Apakah Coffee Shop Perlu Menyediakan Smoking Area?

Akmal Hakim
Mahasiswa Magister Sains Manajemen, Institut Teknologi Bandung
Konten dari Pengguna
15 April 2024 14:58 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akmal Hakim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana & interior di dalam sebuah coffee shop. Foto: Quang Nguyen Vinh/Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Suasana & interior di dalam sebuah coffee shop. Foto: Quang Nguyen Vinh/Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Merokok telah menjadi salah satu kebiasaan dari kebanyakan masyarakat Indonesia. Tahun 2021, jumlah perokok di Indonesia mencapai 69,1 juta jiwa (Kemenkes, 2021). Indonesia menjadi negara dengan jumlah terbesar di dunia diikuti Jordania di peringkat ke-2 dan beberapa negara lain seperti Sierra, Rusia, Georgia dan Laos. Bagi para perokok, aktivitas merokok dapat memberikan perasaan tenang walaupun rokok dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pribadi maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Dimanapun tempatnya, merokok telah menjadi salah satu kebutuhan dalam hidup yang tidak bisa ditinggalkan. Salah satunya adalah cafe atau coffee shop. Dalam sebuah penelitian, 414 orang dari 1200 sample menyatakan bahwa coffee shop adalah salah satu tempat yang mereka pilih untuk merokok.
ADVERTISEMENT
Aktivitas merokok di coffee shop seharusnya lebih diperhatikan oleh para pemilik coffee shop. Melihat besarnya jumlah perokok dan bervariasinya alat yang digunakan saat merokok, hal ini dapat dimaksimalkan untuk diubah menjadi transaksi yang menguntungkan coffee shop. Salah satu elemen penting yang biasanya dipertimbangkan dalam membangun sebuah coffee shop adalah keberadaan smoking area. Penempatan dan perancangan smoking area yang baik dapat memberikan kesan positif bagi konsumen baik yang merokok maupun non-perokok. Sebelum para pemilik coffee shop merancang smoking area pada coffee shop-nya, ada beberapa pertanyaan yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab tiga pertanyaan di atas, kami telah melakukan wawancara dengan 2 pemilik coffee shop di kota Bandung dan Balikpapan. Dari hasil pengamatan dan cerita yang disampaikan para pemilik coffee shop ini, ada beberapa informasi menarik yang dapat dijadikan referensi bagi pemilik coffee shop jika ingin melakukan perubahan desain pada lokasi coffee shop-nya.
Dalam upaya memperbesar atau mengembangkan sebuah usaha ada yang namanya Orientasi Bisnis. Sederhananya, orientasi bisnis yang menjadi panduan utama, kemana dan bagaimana sebuah usaha akan dijalankan. Dalam konteks menyediakan smoking area di coffee shop, pemilik coffee shop perlu melihat apakah menyediakan smoking area masih sejalan denga orientasi bisnisnya. Selain orientasi bisnis, juga perlu memahami bagaimana karakteristik target konsumennya, sebesar apa dampak positif yang akan terjadi saat coffee shop menyediakan smoking area dengan target konsumen yang telah ditentukan.
ADVERTISEMENT
Setelah memahami orientasi bisnis, selanjutnya pemilik coffee shop juga perlu memahami perilaku konsumen selama berada di coffee shop. Dalam konteks ini, kita perlu memperhatikan bagaimana perilaku konsumen yang merokok maupun non-perokok saat berada di dalam coffee shop. Dari hasil wawancara dengan kedua pemilik coffee shop, hasilnya menunjukkan bahwa warna bangunan dan interior coffee shop dapat mempengaruhi keinginan konsumen untuk merokok atau tidak di dalam coffee shop. Coffee shop yang menggunakan warna cerah, pastel dan cenderung terang akan memberikan kesan "kurang mendukung" aktivitas merokok di dalam coffee shop. Dibandingkan dengan coffee shop yang menggunakan desain "unfinished" atau industrial akan memberikan kesan "diperbolehkan merokok" lebih besar.
ADVERTISEMENT
Menurut Aroma dan Ridwan, ada perbedaan yang cukup terlihat dari konsumen perokok dan non perokok saat berada di coffee shop. Konsumen perokok cenderung datang dengan jumlah orang yang lebih banyak dibandingkan dengan konsumen non-perokok. Hal ini dapat dipahami karena konsumen yang datang ke coffee shop dan merokok, biasanya tidak hanya sekedar memesan minuman & merokok, tetapi mereka juga bercengkerama bersama orang-orang yang datang bersama mereka saat berada di coffee shop, ini lah yang membuat konsumen yang merokok cenderung datang lebih ramai dibandingkan non perokok. Sebaliknya, konsumen non perokok cenderung untuk datang dengan jumlah lebih sedikit bahkan sendiri. Hal ini karena ada salah satu aktivitas yang melekat dengan coffee shop, yaitu bekerja atau belajar. Konsumen yang datang dengan tujuan bekerja atau belajar cenderung datang sendiri ke coffee shop.
ADVERTISEMENT
Selain perbedaan jumlah orang yang datang, terdapat perbedaan lain di antara konsumen perokok dan non perokok, yaitu berapa lama waktu yang dihabiskan saat di coffee shop. Dari penjelasan sebelumnya kita telah memahami terdapat perbedaan kegiatan antara konsumen perokok dan non perokok. Perbedaan ini lah yang membuat konsumen non perokok menghabiskan waktu lebih lama dibandingkan dengan konsumen perokok. Kedua pemilik coffee shop belum bisa memastikan apakah ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah transaksi pada kedua jenis konsumen tersebut. Namun, secara matematika, perputaran konsumen lebih besar terjadi pada jenis konsumen perokok.
ADVERTISEMENT
Sebagai konsumen, menurutmu apakah coffee shop perlu menyediakan smoking area?