Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
DRRC UI Dorong Gotong-Royong sebagai Kearifan Lokal Pengurangan Risiko Bencana
27 Mei 2022 15:57 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Nusantara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Kamis (25/05/2022) - Pemerintah Indonesia menjadi tuan rumah pelaksanaan the 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang digelar secara hybrid.
Dalam pidato pembukaan, Presiden Jokowi menyampaikan empat konsep resiliensi berkelanjutan dalam menghadapi risiko bencana. Pertama, memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, dan adaptif menghadapi bencana. Kedua, melakukan investasi dalam sains, teknologi, dan inovasi termasuk dalam menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi. Indonesia sendiri menyusun strategi pendanaan dan asuransi bencana dengan membentuk dana bersama atau pooling fund. Misalnya, penggunaan dan pembangunan di tingkat desa melalui Dana Desa untuk mendukung upaya mitigasi dan kesiapsiagaan. Ketiga, membangun infrastruktur yang tangguh bencana dan tangguh terhadap perubahan iklim. Keempat, membangun komitmen bersama untuk mengimplementasikan kesepakatan global di tingkat nasional sampai tingkat lokal. Kerangka Kerja Sendai, Kesepakatan Paris, dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs merupakan persetujuan internasional yang penting dalam upaya pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
From Risk to Resilience, From Local to Global
Tema besar 7th Session Global Platform Disaster Risk Reduction (GPDRR) kali ini adalah “From Risk to Resilience”. Kepala Negara menegaskan bahwa pengurangan risiko bencana merupakan investasi efektif untuk mencegah kerugian di masa depan. Dalam forum internasional ini, sebagai tuan rumah, Indonesia siap berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam mitigasi bencana sekaligus menyerap praktik terbaik mitigasi bencana dari negara lain. Sebagai negara rawan bencana, Indonesia mempunyai akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang bisa menjadi pelajaran penting bagi dunia. “Let’s work together to mitigate the risk of disaster for a better life today and tomorrow.”
Kearifan Lokal dan Ramah Lingkungan
Kepala DRRC UI, Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si, Ph.D., menyampaikan dan mengapresiasi upaya yang telah dilakukan BNPB dalam mengurangi risiko bencana di Indonesia. Fatma menyampaikan pada Plenary Mid-Term Review 1 - Sendai Framework bahwa guna menurunkan tingkat mortalitas akibat Bencana, maka diperlukan komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan dengan menerapkan pendekatan Penta Helix: Academia, Pemerintah, Industri, Masyarakat, dan Media. DRRC UI bersama Pengajar dan Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Fakultas Ilmu Administrasi UI dan Sekolah Ilmu Lingkungan UI bersama-sama menyampaikan rekomendasi terkait Midterm Review Sendai Framework untuk Pengurangan Risiko Bencana pada GPDRR 2022 ini
ADVERTISEMENT
Kearifan Lokal
Didalam pengembangan ketahanan gempa, Indonesia memiliki budaya dan kearifan lokal yang kuat yang diimplementasikan dalam upaya pengurangan risiki bencana, seperti di Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan infrastruktur yang unik dan kuat seperti Rumah Adat di Senaru & Sasak menjadi salah satu model Rumah Tahan Gempa (RTG). Rumah-rumah adat ini tidak mengalami kerusakan selama gempa kuat yang telah dialami selama ini. Dalam kaitan dengan RTG ini, salah seorang peneliti DRRC UI, Dr. Rachma Fitriati, M.Si. M.Si (Han) menjadi penerima pendanaan Penelitian Program Kompetitif Nasional Dan Penugasan Di Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2022 Ditjen Dikti, Riset & Teknologi Kemendikbud. Penelitian tersebut berjudul 'Penta Helix Membangun Model Rumah Tahan Gempa Berprespektif Kearifan Lokal Pasca Bencana Alam di Propinsi NTB'.
ADVERTISEMENT
Pooling Fund
Selain itu, Fatma menyampaikan bahwa Pooling Fund merupakan inisiatif yang baik sebagai salah satu upaya roda penggerak Ekonomi Berkelanjutan. Untuk mewujudkan pooling fund, Pemerintah Indonesia terus mendorong pemberdayaan masyarakat sipil atau civil society melalui UMKM sehingga mereka menjadi mandiri dan berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat sipil ini dapat menjadi penggerak ekonomi yang memberikan multiplier effect melalui program-program seperti Desa Wisata Tangguh Bencana untuk Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi, dan sekaligus membangun Sustainable Supply Chain. Fatma menyampaikan bahwa pendekatan peningkatan resilience Bencana ini menggunakan pendekatan “From Local to Global”.
