Konten dari Pengguna

Memaknai Hari Guru Nasional

Amirudin Mahmud
Sehari-hari saya bekerja sebagai guru sekolah dasar. Menulis menjadi bagian penting dalam keseharian sebagai iktiar berbagi kebaikan dan kebahagian.
25 November 2023 16:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amirudin Mahmud tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru sekolah anak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru sekolah anak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hari ini (25 November 2023) diperingati sebagai Hari Guru Nasional (HGN). HGN diperingati bersamaan dengan HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). HGN diperingati sejak 30 tahunan lebih berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994 yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto pada tanggal 25 November 1994.
ADVERTISEMENT
Di wilayah saya bekerja, HGN dan HUT PGRI diperingati dengan menggelar berbagai acara. Dari acara yang sifatnya hiburan, seremonial sampai yang serius. Di antaranya menggelar berbagai macam perlombaan. Perlombaan diikuti oleh guru. Ada lomba voli bal, catur, karaoke dan bulu tangkis. Kegiatan jalan santai diikuti oleh semua guru. Senam bersama Bupati juga telah diagendakan. Kemudian seminar pendidikan bersama pakar Pendidikan.
HGN diperingati sebagai pengakuan bangsa dan negara atas jasa besar guru dalam membangun dan menyiapkan sumber daya manusia Indonesia. Keberadaan guru sangatlah penting dalam menyiapkan generasi Indonesia mendatang. Peran guru tak akan bisa digantikan oleh siapa pun. Mereka tetap akan dibutuhkan sampai kapanpun. Kemajuan teknologi tak akan bisa menggeser peran penting seorang guru yakni keteladanan.
ADVERTISEMENT
Eksistensi guru hingga saat ini belum mendapat perlakukan yang ideal dari negara. Sebutan “Pahlawan tanpa tanda jasa” seakan menjadi legitimasi bahwa guru tak perlu diperhatikan kesejahteraan, masa depan serta hak-haknya.
Hal di atas yang menjadi perhatian saya setiap memperingati HGN. Sampai tulisan ini dibuat masih banyak guru yang hidup jauh dari sejahtera. Mereka hidup dalam kesederhanaan atau pas-pasan untuk tidak menyebutnya serba kekurangan. Bagaimana tidak bukankah masih banyak guru yang digaji jauh di bawah UMR? Mereka bekerja dibayar hanya ratusan ribu perbulan. Mereka dikenal dengan sebutan guru honorer. Jumlah mereka cukup besar. Bisa jadi lebih dari 50 persen guru adalah honorer.
Sejak tahun 2005 pemerintah berusaha menyelesaikan masalah guru honorer hingga sekarang belum selesai juga. Jumlah mereka bertambah terus seiring dengan kekurangan guru di sekolah-sekolah seiring dengan masa pensiun guru PNS tiba.
ADVERTISEMENT
Dalam mengatasi guru honorer pemerintah telah banyak melakukan kebijakan. Ada pengangkatan Guru Bantu Sementara (GBS) di tahun 2003 dan 2004. GBS sekarang sudah diangkat menjadi PNS melalui kebijakan pengangkatan guru honorer. Tentu tidak semuanya. Ada sebagian kecil dari mereka yang tak bisa beralih status karena faktor usia atau karena tidak memenuhi persyaratan lain.
Ilustrasi Orang Tua Berbicara dengan Guru Anak di Sekolah. Foto: Shutterstock
Yang paling mutakhir ada pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian kerja (PPPK). Namun, ikhtiar ini masih jauh dari kata menyelesaikan masalah. Para guru honorer senantiasa kudu bersabar menanti momentum keberpihakan nasib pada diri mereka.
