Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Cerita Kebaikan yang Menular: Pantaskah Pamer Sedekah?
14 September 2021 13:09 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ana Anggraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sedekah memiliki banyak keistimewaan dan merupakan amalan yang mulia, apalagi jika dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Seperti yang kita tahu, sedekah sebaiknya tangan kanan memberi dan tangan kiri sembunyi. Namun, pernahkah kalian melihat banyak orang yang memamerkan kegiatannya bersedekah di media sosial? Pantaskah? Mungkin sebagian dari kita berpikir, bahwa apa yang dilakukan oleh mereka adalah riya'. Benarkah demikian atau kitanya saja yang terlalu dini menyimpulkan?
Di era digital sekarang ini, media sosial semakin digandrungi oleh masyarakat. Selain untuk menjalin pertemanan, media sosial juga bermanfaat untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dimulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, pengguna media sosial semakin meningkat. Sehingga menebar kebaikan di dunia maya adalah salah satu jalan yang dapat dilakukan. Dengan membagikan kegiatan bersedekah di media sosial, kemungkinan untuk menularkan virus kebaikan pada banyak orang akan semakin besar.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri sebagai pengguna media sosial mendapatkan pengaruh dari orang-orang yang membagikan kegiatannya bersedekah. Melihat mereka yang tetap semangat menebar kebaikan bahkan di saat keuangannya pun tidak terlalu banyak, membuat saya tergugah. Inilah cerita kebaikan yang menular, yang mungkin juga sedang menjangkiti kalian.
Di beranda Facebook, saya sering mendapati salah satu teman yang memperlihatkan kegiatannya membagikan makanan setiap hari Jumat. Dananya didapat dari kantong sendiri dan sebagian dari donatur. Beliau bukanlah sultan yang dapat mengucurkan uang banyak secara cuma-cuma. Namun, dengan kemampuannya memasak dapat mengisi perut-perut mereka yang mengiba. Saya jadi termotivasi melihatnya dan pelan-pelan saat ada uang lebih, saya membeli beberapa nasi bungkus dan memberikannya kepada yang membutuhkan. Walaupun tidak banyak, setidaknya saya sudah melakukan hal baik, karena sekecil apa pun, kebaikan tetaplah kebaikan.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari ikhlas atau tidaknya orang-orang yang memamerkan kebaikannya di media sosial, kita tidak berhak untuk menilainya, karena keikhlasan tergantung dari niat di masing-masing benak dan merupakan urusannya kepada Sang Pencipta. Jangan sampai kita terlalu sibuk mengomentari orang lain, hingga melupakan amalan diri sendiri. Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular.
Kalian juga dapat membaca cerita kebaikan yang menular bagi saya di tulisan lainnya, https://kumparan.com/ana-anggraini/cerita-kebaikan-yang-menular-tabungan-sedekah-semoga-menimbun-berkah-1wVkHr5DWZD/full
Semoga semakin memberikan manfaat kepada lebih banyak orang dan membuat kita lebih bijak dalam menilai sesuatu.