From Data to Implementing Policy
Fatma menyampaikan bahwa Indonesia perlu mengelola dan mengatasi tantangan terkait data untuk implementasi kebijakan. DRRC UI telah bekerja sama dengan sejumlah Kementerian/Lembaga dalam mendukung implementasi kebijakan ini. Misalnya, DRRC UI bekerja sama dengan BNPB pada masa Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, bekerja sama untuk menulis 3 buku Pengalaman Indonesia menangani COVID-19 di 34 Propinsi. Selain itu, bersama Kementerian Dalam Negeri dan BNPB, DRRC UI menyusun e-book “Buku Saku Desa Tangguh Bencana COVID-19” sebagai pedoman bagi seluruh Desa di Indonesia dalam menghadapi pandemic COVID-19. Selain itu, DRRC UI bersama Kementerian Agama dan Pondok Modern Darussalam Gontor menyusun e-book “Pesantren Tangguh Bencana COVID-19”, untuk menjadi acuan bagi sekolah berasrama yang melakukan pendidikan tatap muka. Begitu pula dengan Kementerian Pemuda & Olahraga, DRRC UI menyusun buku Pemuda Tangguh Bencana COVID-19 sebagai pedoman penanganan COVID-19 di Indonesia; dan Resillience is Local dengan SIAP SIAGA.
ADVERTISEMENT
Beyond Natural Hazards
Pada Plenary 2- Mid Term Review Sendai Framework - Beyond Natural Hazards-, Fatma menekankan perlunya pendekatan multi hazards. Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam. Di sisi lain, berbagai industri di Indonesia semakin berkembang. Dalam konteks ini, Mengelola Risiko di semua dimensi – termasuk bencana alam, lingkungan, biologis atau teknologi, dan kombinasi dari NaTech, yakni bencana teknologi yang dipicu oleh alam (Natural Hazards Triggering Technological Accidents – natech) menjadi semakin penting untuk memastikan keberlangsungan bisnis dari berbagai sektor industri yang berkembang tersebut. Indonesia memiliki klaster industri pada hampir semua Pulau seperti Kawasan industri Cilegon di Pulau Jawa, Kawasan industri di Sumatera, Kawasan industri di pulau Kalimantan serta pelbagai industri di Sulawesi dan Papua. DRRC UI sendiri memiliki beberapa penelitian terkait risiko Natech di beberapa lokasi seperti Cilegon di Pulau Jawa dan Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Lima Konsep Natech
DRRC UI mengusulkan ke UNDRR untuk memperluas Kerangka Sendai untuk memasukkan prinsip-prinsip Bencana Kesehatan Masyarakat dan Pengurangan Risiko Natech dengan mengusulkan lima (5) poin.
Pertama, melakukan penilaian multi hazards, penilaian risiko dan dampak sistemik, tidak hanya penilaian risiko bahaya alam tetapi juga risiko bencana industri, dan risiko Natech (risiko teknologi yang dipicu oleh alam). Kedua, mendorong implementasi kebijakan dan perencanaan penta helix yang terkoordinasi antara K/L, Pemerintah Daerah, masyarakat, akademisi, industry dan media.
Ketiga, mempromosikan dan menerapkan sistem manajemenkeberlangsungan bisnis (Business Continuity Management Systems) untuk memastikan bahwa semua aktivitas bisnis telah mempertimbangkan pelbagai potensi disrupsi, serta mengembangkan rencana keberlangsungan usaha (Business Continuity Plan). Keempat, meningkatkan kapasitas respons untuk semua pemangku kepentingan serta mendorong kemitraan multi pemangku kepentingan - pendekatan pentahelix kepada semua pemangku kepentingan terkait termasuk akademisi, industri, komunitas, pemerintah daerah, dan media. Kelima, memberdayakan semua pihak untuk berkontribusi dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan membangun resiliensi.
ADVERTISEMENT
Dalam menerapkan pendekatan multi hazards, Fatma menyampaikan bahwa diperlukan hand in hand strong collaboration atau kolaborasi bahu-membahu yang kuat, yang kita sebut sebagai “GOTONG ROYONG” atau KEBERSAMAAN bahwa “Disaster Risk Reduction is Everyone’s business” bisa menjadi kenyataan.