Menurut UU Nomor 5 Tahun 2014 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dikategorikan sebagai jenis Aparatur Sipil Negara (ASN). Pada umumnya, ASN adalah sebutan profesi bagi PNS dan PPPK yang bekerja di pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Terkait honorium, sebenarnya sekolah diberi kewenangan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hingga 50 persen dari jumlah yang diterima. Hanya pada praktiknya kebutuhan sekolah tidak hanya honor guru. Masih banyak kebutuhan yang lainnya. Ini persoalannya. Sehingga hanya sekolah yang jumlah siswanya besar yang bisa memberikan honor guru relatif lebih besar. Itu pun belum menyentuh UMR.
Untuk itu sekolah dituntut dapat mengelola keuangan BOS secara ketat. Memiliki skala prioritas dalam menganggarkan. Efisiensi dalam setiap kegiatan yang memerlukan anggaran. Sehingga honor guru bisa ditingkatkan. Hal demikian wajib disadari bersama oleh warga sekolah. Kepala sekolah, bendahara maupun guru sepatutnya memiliki komitmen bersama tentang peningkatan kesejahteraan guru honor.
Harus diakui bahwa TPG telah memberikan kesejahteraan bagi guru. Guru lebih fokus dalam menjalankan tugas mengajar. Mereka tidak berpikir mencari rizki tambahan di luar sekolah. TPG patut disyukuri oleh guru dengan melaksanakan kewajiban secara maksimal. Saya yakin setiap ikhtiar dan kerja keras guru dalam mendidik akan berdampak positif dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Sebab bagaimanapun mereka adalah ujung tombak dunia pendidikan.
Ilustrasi Guru Mengajar di Sekolah Foto: Shutter Stock
Sebagian pihak memojokkan guru dengan TPG yang diterimanya. Pendidikan dianggap tak bergerak maju setelah guru menerima TPG. Guru mendapat kritik tajam. Menurut saya tidaklah arif jika persoalan pendidikan di tanah air sepenuhnya dipikulkan pada guru saja.
ADVERTISEMENT
Banyak pihak yang terlibat secara otomatis dalam mendidik anak, orang tua atau lingkungan keluarga misalnya. Lingkungan secara luas atau masyarakat memiliki peran besar. Demikian pemerintah dengan segala macam regulasi dan kebijakan yang dikeluarkan.
Kemudian mengukur keberhasilan pendidikan itu tidak mudah. Tidak bisa secepat kilat mengeklaim keberhasilan atau kegagalan pendidikan. Bisa jadi pendidikan saat ini hasilnya dapat diukur atau dirasakan puluhan tahun ke depan. Jadi, jangan terlalu cepat memberikan penilaian.
Di tengah kritikan tajam tersebut, guru Indonesia melalui organisasi PGRI senantiasa berikhtiar dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi diri. Mereka berkomitmen untuk memajukan Indonesia guna mewujudkan generasi yang unggul dan berdaya saing.
Pada tahun ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI memberi tema HGN dengan “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar”. Tema tersebut tak lain merupakan gambaran apa yang sedang diupayakan dan dilakukan oleh para guru di Indonesia sekarang.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui sejak dua tahun belakangan pendidikan Indonesia sedang melakukan revolusi besar salah satunya dengan memberlakukan kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Dalam proses pembelajaran guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat pembelajaran sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Di dalam kurikulum ini terdapat proyek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila.
Kemudian, dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Proyek ini tidak bertujuan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Merayakan dalam tema HGN sekarang dapat diartikan sebagai ungkapan syukur atas segala upaya dan ikhtiar selama penerapan kurikulum merdeka. Tentu banyak tantangan mengadang. Tapi guru tetap diminta bergembira menyelesaikannya. Dengan berbekal keyakinan dan tekad kuat dipastikan penerapan kurikulum merdeka akan berjalan lancar dan sukses secara nasional.
ADVERTISEMENT
Alhasil, selamat untuk guru Indonesia. Terus bergerak. Terus berkarya. Terus mengabdi. Menyiapkan generasi unggul, terampil dan berbudi. Sekali lagi selamat Hari Guru Nasional (HGN) juga HUT PGRI ke 78. Wa Allahu Alam Bishawab.