Cerita Kebaikan yang Menular: Menulis Bukan Cuma untuk Eksis

Ana Anggraini
Ibu Rumah Tangga
Konten dari Pengguna
21 September 2021 14:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
22
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ana Anggraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cerita kebaikan yang menular lewat tulisan. Source: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Cerita kebaikan yang menular lewat tulisan. Source: freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aktivitas menulis dan profesi sebagai penulis mulai digemari oleh sebagian banyak orang. Sekarang ini, kelas menulis pun terus menjamur. Tidak dipungkiri, hal ini dipengaruhi oleh akses media sosial yang makin mudah. Sehingga untuk mendapatkan ilmu mengenai kepenulisan dan penyaluran tulisan hanya dapat dilakukan dalam genggaman saja. Dengan banyaknya platform menulis dan komunitas menulis di media sosial, penulis tidak perlu mengeluarkan lebih banyak tenaga. Berbeda dengan sebelum era digital, penulis harus berusaha lebih keras agar tulisannya dapat dimuat di koran misalnya, harus mencetak tulisan lebih banyak dan mengirimkannya via pos ke berbagai media massa. Lalu, apa hubungannya menulis dengan cerita kebaikan yang menular seperti yang ditulis di judul?
ADVERTISEMENT
Dengan makin mudahnya kita menyalurkan tulisan di media sosial, tentu saja isi tulisan yang tersebar makin tidak terkontrol. Banyak penulis yang hanya mau eksis tanpa memikirkan dampak dari apa yang dia tulis. Tulisan-tulisan berbau pornografi misalnya, menjadi bola api yang terus menggelinding menyambar para pembaca. Ironisnya, justru konten seperti inilah yang menjadi favorit di berbagai platform menulis dan para penulis makin gencar menyajikan cerita negatif dan tanpa amanat yang berarti. Demi banyaknya pembaca dan pengikut pastinya.
Di awal saya mulai aktif menulis dan mengikuti berbagai komunitas, saya menemukan banyak sekali tulisan berbau pornografi dan hal negatif lainnya. Saya hampir teracuni untuk melakukan hal yang sama, karena melihat tulisan seperti ini lebih laku dibanding tulisan yang sarat akan nilai-nilai kebaikan. Namun, ketika saya mengikuti sebuah kelas di komunitas menulis online, pikiran saya makin terbuka lebar. Setiap tulisan yang kita buat tentu saja akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak. Bagaimana jika apa yang kita tulis justru melahirkan dosa-dosa yang terus mengalir untuk kita? Mengerikan, bukan?
ADVERTISEMENT
Menulis untuk peradaban, begitulah kata-kata yang menetap di kepala saya dari seorang mentor di komunitas yang saya ikuti. Bagaimana maksudnya? Ya, dengan tulisan positif yang kita buat, pasti sedikit banyak mampu membuat peradaban baru yang lebih baik. Membasmi tulisan negatif, menyingkirkannya jauh-jauh, sehingga hanya tulisan positiflah yang mewarnai dunia literasi Indonesia. Misalnya dengan menulis tentang cerita kebaikan, tentu dapat menularkannya kepada pembaca. Membuat orang-orang terinspirasi dengan tulisan kita.
Nah, ini sebagian tulisan saya yang mungkin dapat memberi inspirasi yang bisa kalian baca:
Menulis bukan cuma untuk eksis, tetapi jalan kita untuk menularkan kebaikan kepada banyak orang. Seperti tulisan mentor saya yang membuat saya tetap yakin untuk menulis hal-hal yang positif, tidak terjebak pada keinginan untuk eksis saja tanpa memikirkan dampaknya. Dan saya berharap dapat menularkannya pula kepada yang lain, agar merenungkan kembali tulisan yang akan dibuat. Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular.
ADVERTISEMENT