Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kesenian Sunaryo dalam Kekekalan Wot Batu
27 Juni 2023 17:53 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ammar Rezqianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Instalasi seni Wot Batu menjadi pilihan menarik bagi kalian yang ingin berwisata seni atau mencari tempat menenangkan diri. Dalam instalasi seni ini, sebanyak 135 batu vulkanik digunakan Sunaryo untuk menciptakan karya-karyanya. Dari ratusan batu ini lah Sunaryo menggambarkan hubungan antara manusia dan alam, antara yang lahir dan melahirkan, juga antara raga manusia dan ruang batinnya. Kesemua aspek tersebut ditampilkan Sunaryo dalam Wot Batu, sebuah seni instalasi berskala ruang berbahan dasar batu vulkanik.
ADVERTISEMENT
Walau berasal dari Bahasa Jawa yang berarti jembatan batu. Wot Batu terletak di Cimenyan, Bandung, tepat tempat lahir Sunaryo. Jembatan sendiri menjadi penggambaran makna dari Sunaryo terhadap karya instalasi ini. Dalam tempat inilah, Sunaryo menggagahkan sebelas karya seni yang mewujudkan rasa keserasian.
Instalasi seni Wot Batu lahir pada tahun 2012 dan baru dapat dinikmati khalayak kesenian pada tahun 2016. Wot Batu ini memiliki luas sebesar 2 ribu meter persegi.
Wujud Wot Batu berbentuk kawasan yang berisi sebelas karya seni berbahan batu vulkanik milik Sunaryo. Karya-karya tersebut disajikan Sunaryo sebagai penggambaran akan keserasian.
Sunaryo bercerita, kehidupan dan alam selalu memiliki keserasian, baik disadari maupun tidak oleh mereka yang hidup. Keserasian ini dicerminkan dengan ragam yang menarik oleh Sunaryo, sebut saja penggambaran serasinya kejantanan dan kesuburan, serasinya bumi dan langit, sampai pada serasinya raga dan pikiran manusia. Dalam mewujudkan keserasian tersebut, Wot Batu yang berarti jembatan batu menjadi media penghantar rasa serasi pada para pelihatnya.
ADVERTISEMENT
"Karya Pak Sunaryo selalu punya karakteristik. Batu dipilih karena memiliki daya tahan, memiliki juga ingatan," jelas Nadira, pemandu Wot Batu.
Sebagai media penyampaian, batu memiliki ketahanan yang luar biasa. Menurut sunaryo, batu adalah media pengingat. Batu dapat membuat kita diingat akan kemajuan seni dan teknologinya oleh manusia di masa mendatang.
Terikat dengan Alam
batu tidaklah kekal, batu akan hancur. “Pak Sunaryo berpikir semua karyanya pasti akan hancur suatu saat nanti, walaupun batu bisa bertahan sampai ratusan tahun,” terus Nadira menceritakan Wot Batu.
Dengan kesadaran akan batunya yang lambat laun akan hancur, Sunaryo dengan keahlian seninya membuat berbagai macam gores dan ukiran di atas batu-batu karyanya. Sebut saja salah satu seni batunya dalam Wot Batu yang bernama Lawang Batu. Dalam Lawang Batu, Sunaryo mengukirkan sidik jarinya yang diperbesar dengan skala tertentu. Diyakini, bila pun karya-karyanya akan hancur, serpihan atau pecahan dari karya tersebut akan tetap terus eksis dengan berbagai penandaannya.
ADVERTISEMENT
Selain dengan ukiran-ukiran dan penandaan, Sunaryo tidak memberikan perlakuan khusus pada batu-batunya. Semua batu miliknya di Wot Batu hanya dilapisi oleh zat anti lumut. Semuanya dibiarkan apa adanya dan senatural mungkin terdampak oleh alam
“Semua batu disini dibiarin aja apa adanya. Kita cuman kasih zat anti lumut,” Nadira menjelaskan.
Pelepasan Wot Batu untuk alam ini juga memiliki tujuannya sendiri oleh Sunaryo. Dengan batu-batu yang dibiarkan begitu saja, Sunaryo menggambarkan keserasian alam dengan se-isinya. Dimana alamlah yang akan menjaga beragam purwarupa maupun makhluk hidup yang ada. Alam mengikat keberadaan kita.
Dalam instalasi ruang Wot Batu, terdapat sebelas macam karya seni batu oleh Sunaryo. Sebelas karya itu terdiri dari Batu Abah Ambu, Batu Mandala, Batu Api, Lawang Batu, Batu Waktu, Batu Air, Wot Batu, Batu Ruang, Batu Sepuluh, Batu Seke, dan Batu Angin. Setiap karya batu memiliki keunikan dan maknanya masing-masing.
ADVERTISEMENT