Konten dari Pengguna

Penerapan Auto Sugesti dan Hetero Sugesti Positif terhadap Anak Korban Bullying

Amna Fathi Laylia
Saya seorang Mahasiswa yang sedang menempuh study di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Brawijaya.
11 November 2023 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amna Fathi Laylia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Kedekatan Ibu dan Anak, sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/peta-memegang-anak-dengan-wanita-235554/
zoom-in-whitePerbesar
Foto Kedekatan Ibu dan Anak, sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/peta-memegang-anak-dengan-wanita-235554/
ADVERTISEMENT
Bullying sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tindakan bullying atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penindasan merupakan segala bentuk kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain dengan tujuan untuk menyakiti baik dengan tindakan verbal atau non-verbal. Olweus (1997) mengatakan bahwa bullying adalah perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, sudah marak kasus-kasus bullying yang tidak memandang siapa korbannya. Laki-laki, perempuan, dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Dari yang perlakuan ringan hingga parah pada taraf si korban harus mendapatkan perawatan lebih lanjut dari pihak medis baik fisik maupun psikis. Mirisnya, di Indonesia sendiri, kasus bullying pada anak-anak, khususnya anak usia sekolah dasar, kini sudah banyak terjadi dan bahkan memakan korban. Seperti contoh kasus bully pada siswa SD kelas tiga di Palangka Raya yang menyebabkan korban alami trauma setelah di-bully secara verbal oleh teman-temannya pada Maret lalu. Kasus penindasan yang dialami korban ini dikatakan tidak hanya terjadi sekali, namun tiga kali sehingga kasus ini kemudian dibawa ke meja hijau oleh orangtua korban.
ADVERTISEMENT
Kasus lainnya terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur, tepatnya di Kecamatan Pesanggaran, seorang siswa SD nekat mengakhiri hidupnya sebab kerap diejek oleh teman-teman sebayanya karena tidak memiliki ayah. Korban merupakan anak yatim yang tinggal bersama keluarganya. Menurut keterangan kearabat serta keluarga, sebelumnya korban kerap mengeluh dan menangis sebab diejek seperti itu.
Selain dua contoh kasus di atas, masih banyak lagi kasus bully di tingkat sekolah dasar yang telah diberitakan. Dari sekian banyak kasus yang terjadi, para korban selalunya terdampak trauma yang tidak sepele. Baik fisik maupun psikis, bahkan jiwa korban.
Apapun bentuknya, tindakan bullying atau penindasan tidaklah dibenarkan. Terlebih dilakukan oleh anak-anak dan kepada anak-anak lainnya. Orang tua selaku pendidikan pertama bagi anak-anaknya, sudah sepatutnya menanamkan pengajaran dini pada anak untuk saling menyayangi dan berlaku baik kepada teman-temannya. Begitu pun dengan guru yang kerap menemani keseharian anak sebagai pengganti peran orangtua di sekolah.
ADVERTISEMENT
Orang tua dapat menerapkan pola asuh pikiran anak dengan cara memberikan auto sugesti dan hetero sugesti pada anak. Sebuah pikiran yang masuk dan menetap pada diri manusia pada dasarnya masuk melalui dua hal tersebut. Auto sugesti yaitu sugesti yang ditanamkan dari dalam diri kita sendiri dan juga hetero sugesti yaitu sugesti yang ditanamkan melalui perkataan dan kepercayaan kita terhadap orang lain.
Terdapat tiga hal yang biasa mempengaruhi proses auto sugesti dan hetero sugesti pada anak, di antaranya:
1. Verbal Programi yaitu apa yang kita dengar dari lingkungan kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak mendengar mengenai apa yang dikatakan orang lain terhadap diri kita.
2. Modelling yaitu peniruan dari apa yang kita lihat dan rasakan dari lingkungan sekitar. Terlebih anak kisaran usia 1-15 tahun, mereka cenderung mudah menirukan apa yang dikatakan, dilakukan, dan dipikirkan oleh orangtua atau orang dewasa di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
3. Specific Incidence yaitu pengaruh suatu kejadian atau insiden yang telah dialami oleh seseorang.
Terhadap anak-anak, terkhusus korban bully, ada baiknya orang sekitar terutama orang tua bertindak lebih peka dan terus memantau dan memberi pengertian terhadap anak. Tekankan, perdengarkan, juga perlihatkan pada anak terkait hal-hal positif yang akan membantu dalam tertanamnya pola pikir auto sugesti positif yang sehat pada anak kedepannya. Sebab anak cenderung cepat mempelajari dari apa yang ia lihat dan dengar dari lingkungan sekitarnya. Perlu juga untuk mengajarkan pemilahan hal baik dan buruk sejak dini untuk mengasuh dan melatih pola pikir juga tindak laku anak agar bersikap yang baik dan sebagaimana seharusnya.
Bagi orang tua, menanamkan hetero sugesti positif pada anak, dapat juga dilakukan dengan menerapkan hypnoparenting. Dalam sebuah buku parenting karya Ali Akbar Navis, menyebutkan bahwa hypnoparenting adalah metode parenting yang dilakukan melalui metode hipnosis dengan memanfaatkan penurunan frekuensi gelombang otak anak untuk diberi sugesti positif. Pada praktiknya, hypnoparenting dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi karena metode ini sangat fleksibel. Semua informasi yang anak terima, baik dalam bentuk stimulus kata-kata yang didengar maupun penglihatan diproses dan diolah dalam otak sebelum masuk dalam pikiran bawah sadar anak. kemudian, saat informasi telah menguat dan mengakar jika dilakukan pengulangan atau repetisi yang pada akhirnya menghasilkan keyakinan pada diri anak.
ADVERTISEMENT
Terhadap anak korban bullying, orang tua dapat memulai dengan mendekatkan diri dengan anak. Merangkul sambil sambil menepuk puncak kepala atau punggung anak untuk memberikan rasa nyaman juga tenang. Berbicara dengan intonasi pelan dan lembut dengan memperdengarkan hal-hal positif seperti pujian untuk si anak dan penekanan bahwa ia tidak sendiri. Bahwa si anak dapat berterus terang dan mengungkapkan secara jujur apa yang menjadi ganjalan dalam pikirannya.
Menerapkan sugesti positif pada diri, baik melalui diri sendiri atau dari orang sekitar setidaknya diperlukan untuk kesehatan mental seseorang. Tidak hanya pada anak korban bully, tetapi pada setiap orang pada semua umur. Sebab ada pepatah yang mengatakan bahwasanya penyakit hati itu berasal dari pikiran sendiri. Maka, penting bagi kita untuk terus menanamkan pikiran positif dalam diri.
ADVERTISEMENT