mencoba.
Manfaat lain dari mencoba adalah anak didik bisa menggali, menjajaki dan mengasah segala potensi, bakat, juga minat yang dimiliki. Bukankah itu tujuan pendidikan? Dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Sangat jelas bahwa UU. No. 20 Tahun 2003 menegaskan bahwa pendidikan itu tak lain adalah mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik. Menurut saya salah satu cara efektif dalam mengembangkan potensi anak adalah dengan cara mencoba. Guru dituntut dapat berperan menuntun peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.
Dalam mencoba guru tidak boleh membatasi peserta didik dengan apa pun. Peserta didik diberikan kebebasan sebebas-bebasnya. Membatasi mereka dalam mencoba akan berpengaruh negatif pada kepercayaan dan semangat mereka.
Peserta didik boleh mencoba apa saja. Dengan mencoba mereka meyakini kemampuan dan keterampilan yang ada pada dirinya. Melalui mencoba peserta didik mengenali potensi dan bakat yang dimiliki. Melalui mencoba mereka mengetahui bakat yang ada pada dirinya.
Menghafal di depan guru dan teman-temannya
Apa yang perlu dicoba?
ADVERTISEMENT
Secara umum segala hal bisa dicoba oleh peserta didik. Apa saja boleh ditampilkan oleh peserta didik. Semua dilakukan untuk menggali, mengenali, mengasah lebih jauh potensi, bakat dan minat peserta didik.
Menurut Howard Gardner seperti dikutip Munif Chatib dalam bukunya Sekolahnya Manusia menyebutkan kecerdasan manusia itu majemuk disebutnya sebagai multiple intelgences. Paling tidak ada 8 kecerdasan yang secara potensial dimiliki oleh manusia. Kecerdasan majemuk adalah konsep penilaian kecerdasan seseorang dengan melihat pada beberapa tolak ukur kemampuan berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh ahli psikologi Howard Gardner. Kecerdasan majemuk itu wajib digali, diasah dan dikembangkan dengan cara mencoba, dan mencoba guna sampai pada kemampuan maksimalnya.
Berikut 8 kecerdasan manusia menurut Gardner, pertama kecerdasan linguistik (verbal) atau kecerdasan bahasa. Yakni kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan dapat menerjemahkan dalam bahasa yang lugas.
ADVERTISEMENT
Peserta didik dengan karakteristik ini biasanya pandai menulis cerita, menghafal informasi, dan membaca. Kecerdasan ini akan melahirkan para penulis buku best seller, motivator ulung, penceramah kondang dan lainnya.
Kedua, kecerdasan spasial (Visual).Yaitu kecerdasan berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah dan ruang secara akurat. Anak didik yang memiliki bakat di bidang ini berpotensi menjadi arsitek, artis dan insinyur karena lihai dalam membaca dan menulis berdasarkan kesenangan, pandai menyusun teka-teki. menafsirkan gambar, grafik dan bagan, menyukai seni lukis dan mampu mengenali pola dengan mudah.
Ketiga, kecerdasan logis (matematika) yakni kemampuan nalar yang sangat tinggi. Anak didik yang memilki jenis kecerdasan ini dapat menganalisis masalah secara logis. Mereka berpikir secara konseptual tentang angka, hubungan dan pola. Mereka berpotensi menjadi ilmuwan, ahli matematika, programmer, insinyur juga akuntan.
ADVERTISEMENT
Keempat, kecerdasan musikal. Kecerdasan bermusik meliputi kepekaan dan penguasaan terhadap nada, irama, pola-pola ritme, tempo, instrumen, dan ekspresi musik, hingga seseorang dapat bermain musik dan menikmati musik.
Stevie Wonder misalnya, walau buta sejak lahir ia masuk dapur rekaman sejak usia 10 tahun. Kelemahannya (baca:buta) tak menghalanginya menemukan kecerdasan yang terpendam pada dirinya. Dalam belajar kecerdasan ini kita jumpai pada mereka yang gemar bernyanyi, menghafal lagu.
Kelima, kecerdasan interpersonal sering disebut sebagai kecerdasan sosial. Yakni kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekspresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain. Ia mampu memberikan respons secara efektif dalam berkomunikasi.
Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Di kelas, peserta didik seperti ini biasanya selalu menjadi pemimpin bagi teman-temanya baik saat belajar kelompok atau lainnya.
ADVERTISEMENT
Keenam, kecerdasan intrapersonal, yakni kepekaan seseorang terhadap perasaan dirinya sendiri sehingga mampu mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri.
Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa di antaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.
Ketujuh, Kecerdasan kinestetik atau kecerdasan anggota tubuh. Yaitu kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap..
ADVERTISEMENT
Kedelapan, kecerdasan naturalis. Yakni kecerdasan yang menunjukkan kepekaan seseorang terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan.
Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.
Sekali lagi, mendidik adalah mencoba. Dorong peserta didik untuk mencoba apa yang diyakininya bisa. Berilah motivasi mereka. Katakan bahwa mereka adalah anak hebat yang memiliki berbagai potensi, bakat dan minat. Untuk menggalinya caranya hanya dengan mencoba. Wa Allahu Alam Bishawab.